Tulisan ini adalah Makalah yang
disampaikan oleh Drs. Darmansyah, Ketua MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia)
Cabang Sulbar pada Kongres Nasional Sejarah X di Jakarta pada tanggal 7-10
November 2016:
Pengetahuan
lain nelayan Mandar untuk mengenal batas wilayah menurut H. Ahmad Sahur dalam
buku “Pengetahuan Tradisional Pembuatan Perahu Orang Mandar“ (1991/1992) adalah didasarkan pada
warna laut. Bila warna laut kekuning-kuningan (pengaruh lumpur) berarti sedang
berada di perairan pulau Kalimantan. Sebaran perahu juga memberi petunjuk
tentang daerah mana mereka berada. Kondisi ombak dan arus menjadi pengetahuan
tentang keberadaan mereka. Hasil tangkapan, mereka dapat memastikan keberadaan
mereka.
C. Penutup
1.
Kesimpulan:
a.
Nenek moyang
orang Mandar yang dipercayai selama ini berasal dari kayangan/langit “Tomanurung”, tidaklah benar dan sangat
bertentangan dengan logika, maupun kitab-kitab suci. Nenek moyang orang Mandar sesungguhnya
berasal dari Cina Selatan (Austranesia) dan jalur kedatangannya melalui
perairan (lautan). Secara genetik telah membuktikan bahwa orang Mandar berasal
dari laut. Ombak sudah menjadi sahabat dalam melakukan pelayaran ke berbagai
pulau di Nusantara.
b.
Rumpon (roppo) sebagai kebudayaan hasil cipta
orang Mandar pada zaman pemerintahan tradisional, selain sebagai tempat
berlindungnya ikan (alat bantu tangkap ikan), juga dijadikan sebagai batas
daerah teritorial laut dari kerajaan. Roppo dekat sebagai penanda batas territorial,
roppo tangnga (rumpon tengah) dipasang pada wilayah laut yang mencapai kedalaman 200 –
1.800 meter masuk dalam hukum tentang landasan continental (tebing dasar laut). Sementara roppo jauh sudah berada pada zona
ekonomi ekslusif (ZEE).
c. Perahu Sande’ diciptakan pelaut Mandar,
terinspirasi dari perahu lesung (olang
Mesa) yang digunakan oleh Torije’ne’ dalam
perjumpaannya dengan Pongkapadang (suaminya). Perahu tradisional Olang Mesa, Pakur dan/atau Sande’ merupakan warisan dari turunan Pongkapadang yang kelak
dikemudian hari digunakan sebagai alat transportasi dalam melakukan perdagangan
antar pulau, juga digunakan sebagai sarana dilautan dalam menangkap ikan.
d.
Pelayaran
orang – orang Mandar dalam mengarungi samudera ke berbagai pulau di Nusantara
telah banyak menemukan pulau-pulau tak berpenghuni, dan mereka mendiaminya. Pelaut Mandar
dalam mengarungi samudra, telah memahami ilmu perbintangan (astronomi) untuk
dijadikan pedoman dalam melakukan pelayaran.
Dari
simpulan-simpulan di atas, tidaklah berlebihan jika penulis menyatakan bahwa
orang Mandar adalah pelaut ulung yang tangguh.
2.
Saran
Demikian
tulisan ini, penulis sadar bahwa di dalamnya tentu terdapat banyak kekurangan
karena dalam hidup ini tidak ada yang sempurna, yang sempurna hanyalah Allah
Swt. Oleh karenanya, pembaca yang budimanlah yang kelak akan menyempurnakannya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua kalangan yang telah memberikan saran dan masukan serta
kritikan. Semoga Allah Swt. memudahkan hambanya dalam mencari ilmu-Nya. Amin
Al-Qur’a Karim , 1980, Terjeemahan Departemen Agama RI,
Jakarta.
Abdul Muthalib Dkk, 1985/1986, “Transliterasi
Dan Terjemahan Pappasang Dan Kalindaqdaq (Naskah Lontar Mandar)“, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sulawesi
Selatan La Galigo.
Abd. Hamid Bola, 2009, “Keramat
Menelusuri Tempat – Tempat Bersejarah di Sendana Majene“, Yayasan Anak Bangsa
(YAB) Majene;
Abd. Rahman Hamid, 2016, “Laut Dan
Perahu Dalam Sejarah Mandar“, Makalah pada dialog Sejarah dan Budaya,
diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.
A. M. Mandra , 1986, “Lontar Balanipa Mandar“,
Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek
Inventarisasi Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Ujung Pandang;
…………………… , 2001, “Kerajaan Sendana“, Yayasan Sa’adawang Sendana Majene;
…………………… , 1987, “Beberapa Perjanjian dan Hukum Tradisi Mandar“, Yayasan
Sa’adzawang Sendana Majene;
Arifuddin Ismail, 2012, “Agama
Nelayan Pergumulan Islam Dengan Budaya Lokal“, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Baharuddin Lopa, 1982, “Hukum
Laut: Pelajaran dan Penerapan“, Bandung Alumni.
Darmansyah – Bakri Latief, 2016,
“Sastra Mandar”, De La Macca (Anggota IKAPI Sulsel, Makassar.
Faisal , 2016 “Solidaritas Nelayan Mandar di Pangali-ali
Kabupaten Majene“, Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.
Haliadi Sadi, 2012, “Sejarah
Kabupaten Parigi Moutong“, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Parigi Moutong – Kerjasama Dengan Pusat Penelitian Sejarah (PUSSEJ) Lembaga
Penelitian Universitas Tadulako Palu, Penerbit OMBAK, Yogyakarta.
Horst H Weibner, 1998, “Beberapa
Catatan Tentang Pembuatan Perahu dan Pelayaran di Daerah Mandar Sulawesi
Selatan”, Ujung Pandang : P3MP Unhas.
Muhammad Amir, 2016, “Pelayaran
Niaga Mandar Pertengahan Abad XX : Dari Pelabuhan ke Pelabuhan Merajut
Integrasi Bangsa“, Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.
Muhammmad Ridwan Alimuddin, 2005,
“Orang Mandar Orang Laut: Kebudayaan Bahari Mandar Mengarungi Gelombang
Perubahan Zaman”, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerjasama dengan Yayasan
Adikarya IKAPI, Jakarta.
Riedel,
J.G.F., 1870, “De Vestiging der Mandaren
in de Tomini-Landen” (Pendudukan Negeri-Negeri Tomini oleh orang Mandar),
Tijdschrift van de Batviaasche Genootschap 19: 554-64.
Syamsul Bahri, 2016, “Rumpon
Sebuah Karya Budaya Nelayan Mandar”, Makalah pada dialog Sejarah dan Budaya
oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.
Syaiful Sinrang , 1994, “Mengenal Mandar Sekilas Lintas“,
Rewata Rio, Ujung Pandang.
Suradi Yasil Dkk, 1984/1985,
“Inventarisasi, Transkripsi, Penerjemahan dan Penulisan Latar Belakang Isi
Naska Kuno/Lontar Mandar Daerah Sulawesi Selatan”, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Inventarisasi Dokumentasi
Kebudayaan Daerah.
……………………. , 2004, “Ensiklopedi Sejarah, Tokoh dan Kebudayaan Mandar”, Lembaga
Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR), Yogyakarta;
Lembaga Penelitian Dan
Pengembangan Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin Makassar, 2015, “Analisis
Data Pendukung Penegasan Batas Antar Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun
Anggaran 2015“,Tim Pemprov. Sul-Bar
Informan :
1.
A. M. Mandra;
2.
H. Abdul Hamid
Bola BA;
3.
Katjo Parusi,
BA;
4.
Suradi Yasil;
5.
H. Ahmad Asdy;
6.
Muhammad
Munir;
7.
Gazali;
8.
Dr. Haliadi
Sadi, M.Hum;
9.
Tammalele;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar