Rabu, 13 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (O3)


Puasa: Melapar-hauskan Jasmani Mengenyangkan Rohani

Apa itu puasa?
Sebetulnya tidak ada kata puasa dalam literatur Arab karena yang ada adalah shiyam atau shaum. Puasa berasal dari bahasa sangsekerta yakni upavasa yang berarti kembali mendekat dan menetap bersama Tuhan. 

Apa itu puasa? 
Pada level bahasa, puasa berarti imsak menahan atau menghentikan. Pada level syariat puasa berarti tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan suami  istri dari terbitnya fajar sampai waktu terbenamnya matahari. Pada level makna, puasa berarti perjalanan yang sifatnya mendidik (maslakun tarbawi) untuk membebaskan diri dari belenggu hawa nafsu atau memerdekakan diri dari penjara panca indra, melepas diri dari budak mata, mulut, perut, telinga, tangan, kaki dan kemaluan.

Apa itu puasa?
Pada level maknawi, puasa berarti memberi makanan kepada bathin untuk menyambut kedekatan dengan Allah Swt. Puasa bukan amal melainkan meninggalkan amal bagi mata, mulut, perut, telinga, tangan, kaki dan kemaluan (panca indra) untuk menjauhkan diri dari dosa, pencegahan kepada yang keji dan ingkar. 

Apa itu puasa?
Pada level sufi, puasa berarti tangga untuk mencapai hadrah ilahiyyah, peniadaan diri untuk menghadirkan cahaya Allah Swt. Puasa adalah pendidikan ruhiyyah, menyapih nafsu dari syahwat agar diri keluar dari kunkungan materi, memukul secara paksa untuk menghancurkan kekuatan-kekuatan hawa nafsu.

Apa itu puasa?
Tirmidzi: Puasa adalah tazkiyatun nafs (penyucian diri). Mustaghani: puasa adalah menahan diri dari selain kekasihnya (Allah). Imam Sya'rani: puasa adalah membersihkan aib-aib nafsu dan syetan. At-Thusi: Puasa adalah upaya untuk memiliki sifat shamadi (pertahanan yang kuat). Abdul Karim al-Jilly: puasa adalah pencegahan dari keinginan fisik. Najamuddin al-Kubro: puasa adalah menahan diri dari pandangan makhluk serta menahan diri dari tuntutan ikhtiar. Syekh Faris al-Baghdadi: puasa adalah menggaibkan diri dari pandangan makhluk menjadi pandangan Allah Swt.

Apa itu puasa?
Yusuf al-Qardhawi: puasa adalah meninggalkan dan menahan, menahan dan meninggalkan sesuatu yang mubah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ibnu Katsir: puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan berjimak dengan niat yang ikhlas karena Allah. Buya Hamka: puasa adalah upaya pengendalian diri seorang hamba terhadap dua syahwat yaitu syahwat seks dan syahwat perut. Sayyid Sabiq: puasa adalah menahan diri dari apapun yang membatalkannya dari subuh hingga terbenam matahari dengan niat. Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini: puasa adalah pengekangan terhadap hal-hal tertentu dari orang tertentu pada waktu-waktu tertentu disertai dengan kondisi tertentu.

Dari sekian definisi diatas, disimpulkan secara singkat bahwa puasa adalah peniadaan diri karena yang ada hanyalah Allah, menghilangkan sifat jasmani dengan menghadirkan sifat-sifat Allah. Puasa aadalah melaparkan fisik dan mengenyangkan ruhani kita. Dengan kata lain puasa merupakan sifat Allah Swt. Kata Allah: "puasa itu untuk-Ku dan Aku sendirilah yang membalasnya." Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari Ketiga:

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ الذِّهْنِ وَالتَّنْبِيْهِ وَبَاعِدْنِيْ فِيْهِ مِنَ السَّفَاهَةِ وَالتَمْوِيْهِ وَاجْعَلْ لِي نَصِيْبًا مِنْ كُلِ خَيْرٍ تُنْزِلُ فِيْهِ بِجُوْدِكَ يَا اَجْوَدَ ْالآجْوَدِيْنَ

Artinya :

Ya Allah! Mohon berikanlah aku rizki akal dan kewaspadaan. dan jauhkanlah aku dari kebodohan dan kesesatan. Anugerahkanlah kepadaku bagian dari segala kebaikan yang ENGKAU turunkan, demi kemurahan-MU, Wahai dzat Yang Maha Dermawan dari semua yang dermawan!. Amiin

Tulisan ini diambil dari catatan-catatan kecil penulis setelah mengikuti beberapa pengajian sebelumnya.

Usman Suil