Sabtu, 14 Januari 2017

ORANG MANDAR PELAUT ULUNG : Leluhur Mandar Bukan Dari Langit Tapi dari Laut China Selatan (Bagian 3 Selesai)



Tulisan ini adalah Makalah yang disampaikan oleh Drs. Darmansyah, Ketua MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) Cabang Sulbar pada Kongres Nasional Sejarah X di Jakarta pada tanggal 7-10 November 2016:

Pengetahuan lain nelayan Mandar untuk mengenal batas wilayah menurut H. Ahmad Sahur dalam buku “Pengetahuan Tradisional Pembuatan Perahu Orang Mandar“ (1991/1992) adalah didasarkan pada warna laut. Bila warna laut kekuning-kuningan (pengaruh lumpur) berarti sedang berada di perairan pulau Kalimantan. Sebaran perahu juga memberi petunjuk tentang daerah mana mereka berada. Kondisi ombak dan arus menjadi pengetahuan tentang keberadaan mereka. Hasil tangkapan, mereka dapat memastikan keberadaan mereka.

C.  Penutup

1.   Kesimpulan:
a.     
         Nenek moyang orang Mandar yang dipercayai selama ini berasal dari kayangan/langit “Tomanurung”, tidaklah benar dan sangat bertentangan dengan logika, maupun kitab-kitab suci. Nenek moyang orang Mandar sesungguhnya berasal dari Cina Selatan (Austranesia) dan jalur kedatangannya melalui perairan (lautan). Secara genetik telah membuktikan bahwa orang Mandar berasal dari laut. Ombak sudah menjadi sahabat dalam melakukan pelayaran ke berbagai pulau di Nusantara.

b.                         Rumpon (roppo) sebagai kebudayaan hasil cipta orang Mandar pada zaman pemerintahan tradisional, selain sebagai tempat berlindungnya ikan (alat bantu tangkap ikan), juga dijadikan sebagai batas daerah teritorial laut dari kerajaan. Roppo dekat sebagai penanda batas territorial, roppo tangnga (rumpon tengah) dipasang pada  wilayah laut yang mencapai kedalaman 200 – 1.800 meter masuk dalam hukum tentang landasan continental (tebing dasar laut). Sementara roppo jauh sudah berada pada zona ekonomi ekslusif (ZEE).

c.                  Perahu Sande’ diciptakan pelaut Mandar, terinspirasi dari perahu lesung (olang Mesa) yang digunakan oleh Torije’ne’ dalam perjumpaannya dengan Pongkapadang (suaminya). Perahu tradisional Olang Mesa, Pakur  dan/atau Sande’ merupakan warisan dari turunan Pongkapadang yang kelak dikemudian hari digunakan sebagai alat transportasi dalam melakukan perdagangan antar pulau, juga digunakan sebagai sarana dilautan dalam menangkap ikan.

d.                          Pelayaran orang – orang Mandar dalam mengarungi samudera ke berbagai pulau di Nusantara telah banyak menemukan pulau-pulau tak berpenghuni, dan mereka mendiaminya. Pelaut Mandar dalam mengarungi samudra, telah memahami ilmu perbintangan (astronomi) untuk dijadikan pedoman dalam melakukan pelayaran.

   Dari simpulan-simpulan di atas, tidaklah berlebihan jika penulis menyatakan bahwa orang Mandar adalah pelaut ulung yang tangguh.

2.    Saran

Demikian tulisan ini, penulis sadar bahwa di dalamnya tentu terdapat banyak kekurangan karena dalam hidup ini tidak ada yang sempurna, yang sempurna hanyalah Allah Swt. Oleh karenanya, pembaca yang budimanlah yang kelak akan menyempurnakannya.  Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua kalangan yang telah memberikan saran dan masukan serta kritikan. Semoga Allah Swt. memudahkan hambanya dalam mencari ilmu-Nya. Amin


Daftar Kepustakaan Dan Informan

Al-Qur’a Karim     , 1980, Terjeemahan Departemen Agama RI, Jakarta.
Abdul Muthalib Dkk, 1985/1986, “Transliterasi Dan Terjemahan Pappasang Dan Kalindaqdaq (Naskah Lontar Mandar)“, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sulawesi Selatan La Galigo.
Abd. Hamid Bola, 2009, “Keramat Menelusuri Tempat – Tempat Bersejarah di Sendana Majene“, Yayasan Anak Bangsa (YAB) Majene;
Abd. Rahman Hamid, 2016, “Laut Dan Perahu Dalam Sejarah Mandar“, Makalah pada dialog Sejarah dan Budaya, diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.
A. M. Mandra       , 1986, “Lontar Balanipa Mandar“, Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Ujung Pandang;
……………………   , 2001, “Kerajaan Sendana“, Yayasan Sa’adawang Sendana Majene;
……………………   , 1987, “Beberapa Perjanjian dan Hukum Tradisi Mandar“, Yayasan Sa’adzawang Sendana Majene;
Arifuddin Ismail, 2012, “Agama Nelayan Pergumulan Islam Dengan Budaya Lokal“, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Baharuddin Lopa, 1982, “Hukum Laut: Pelajaran dan Penerapan“, Bandung Alumni.
Darmansyah – Bakri Latief, 2016, “Sastra Mandar”, De La Macca (Anggota IKAPI Sulsel, Makassar.
Faisal                    , 2016 “Solidaritas Nelayan Mandar di Pangali-ali Kabupaten Majene“, Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.
Haliadi Sadi, 2012, “Sejarah Kabupaten Parigi Moutong“, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Parigi Moutong – Kerjasama Dengan Pusat Penelitian Sejarah (PUSSEJ) Lembaga Penelitian Universitas Tadulako Palu, Penerbit OMBAK, Yogyakarta.
Horst H Weibner, 1998, “Beberapa Catatan Tentang Pembuatan Perahu dan Pelayaran di Daerah Mandar Sulawesi Selatan”, Ujung Pandang : P3MP Unhas.
Muhammad Amir, 2016, “Pelayaran Niaga Mandar Pertengahan Abad XX : Dari Pelabuhan ke Pelabuhan Merajut Integrasi Bangsa“, Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.
Muhammmad Ridwan Alimuddin, 2005, “Orang Mandar Orang Laut: Kebudayaan Bahari Mandar Mengarungi Gelombang Perubahan Zaman”, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI, Jakarta.
Riedel, J.G.F., 1870, “De Vestiging der Mandaren in de Tomini-Landen” (Pendudukan Negeri-Negeri Tomini oleh orang Mandar), Tijdschrift van de Batviaasche Genootschap 19: 554-64.

Syamsul Bahri, 2016, “Rumpon Sebuah Karya Budaya Nelayan Mandar”, Makalah pada dialog Sejarah dan Budaya oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.
Syaiful Sinrang    , 1994, “Mengenal Mandar Sekilas Lintas“, Rewata Rio, Ujung Pandang.
Suradi Yasil Dkk, 1984/1985, “Inventarisasi, Transkripsi, Penerjemahan dan Penulisan Latar Belakang Isi Naska Kuno/Lontar Mandar Daerah Sulawesi Selatan”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Inventarisasi Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
…………………….  , 2004, “Ensiklopedi Sejarah, Tokoh dan Kebudayaan Mandar”, Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR), Yogyakarta;
Lembaga Penelitian Dan Pengembangan Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin Makassar, 2015, “Analisis Data Pendukung Penegasan Batas Antar Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2015“,Tim Pemprov. Sul-Bar
Informan :
1.   A. M. Mandra;
2.   H. Abdul Hamid Bola BA;
3.   Katjo Parusi, BA;
4.   Suradi Yasil;
5.   H. Ahmad Asdy;
6.   Muhammad Munir;
7.   Gazali;
8.   Dr. Haliadi Sadi, M.Hum;
9.   Tammalele;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar