Minggu, 31 Maret 2024

FAKTA TENTANG KA'BAH



"Pelafalan lengkap: al-Kaʿbah al-Musyarrafah (ٱلْكَعْبَة ٱلْمُشَرَّفَة)  -  populer dituturkan: Kaʿbah  -  baca: Kabbah  -  asal kata dari: Ka'bu  -  ejaan: Kabbu  -  arti: Kubus  -  bermakna: Mata kaki, tempat kaki berputar atau bergerak untuk melangkah || Lazim disebut: Kabbain  -  artinya: Dua mata kaki, mata bumi, sumbu bumi atau kutub putaran utara bumi ----- dalam dialek Hijaz, bahasa Arab di Kota Suci Makkah, Provinsi Makkah, Kerajaan Arab Saudi, Jazirah Timur Tengah."

Profesor Hussain Kamil, selaku Kepala Bagian Ilmu Bumi di Universtas Riyadh, Saudi Arabia ----- telah menemukan suatu fakta menghebohkan, bahwa sebenarnya kota suci 'Makkah adalah pusat dari bumi.' Pada mulanya, ia meneliti suatu cara untuk menemukan 'arah Kiblat' pada kota-kota besar di dunia. Selanjutnya, ia menarik garis pada peta dan setelah itu ia mengamati dengan seksama posisi ke tujuh (7) benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang. Setelah dua (2) tahun dari pekerjaan sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer buat menentukan jarak-jarak benar dan variasi-varisi berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dan takjub setelah menemukan sesungguhnya 'Makkah adalah pusat bumi.'

Lalu, mengapa Makkah disebut dalam Alquran dengan Ummul Quro? Mengapa juga Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, menyebut daerah lain dan selain Makkah dengan kalimat: Ma Haulahaa?

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, dalam Alquranulkarim: “Demikianlah kami wahyukan kepadamu Alquran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura - arti: Penduduk Makkah dan penduduk negeri-negeri sekelilingnya.” Qur'an Surah: Asy-Syura, Ayat: 7.

Secara bahasa ‘Ummul ----- artinya: Ibu adalah sosok menjadi sumber keturunan.' Sehingga Makkah disebut: Ummul Qura - berarti: Makkah adalah sumber dari semua negeri lain.

Pertanyaan dan kajian, pada akhirnya sedikit demi sedikit mulai terjawab melalui berbagai penemuan ilmiah. Sesungguhnya, tahapan eksprimen tentang hal ini sudah dipublikasikan pada tahun 1978 Masehi, melalui keterangan Dr. Husain dan hasil studi kemudian diterbitkan pula diberbagai majalah sains dikawasan Barat.

Bersama rekan-rekannya, Dr. Husain menemukan bahwa ditilik dari sudut geografis (ilmu bumi) dan geologis (ilmu tanah) terbukti bahwa Makkah adalah pusat bumi. Kemudian pada tahun 2009 Masehi, hasil penemuan ilmiah itu kembali dipublikasikan dalam konferensi ilmiah bertajuk 'Makkah sebagai Pusat Bumi: Teori dan Praktik.' Konferensi digelar di Kota Dhoha, Negara Qatar ----- memperkuat hasil penemuan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Selanjutnya, Konferensi menelurkan rekomendasi berisi ajakan, agar umat Islam mengganti acuan waktu dunia selama ini merujuk pada Greenwich di Negara Inggris, menjadi Makkah di Negara Arab Saudi.

Beragam argumentasi ilmiah membuktikan bahwa 'wilayah nol bujur sangkar melalui kota Makkah' dan tidak melewati Greenwich di Negara Inggris. Dan Kota Suci Makkah ----- berada di titik lintang persis lurus dengan titik magnetik di Kutub Utara.'

Kondisi ini tak dimiliki oleh kota-kota lainnya, bahkan Greenwich ditetapkan sebagai meridian nol. Konon, GMT - akronim: Greenwich Mean Time, dipaksakan ----- ketika mayoritas negeri berada dibawah jajahan dan kolonialisme bangsa Inggris. Dan penemuan ilmiah tentang fakta Kota Suci Makkah ----- sebagai pusat bumi diterapkan, mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat, sekaligus akan mengakhiri kontroversi lama dimulai empat (4) dekade lalu tentang rujukan waktu dunia.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, menyiratkan fakta: 'Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan energi.' Qur'an Surah: Ar-Rahman, Ayat: 33.

"Aqthar ----- adalah bentuk jamak dari kata: Qutr - berarti: Diameter dan ia mengacu pada langit dan bumi mempunyai banyak diameter." Hal diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada ditengah-tengah bumi, maka itu berarti: Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan langit. Selain itu ada tertulis dalam Hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwasanya: "Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka'bah berada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan pembentuk bumi."

Informasi terkait Ka'bah, tidak atau belum kita ketahui sebelumnya, yaitu:

-

Makkah ----- adalah wilayah memiliki gravitasi paling stabil.

-

Tekanan gravitasinya tinggi dan disitulah berpusatnya kebisingan membangun yang tak bisa didengar oleh telinga.

-

Tekanan gravitasi tinggi berdampak langsung pada sistem imun tubuh untuk bertindak sebagai pertahanan dari segala serangan penyakit.

-

Gravitasi tinggi sama dengan elektron ion negatif berkumpul, maka disitu tinggi sama dengan doa akan maqbul, karena tempat gema atau ruang dalam waktu bersamaan.

-

Apa diniatkan di hati adalah gema tidak bisa di dengar, tapi dapat terdeteksi frekuensinya. Karena pengaruh elektron menyebabkan kekuatan internal kembali tinggi, penuh semangat untuk melakukan ibadah, tidak ada sifat putus asa, mau terus hidup, penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa.

-

Gelombang radio tidak bisa mendeteksi poisisi Ka'bah.

-

Bahkan teknologi satelit pun tidak mampu meneropong apa telah ada di dalam Ka'bah. Frekuensi radio tidak mungkin dapat membaca apa-apa ada dalam Ka'bah, karena tekanan gravitasinya tinggi.

-

Tempat paling tinggi tekanan gravitasinya memiliki konten garam dan aliran anak sungai dibawah tanah banyak. Sebab itu, jika shalat di Masjidil Haram, meskipun di tempat terbuka tanpa atap, masih terasa dingin lantainya.

-

Ka'bah bukan sekadar bangunan hitam empat persegi, tetapi satu tempat ajaib karena disitu pemusatan energi, gravitasi, zona magnetisme nol dan tempat dirahmati.

-

Tidur dengan posisi menghadap Ka'bah secara otomatis neuron-neuron otak akan terangsang sangat aktif sampai tulang belakang dan menghasilkan sel darah.

-

Pergerakan mengelilingi Ka'bah ----- arah lawan jam memberikan energi hidup (life force energy = chi = chakra) alamiah dari alam semesta. Semua sudah ada di alam ini bergerak menurut lawan jam, Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, telah tentukan hukumnya begitu.

-

Peredaran darah atau apa saja dalam tubuh manusia sesuai lawan jam. Justru dengan mengelilingi Ka'bah menurut lawan jam, berarti sirkulasi darah pada tubuh meningkat dan sudah tentu akan menambah energi. Sebab itu orang berada di Makkah selalu bertenaga, sehat dan panjang umur.

-

Sedangkan bilangan tujuh (7) itu adalah simbolik tak terhingga banyaknya. Angka tujuh (7) berarti: Tidak terbatas atau terlalu banyak. Dengan melakukan tujuh (7) kali putaran sebenarnya kita mendapat ibadah tidak terbatas jumlahnya.

-

Larangan memakai topi, songkok atau menutup kepala ----- karena rambut dan bulu roma (pria) adalah ibarat antena untuk menerima gelombang baik dipancarkan langsung dari Ka'bah. Sebab melakukan ibadah haji atau umrah, kita seperti dilahirkan kembali sebagai manusia baru, karena segala hal buruk telah ditarik dan diganti dengan 'nur atau cahaya.'

-

Setelah selesai, baru bercukur atau tahallul. Tujuannya untuk melepaskan diri dari pantang larang dalam ihram. Namun, rahasia disebaliknya adalah untuk membersihkan antena atau reseptor kita dari segala kotoran, sehingga hanya gelombang baik akan diterima oleh tubuh kita.

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَاللهُ أَكْبَرُ.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ.

Terjemahan: Subhanallahu Walhamdulillah Walaa Ilaaha Illallahu Allahu Akbar. Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika lak.

Artinya: Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar. Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.

----- Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, mengatakan bahwa rangkaian kalimat tersebut diatas lebih disukai daripada dunia dan segala isinya.

Catatan kaki:

Ummul Quro ----- artinya: Ibu atau Induk dari kota-kota di dunia.

Ma Haulahaa ----- artinya: Negeri-negeri sekelilingnya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ka%27bah 

https://id.wikipedia.org/wiki/Makkah 

https://www.kompasiana.com/.../bahasa-arab-terdapat... 

https://www.freedomsiana.id/subhanallah-walhamdulillah... 

https://www.detik.com/.../arti-labbaik-allahumma-labbaik... 

Dokumen foto: Davaynwa ----- Ka'bah - yaum Ahad, almanak 21 Ramadhan 1445 Hijriah - hari Minggu, tertanggal 31 Maret 2024 Masehi, sumber Walpaper Cave.

Terima kasih.

#KoPigiKeliling Berkabar Berita, Berbagi Hidup.

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (20)


Kesadaran Lailatul Qadar

Puasa sebagai treaning spritual menuju tangga pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dengan malam Lalilatul Kadar sebagai Milad Al-Qur'an, milad peradaban, dan miladnya segala nilai-nilai ajaran sakral Tuhan yang terjadi pada malam hari sebagai waktu yang paling tepat untuk komunikasi spiritual bersama-Nya 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّا سَنُلۡقِي عَلَيۡكَ قَوۡلًا ثقِيْلاً إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيۡلِ هِيَ أَشَدُّ وَطۡئًا وَأَقۡوَمُ قِيلًا
  
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan."(QS. Al-Muzzammil 73: 5-6)

Bangun malam di malam yang lebih baik dari seribu bulan (malam lailatul kadar) untuk membaca ulang sejauh mana hubungan kita dengan Al-Qur'an dan sejauh apa tingkat pemahaman kita terhadap Firman-Nya, semestinya tidak hanya dirangkaikan dengan acara seremonial-seremonial. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
"sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan." (QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 3)

Lailatul qadar secara bahasa berarti malam (lail) dan ukuran (qadar). Dalam riwayat disebutkan bahwa tanda turunnya lailatul qadar dengan langit yang cerah, suasananya tenang dan sunyi, dan tidak panas dan juga tidak dingin (sejuk). Dari tanda-tanda ini, saya lebih menelisik kedalam diri. Dengan petunjuk puasa hingga membentuk ukuran tertentu menuju kesadaran tertentu. Artinya lailatul qadar berarti terbentuknya kesadaran baru setelah melepas identitas kebinatangan dengan membelenggu nafsu kita.

Turunnya lailatul qadar adalah kesadaran ilahi yang terpatri dalam diri kita sehingga kita mampu merasakan kehadiran Tuhan. Juga dikatakan bahwa malam lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Adakah yang lebih baik ketika kesadaran ilahi kita menyatu dalam diri kita. Adakah yang lebih baik ketika kita mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam diri kita. Lailatul qadar adalah malam dimana sampah-sampah dalam diri seperti sampah kemarahan, sampah kebencian, sampah kemunafikan, sampah riya, sampah kesombongan, sampah ke-aku-an telah kita singkirkan dengan berpuasa. 

Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al-Quran, artinya ssya lebih memaknai bahwa ketika sampah-sampah telah disingkirkan kemudian kesadaran ilahi masuk ke dalam kesadaran kita maka, ia akan mewujud menjadi firman ilahi yakni al-Quran. Akhlak kita menjadi akhlak al-quran. Ruhani kita menjadi nur. Pada akhirnya menjadi sejahtera sampai terbit fajar.

سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
"Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr 97: Ayat 5)

Wallahi a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 20

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ فِيْهِ أَبْوَابَ الْجِنَانِ وَ أَغْلِقْ عَنِّيْ فِيْهِ أَبْوَابَ النِّيْرَانِ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ يَا مُنْزِلَ السَّكِيْنَةِ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, bukakanlah bagiku di bulan ini pintu-pintu menuju surga dan tutupkan bagiku pintu-pintu neraka. Berikanlah kemampuan padaku untuk menelaah Al qur’an di bulan ini. Wahai yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin.

Sabtu, 30 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (19)


Perlunya Puasa Bicara 2

Menurut Syaikhul Akbar Ibnu Arabi, diam adalah salah satu jalan menempuh kebahagiaan. Dalam terjemahan kitab Nashaih Al-Syaikh Al-Akbar Ibn 'Arabi oleh Arif Maftuhin. Pada nasehat keempat disebutkan bahwa ada dua macam diam yaitu diamnya lisan dalam arti tidak berbicara tentang selain Allah Swt dengan oknum selain Allah secara sekaligus; kedua diam hati dari hal-hal yang muncul di hati terkait maujud (diam sama sekali).

Ibnu 'Arabi berkata barang siapa lisannya diam tetapi hatinya tidak, maka dosanya akan ringan. Barang siapa lisannya diam dan juga hatinya diam, maka yang rahasia akan jelas baginya, dan Allah akan menjadi jelas pula baginya. Barang siapa hatinya diam tetapi lisannya tidak, maka dia akan berkata dengan kata hikmah. Barang siapa yang lisan dan hatinya tidak diam, maka itu adalah kekuasaan setan dan ia tunduk kepadanya.

Menurut Ibnu Arabi, diam lisan adalah diamnya seseorang yang sedang berusaha menempuh perjalanan ruhani sementara diamnya hati adalah sifatnya orang-orang yang sudah muqorrabin yaitu orang yang sudah dekat dengan Allah, sifatnya orang musyahadah (seseorang dalam kondisi ruhaninya mampu menyaksikan kebesaran Allah Swt).

Diamnya orang awam minimal akan menyelamatkannya dari bahaya fitnah sekaligus menyelematkan mulutnya menfitnah,  menghibah, sombong sementara diamnya para orang yang muqorrab akan menimbulkan percakapan hati dengan Tuhannya yang lentur dan asyik.

Pentingnya menjaga lisan, sebagaimana Rasulullah berkata kepada Mu'adz bin Jabal:"Maukah kuberitahu tentang semua kunci perkara itu? Jawabku: ia wahai Rasulullah." Maka Rasulullah pun memegang lidahnya kemudian bersabda: "jagalah ini." Aku bertanya, "Waha Rasulullah, apakah kami dituntut disiksa karena apa yang kami katakan?" Maka beliau menjawab: "celaka engkau, adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?" (HR Tirmidzi).

Rasulullah juga bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah baik dan jika tidak, maka diamlah." (HR Bukhari Muslim).

Ibnu Arabi berkata: "Barang siapa yang menjalankan diam dalam semua keadaan, maka ia tidak akan sempat lagi betbicara kecuali dengan Tuhannya. Sebab diam sama sekali bagi manusia dalam dirinya sendiri adalah mustahil. Jadi memang diam ini adalah suatu perkara yang sulit ditaklukan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ  إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ
"dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya, tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)," (QS. An-Najm 53: Ayat 3-4).

Perkara diam termasuk perkara paling penting disisi para pesuluk (pejalan menuju Allah) karena pembicaraan yang benar merupakan hasil diam dari kesalahan. Pembicaraan yang benar adalah wahyu, berbicara yang benar akan jadi perkataan mengandung hikmah dan diam akan mengahsilkan makrifat kepada Allah Swt. Banyak diam akan mendapatkan bisikan wahyu sementara banyak bicara akan mendapatkan bisikan syetan. 

Diriwayatkan dari Bukhari Muslim dari Aisyah ra, berkata: "Sesungguhnya Nabi apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada yang menghitungnya niscaya ia dalat menghitungnya." Wallahu a'lam bisshwab.

Doa Hari ke 19

اَللَّهُمَّ وَفِّرْ فِيْهِ حَظِّيْ مِنْ بَرَكَاتِهِ وَ سَهِّلْ سَبِيْلِيْ إِلَى خَيْرَاتِهِ وَ لاَ تَحْرِمْنِيْ قَبُوْلَ حَسَنَاتِهِ يَا هَادِيًا إِلَى الْحَقِّ الْمُبِيْنِ
Artinya :

“Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini lebih bisa menikmati berkat-berkat-Mu dan mudahkanlah jalan-ku untuk mendapat kebaikan-kebaikannya. Jangan Engkau haramkan aku untuk menerima kebaikan-kebaikannya. Wahai Pemberi Petunjuk kepada jalan yang terang.

Kamis, 28 Maret 2024

FOOTNOTE HISTORIS || SHALAT TARAWIH SEPERSONIK

By Ahmad M. Sewang 

Setiap tahun saya menulis tentang salat tarawih supersonik. Disebut supersonik karena begitu cepatnya, bayangkan 23 rakat diselesaikan dalam waktu sesengkat-singkanya hanya tujuh menit. Salat ini diselenggrakan di sebuah pesantren di Jombang dan di Cerbon. Yang menarik karena semakin banyak jamaanya dari generasi muda, ada juga orang tua yang ikut, tetapi karena begitu cepat berlangsung, maka mereka hanya bisa mengikuti dengan salat duduk.

Salat tarawih supersonik ini setiap tahun di rewriting. Tahun ini d sengaja di rewriting sekedar menyambut himbauan Mentri Agama RI yang menekankan bahwa hendaknya MUI sebagai khadimul ummat, memperhatikan salat tarawih kilat ini. Saya juga tidak tahu bahwa salat tarawih kilat yang mereka lakukan banyak yang menganggap kontroversi, pengasuhnya sendiri menganggap sah. Alasannya rekun dan syaratnya tidak ada yang dikurangi, sedang para ahli mempertanyakan bahwa salat itu harus ada tuma'ninanya, Apalagi Tarawi, tarawih artinya santai atau istirahat.  Salat tarawih semacam ini sama sekali tidak punya istirahatnys atau tuma'nina. Karena itu, orang tua tidak bisa mengikuti maka terpaksa salat duduk bahkan orang Ambon mengatakan ini adalah "salat bola". Bola jika dijatuhkan ke tanah. Semakin cepat jatuh ke tanah semakin cepat lagi melanting ke atas, maka digelar salat bolah.

Akhirnya segaja tulisan ini diekspos ke publik, agar dapat respon dari MUI untuk mendapatkan bimbingan. Jangan membiarkan masyarakat lepas dari bimbingan. Bukankah MUI sebagai khadimul ummah?

Kenapa setiap tahun tulisan  semacam ini dipublish. Saya teringat kisah lucuh dari sebuah kampung. Penduduknya begitu kritis dalam menghadapi seorang mubalig yang materi dakwahnya cuma satu tema sepanjang Ramadan yang dibawa keliling ke banyak masjid. Kebetul ada jamaah yang mengikutinya. Setelah tiba di masjid kampung yang kritis itu, Mendengar namanya dipersilahkan oleh protokol masjid kampung itu. Jamaah masjid kampung itu ramai-ramai berkata serentak, bagai paduan suara, "Pasti judulnya KUTIBA". Sang mubalig bukannya tersinggung bahkan dengan tersenyum lebar berkata; "Saya juga bosan membawakan judul ini, jika ingin berubah judul nasehat saya, maka ubah dahulu prilakumu. Ini malam kamu ubah, ini malam Juga judul nasehat ini pasti saya ubah. Jika para jamaah bosan mendengarnya, lebih lagi saya sebagai penasehat," katanya santai.

Wasalam, 
Kompleks GMP, 29 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (18)


Perlunya Puasa Diam

Ketika puasa disyariatkan Allah Swt kepada kaum yang beriman "Wahai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." Ada satu prilaku puasa yang rentang umat Islam melupakannya yang hari ini tidak kalah pentingnya untuk dilakukan. Prilaku ini adalah puasa untuk tidak bicara. 

Di era yang makin canggih ini, soal bicara tidak melulu pada mulut untuk menyampaikan maksud kita. Lewat jari pun sudah mampu mengutarakan maksud dan tujuan kita ke orang lain. Jangankan orang terdekat, orang paling jauh sekalipun sudah mampu mengetahui tujuan dan maksud kita cukup ketik dan upload ke media sosial.

Tujuan puasa yang secara gamblang disebutkan dalam al-Quran adalah agar bertakwa sementara salah satu tanda ketakwaan seorang mukmin dapat dilihat dari perkataannya. Berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berbicara. 

Coba kita renungkan sejenak beberapa pertanyaan berikut ini:
1. Seberapa yakin perkataan kita dalam setiap harinya tidak menyinggung perasaan orang lain? 
2. Berapa persen perkataan kita mengandung kebenaran saat berkata-kata (qaulan sadida)? 
3. Berapa persen perkataan kita mengandung kebaikan saat berkata-kata (qaulan ma'rufa)? 
4. Berapa persen perkataan kita mengandung perkataan mulia saat berbicara (qaulan karima)? 
5. Berapa persen perkataan kita mengandung kelembutan saat bicara (qaulan layina)? 
6. Berapa persen perkataan kita mengandung kegembiraan saat bicara (qaulan maisura)? 
7. Berapa persen perkataan kita menyentuh ketika bicara (qaulan baligha)?

Di dalam mulut ada lidah yang tak bertulang, artinya ucapan yang baik akan tergolong amal ibadah dan tentu mendapatkan pahala namun sebaliknya  perkataan yang buruk akan dinilai dosa. Sering dijumpai, biasanya berkumpul untuk ngerumpi (semasa di pondok sering diistilahkan ngerumpi ini dengan kata qiila wa qoola) biasanya lebih banyak dosa bicara yang didapat. Sungguh lidah ini tidak tahan untuk tidak bicara setiap menitnya. Ngerumpi atau qiila wa qoola adalah senang membicarakan seluk-beluk seseorang.

Banyak riwayat terkait keburukan dari pada bicara. Misalnya diriwayatkan dari Bukhari Muslim dari Aisyah ra, berkata: "Sesungguhnya Nabi apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada yang menghitungnya niscaya ia dalat menghitungnya." Abu Hurairah berkata: "Tidak ada baiknya orang yang banyak bicara." Umar bin Khattab berkata: "Barangsiapa yang banyak bicaranya akan banyak kesalahannya." Riwayat Muslim, Nabi bersabda: "Cukuplah seorang itu berdusta, jika ia membicarakan setiap apa yang didengarnya." 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَكُلِي وَٱشۡرَبِي وَقَرِّي عَيۡنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلۡبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِيٓ إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيًّا
"Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini." (QS. Maryam 19: Ayat 26)

Ayat ini mengisahkan Ibunda Maryam di tengah carut-marut persoalan kehamilannya. Allah menyuruhnya puasa diam ketika kehebohan bani israil mempertanyakan kehamilannya. Artinya pada saat itu., meskipun ibunda Maryam berusaha menjelaskan, juga tidak akan diterima kaumnya pada saat itu dan juga pelajarannya adalah tatkala bicara itu tidak ada manfaatnya lagi bagi si pendengar maka dia adalah solusinya. Soekarno berkata: ketika kata tak lagi bermakna maka diam adalah emas.

Lalu, hari ini perlukah kita puasa diam? Bersambung

Doa Hari ke 18

اَللَّهُمَّ نَبِّهْنِيْ فِيْهِ لِبَرَكَاتِ أَسْحَارِهِ وَ نَوِّرْ فِيْهِ قَلْبِيْ بِضِيَاءِ أَنْوَارِهِ وَ خُذْ بِكُلِّ أَعْضَائِيْ إِلَى اتِّبَاعِ آثَارِهِ بِنُوْرِكَ يَا مُنَوِّرَ قُلُوْبِ الْعَارِفِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah sadarkanlah aku untuk mengetahui berkat yang ada pada waktu sahur. Terangilah hati-ku dengan cahaya-Mu yang lembut. Jadikanlah seluruh anggota badanku dapat mengikuti cahaya itu. Wahai Penerang hati sanubari. 

Rabu, 27 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (17)


Dahsyatnya Do'a Kumail

Doa Kumail adalah doa Nabi Khaidir as yang diajarkan kepada Ali bin Abi Thalib kemudian diajarkan ke Kumail Ibnu Ziyad yang kini dikenal dengan nama doa kumail. Doa ini cukup panjang namun saya hanya akan mencoba mengambil satu penggalan di ayat pertama.

Dipenggalan pertama dikatakan:

اللّهمّ انِّى اَسْئلُكَ بِرَحْمَتِك الَّتِى وَسِعْتْ كُلَّ شيئٍ

"Ya Allah! Aku memohon dengan Rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu."

Adakah sesuatu tanpa pengawasan Allah Swt? Tidak ada yang terlepas dari jangkauan-Nya. Semuanya bergantung kepada-Nya.  Begitu juga dengan Rahmat-Nya yang meliputi segala sesuatu.

Kalau Rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, lalu bukankah rasa sakit, kesengsaraan, penderitaan, peperangan merupakan jauhnya dari Rahmat-Nya? Kelihatannya memang ia, padahal kalau kita gali lebih jauh lagi akan terungkap bahwa benar adanya segala sesuatu itu tidak terlepas dari kasih sayang-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَاِ نْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ رَّبُّكُمْ ذُوْ رَحْمَةٍ وَّا سِعَةٍ ۚ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهٗ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ
_"Maka, jika mereka mendustakan kamu, katakanlah, "Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas dan siksa-Nya kepada orang-orang yang berdosa tidak dapat dielakkan."_
(QS. Al-An'am 6: Ayat 147)

Berdasarkan ayat ini, meskipun mendustakan kebenaran yang dibawa para Nabi Allah, Rahmat-Nya tetap terbuka luas. Adapun kalimat siksa pada ayat ini adalah peringatan yang dikarenakan akan kasih sayang Tuhan. Seperti halnya orang tua yang memberi peringatan kepada anaknya lantaran kekhawatirannya akan suatu hal negatif yang menimpa pada anak-anaknya. 

Ditilik dari surah al-Fatihah ayat pertama, Allah menekankan dua sifat-Nya yang agung yaitu _Rahman_ dan _Rahim._ Dua sifat ini adalah yang paling pertama disebutkan dalam Al-Qur'an yang berada pada surah pertama sekaligus ayat pertama, hanya didahului dengan nama Allah. Kemudian setiap pergantian surah selalu dimulai dengan membaca basmalah sebagai penekanan bahwa betul-betul Allah Swt adalah dzat yang pengasih dan penyayang.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَلرَّحْمٰنُ عَلَّمَ الْقُرْاٰ نَ خَلَقَ الْاِ نْسَا نَ 
_"(Allah) Yang Maha Pengasih, yang telah mengajarkan Al-Qur'an, Dia menciptakan menusia."_ (QS. Ar-Rahman 55: Ayat 1-3)

Secara logika seharusnya ayat tiga pada surah _ar-Rahman_ berada pada ayat pertama dan ayat pertama berada pada ayat ketiga. Mencipta, mengajarkan ilmu kepada yang diciptanya barulah dikatakan dermawan tapi Allah justru mengatakan sebaliknya. Ini membuktikan bahwa betapa tiada yang mendahului karunia atau rahmat Allah Swt.

Dikatakan dalam sebagian tafsir bahwa sifat _Rahimiyyah_ Allah Swt peruntukkan secara khusus kepada orang-orang yang bertakwa sedangkan sifat Rahmaniyyah-Nya bersifat umum, mencakup kepada semua makhluk tanpa terkecuali yang beriman bahkan kepada yang mengingkarinya sekalipun. Seburuk apapun karya tetap akan dihargai dari pembuatnya. Apa mungkin Allah Swt tidak mencintai makhluk ciptaan-Nya?

Dalam buku Avatar Cinta karangan Habibullah Farakhzad menceritakan bahwa dalam kitab _'Ilal asy-Syarayi'_ orang-orang datang kepada Fir'aun ketika air sungai Nil menyusut, orang-orang itu berkata: _"Bukankah engkau tuhan kami?" _ Fir'aun menjawab: _"Ya" _ Mereka berkata lagi: _"Jika begitu perbanyak sungai Nil, kebun kami sudah kekurangan air"_ Fir'aun berkata:_"Baik, besok aku akan perbanyak."_  Pada malam harinya Fir'aun menanggalkan pakaian kebesarannya kemudian bersungkur ke tanah dan berkata: _"Ya Allah, jangan lenyapkan harga diri kami. Ya Allah, kami telah terperosok kedalam bahaya." _ Dia terus merintih sehingga Allah mengabulkan permohonannya dengan memperbannyak air sungai Nil.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَجَحَدُوْا بِهَا وَا سْتَيْقَنَـتْهَاۤ اَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَّعُلُوًّا ۗ فَا نْظُرْ كَيْفَ كَا نَ عَا قِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ
_"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan."_ (QS. An-Naml 27: Ayat 14)

Ali bin Abi Thalib berkata: _"Saya tidak perlu kuda yang berlari kencang karena saya tidak pernah berpikir untuk lari dari peperangan ataupun mengejar musuh yang lari dari peperangan."_ Dalam riwayat dikatakan bahwa pernyataan ini adalah jawaban Ali ketika dia dianggap telah beriman buta dan bukan lagi manusia karena ia memilih kuda perang yang kurus dan sangat lemah sementara yang lain berbondong-bondong merebut kuda yang kuat berlari kencang. Kata ini membuktikan betapa sahabat Nabi ini begitu lapang hatinya sekaligus menyampaikan bahwa segala sesuatu itu terdapat Rahmat Allah Swt yang tiada hingga. 

Baris pertama pada Do'a Kumail memberikan pengetahuan bahwa tidak sedikitpun terlepas dari Rahmat-Nya. Sakit adalah Rahmat karena dari rasa sakit itulah manusia menyadari akan melemahannya sebagai makhluk dan juga kemiskinan adalah rahmat karena mengajari kita untuk rajin bekerja dan menabung, dan lain sebagainya. Walkahu a'lam bissowab.

Doa Hari ke 17

اَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْهِ لِصَالِحِ الأَعْمَالِ وَ اقْضِ لِيْ فِيْهِ الْحَوَائِجَ وَ الآمَالَ يَا مَنْ لاَ يَحْتَاجُ إِلَى التَّفْسِيْرِ وَ السُّؤَالِ يَا عَالِمًا بِمَا فِيْ صُدُوْرِ الْعَالَمِيْنَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ الطَّاهِرِيْنَ

Artinya : Ya Allah anugrahilah aku di bulan ini untuk bisa berperilaku yang baik dan kabulkanlah semua hajat dan keinginanku. Wahai yang tidak memerlukan penjelasan dan pertanyaan. Wahai yang Maha mengetahui apa yang ada di dalam alam ini. Anugrahilah shalawat dan salam bagi Muhammad dan keluarganya yang suci.

(NB: _tulisan lama diadopsi kembali_)

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (10 - Selesai)

By Ahmad M. Sewang

Pilihlah sahabat yang mampu membawa prospektif ke depan. Sejak kecil saya berusaha bersahabat yang menurut saya bisa membimbing ke arah lebih positif tanpa memandang firqah keagamaan yang dianut. Karena itu berbagai kajian  saya ikuti, mulai PII, SEPMI,  IPNU, IPM. 

Berpikir secara positif, selalu ada rezikonya, apalagi berpikir negatif. Suatu ketika teman-teman NU, mengetahui bahwa saya mengikuti kegiatan di SEPMI, saya dipanggil ketua Majlis Syariah NU K.H. Muhsin Tahir dan ditanya, "Kenapa ikut SEPMI? Saya jawab dengan polos bahwa mereka juga muslim. Kemudian beliau menegur saya bahwa jawaban itu sudah mulai salah. Tetapi itulah pandangan apa adanya saat itu.

Beda ketika mulai kuliah di Makassar, saya tidak lagi aktif di organisasi  mainstrem melainkan di pengajian kitab kuning seperti di KH Mustari Pasar Terong dan di masjid Raya Makassar. Selain itu, saya aktif di pengajian Aqsha dan di DPP IMMIM. Pengajian Aqsha adalah umumnya menghimpun para dokter yang ingin belajar agama. Di pengajian ini sangat terkenal ketika itu. Ia satu level dengan pengajian Salahuddin UGM dan ITB Bandung. Ia pernah dikunjungi Prof. Buya Hamka, Prof. Yagub Vredenberg dari Belanda, Prof. Nurchalis Madjid, Prof. Baharuddin Lopa, Prof. Harun Nasution, dan hampir semua tokoh populer dari IAIN, IKIP, UNHAS, dan UMI pernah jadi nara sumber di pengajian ini . Di sini saya bergabung sebagai sekertaris harian. 

Menurut penelusuran buku tentang fikih persaudaraan yang saya tulis bahwa Nabi di antaranya yang berhasil mempersaudarakan kaum Muslim dari masyarakat Arab sebelumnya dalam sistem kabilah mengubahnya kepada sistem ukhuwah. Setelah Nabi wafat sistem gabilah ini kembali lagi kambuh terutama di masa khalifah Usman yang disebut dalam sejarah alfitnatul kubah yang diterjemahkan dalam bagasa Indonesia Malapetaka Besar, disebut demikian karena masih berlangsung dalam lintasan sejarah sampai sekarang. Lihat saja kondisi umat sekarang orang lebih suka bertengkar dari pada bersatu hanya masalah furu. (Habis)

Wasalam,
Kompleks GPM. 28 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (16)


Hikmah Kisah Sufi 

Dikisahkan dari seseorang yang memimpikan Syekh Abu Bakr Asy-Syibli, dalam mimpi itu, ia melihat Syekh berdialog dengan Allah Swt. Berikut percakapannya:

"Hai Abu Bakr Asy-Syibli, apakah engkau tau apa yang membuat dosa-dosamu Kuampuni?" Kata Allah
"Amal salehku." Jawab Syekh Abu Bakr Asy-Syibli.
"Bukan." Kata Allah Swt.
"Hajiku, puasaku, shalatku." Kata Syekh Abu Bakr Asy-Syibli.
"Bukan." Kata Allah.
"Perajalananku kepada orang-orang saleh dan untuk menimba ilmu." Kata Syekh Abu Bakr Asy-Syibli.
"Bukan." Kata Allah.
"Ketulusanku dalam beribadah." Kata Syekh Abu Bakr Asy-Syibli.
"Ya Ilahi, lantas apa?" Tanya Syekh Abu Bakr Asy-Syibli penasaran.
"Lantaran kasih sayangmu kepada kucing itulah, Aku memberikan rahmat kepadamu." Kata Allah Swt.

Sebelumnya Abu Bakr Asy-Syibli keluar rumah jalan-jalan di kota Baghdad yang waktu itu sedang hujan deras. Dalam perjalanannya beliau melihat kucing sedang kedinginan. Ia pungut kucing itu, membersihkan dan menghangatkan badannya kemudian memberinya makan. Kucing itu dengan lahap makan karena kelaparan setelah itu tertidur pulas.

Hikmah dari kisah ini bahwa kebaikan tidak mengenal untuk siapa tapi untuk apa dan kenapa kita berbuat baik. Kedua, setiap kebaikan pasti dibalas Allah Swt tanpa pandang bulu kebaikan itu dari mana. Ketiga, berbuat baik kepada semua makhluk adalah kewajiban kita. Keempat, kebaikan tidak dilihat dari seberapa banyaknya melainkan seberapa ikhlasnya kita sudah berbuat baik.

Sudah banyak kisah-kisah yang mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah yang kebaikan itu justru kepada binatang. Kenapa? Karena berbuat baik kepada binatang atau hewan lebih memicu keikhlasan, tidak ada unsur riya, ujub diri dan lainnya. Beda dengan berbuat baik kepada manusia lainnya, lebih ke pamrih, pujian, nama baik, mau dihormati. 

Di bulan puasa ini, perbuatan baik apa yang sudah kita lakukan? Kalau seekor kucing saja kita usir ketika masuk ke dalam rumah, lalu takwa seperti apa yang sudah kita puasain? Kalau dipuasa kita hanya disibukkan pilkran-pikiran mau makan menu apa di waktu berbuka? Puasa kita untuk memindahkan waktu makan bukan karena laallakum tattakun. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 16

اَللَّهُمَّ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِمُوَافَقَةِ الْأَبْرَارِ وَ جَنِّبْنِيْ فِيْهِ مُرَافَقَةَ الْأَشْرَارِ وَ آوِنِيْ فِيْهِ بِرَحْمَتِكَ إِلَى (فِيْ ) دَارِ الْقَرَارِ بِإِلَهِيَّتِكَ يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ

Artinya : Ya Allah, anugrahilah kepadaku di bulan ini agar supaya bisa bergaul dengan orang-orang baik, dan jauhkanlah aku dari bergaul dengan orang-orang jahat. Berilah aku perlindungan di bulan ini dengan rahmat-Mu sampai ke alam Akhirat. Demi keesaan-Mu wahai Tuhan semesta Alam. 

Selasa, 26 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGi SEJARAH (9)

By Ahmad M. Sewang

Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya hendaknya mengingatkan sebuah hadis Nabi bahwa ini  adalah pelajaran sejarah yang perlu dipertimbangkan mana yang segera diambil sebagai pelajaran dan mana yang tidak perlu, mengingat kita sedang berada dalam sebuah dinamika perubahan yang terus-menerus, sedang dalam ilmu sejarah mengajarkan sejarah penguasa. Artinya, sejarah masyarakat Pambusuang selama ini tidak lebih adalah sejarah siapa yang sedang berkuasa menentukan apa yang bernilai monumental yang perlu dilestarikan untuk generasi kita dan yang akan datang. Kita tidak  pernah (melangsungkan pameran Sejarah di sekitar awal abad ke-20) dikuasai oleh papazan (papadang artinya para pedagang yang berlayar sampa ke Padang, Minangkabau.)

Saya merasa beruntung karena ketika melakukan penelitina S1  masih bertemu Hj. Asia (Amma Kanung). Dari sanalah banyak memperoleh informasi tentang para pedagang Mandar. Para pedagang berphoto di Padang tahun 1923. Mereka mengelilingi Abd. Muis (pinpinan pusat SI). Mereka menyebut diri sebagai Syarikat Mandar. Saya meminta agar photo ini bisa di simpang dengan baik untuk dipelihara karena di antara bukti sejarah yang bernilai dan masih terpelihara sampai sekarang, menunjukkan bahwa Pambusuang memiliki sejarah gemilang masa lalu. Saya berpendapat photo itu masih tersimpan dengan baik di rumah annanguru Hawu di Polewali. Mungkin annaguru Hawu menyimpang banyak dokumentasi yang bisa di pamerkan pada hari haul Darwis Hamsa.

 Perlu diketahui ada beberapa orang yang tergabung dalam photo Syarekat Mandar itu di antaranya ada dari Pambusuang, Karama, dan Babarura. Dengan demikian hari haul Darwis Hamsa memiliki makna historis dan nilai tambah dengan adanya pameran itu. Saya pernah diberitahu Darwis Hamsa ketika beliau masih hidup bahwa akan memberikannya pada orang yang terlibat pada Syarikat Mandar itu sebagai pahlawan. Tetapi beliau terlanjur wafat dan saya pikir  cita-cita luhur almarhum bisa dilanjutkan oleh para penerusnya. Sebenarnya, adalah kebanggaan warga Pambusuang kalau bisa dipastikan kontroversi bahwa Darwis Hamsa adalah kelahiran Pambusunag. Saya sebagai warga dan kelahiran Pambusuang sungguh merasa sangat bangga.

Wasalam,
Kompleks GPM, 27 Maret 2024

HASIL PEMILU || ANGGOTA DPR RI 2024-2029

Daftar anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2024–2029

Berikut merupakan daftar anggota DPR RI periode 2024–2029

 berdasarkan hasil pemilihan umum tahun 2024 (Pemilu 2024) yang mencakup daerah pemilihan. 

Daftar ini masih bersifat sementara dan masih ada perubahan :

Aceh I

Irmawan (PKB)
T. Zulkarnaini Ampon Bang (Golkar)
Nazaruddin Dek Gam (PAN)
Muslim Ayub (NasDem)
Ghufran Zainal Abidin (PKS)
Jamaluddin Idham (PDIP)
Teuku Riefky Harsya (Demokrat)

Aceh II

Ilham Pangestu (Golkar)
Ruslan M. Daud (PKB)
Irsan Sosiawan (NasDem)
TA Khalid (Gerindra)
Samsul Bahri Tiyong (Golkar)
Nasir Djamil (PKS)

Sumatera Utara I

Sofyan Tan (PDIP)
Yasonna Laoly (PDIP)
Musa Rajekshah (Golkar)
Meutya Hafid (Golkar)
Ashari Tambunan (PKB)
Ade Jona Prasetyo (Gerindra)
Prananda Surya Paloh (NasDem)
Tifatul Sembiring (PKS)
Lokot Nasution (Demokrat)
Husni (Gerindra)

Sumatera Utara II

Lamhot Sinaga (Golkar)
Andar Amin Harahap (Golkar)
Trinovi Khairani (Golkar)
Rapidin Simbolon (PDIP)
Sihar Pangihutan Hamonangan Sitorus Pane (PDIP)
Martin Manurung (NasDem)
Gus Irawan Pasaribu (Gerindra)
Sabam Sinaga (Demokrat)
Marwan Dasopang (PKB)
Saleh Partaonan Daulay (PAN)

Sumatera Utara III

Mangihut Sinaga (Golkar)
Bob Andika Mamana Sitepu (PDIP)
Rudi Hartono Bangun (NasDem)
Sugiat Santoso (Gerindra)
Ansory Siregar (PKS)
Delia Pratiwi Br Sitepu (Golkar)
Bane Raja Manalu (PDIP)
Hinca I P Pandjaitan XIII (Demokrat)
Nasril Bahar (PAN)
Ahmad Doli Kurnia Tanjung (Golkar)

Sumatera Barat I

Lisda Hendrajoni (NasDem)
Shadiq Pasadigoe (NasDem)
Andre Rosiade (Gerindra)
Zigo Rolanda (Golkar)
Athari Gauthi Ardi (PAN)
Rahmat Saleh (PKS)
Alex Indra Lukman (PDIP)
Rico Alviano (PKB)

Sumatera Barat II

Nevi Zuairina (PKS)
Arisal Aziz (PAN)
Mulyadi (Demokrat)
Cindy Monica Salsabila Setiawan (NasDem)
Benny Utama (Golkar)
Ade Rezki Pratama (Gerindra)

Riau I

Syamsuar (Golkar)
Dewi Juliani (PDIP)
Hendry Munief (PKS)
Iyeth Bustami (PKB)
Achmad (Demokrat)
Muhammad Rahul (Gerindra)
Karmila Sari (Golkar)

Riau II

Yulisman (Golkar)
Abdul Wahid (PKB)
Siti Aisyah (PDIP)
Syahrul Aidi Maazat (PKS)
Muhammad Rohid (Gerindra)
Sahidin (PAN)

Kepulauan Riau

Rizki Faisal (Golkar)
Endipat Wijaya (Gerindra)
Randi Zulmariadi (NasDem)
Sturman Panjaitan (PDIP)

Jambi

Cek Endra (Golkar)
Edi Purwanto (PDIP)
Rocky Candra (Gerindra)
Elpisina (PKB)
Zulfikar Achmad (Demokrat)
Syarif Fasha (NasDem)
A. Bakri H. M. (PAN)
Hasan Basri Agus (Golkar)

Sumatera Selatan I

Kahar Muzakir (Golkar)
Fauzi H. Amro (NasDem)
Kartika Sandra Desi (Gerindra)
Yulian Gunhar (PDIP)
S. N. Prana Putra Sohe (PKB)
Yudha Novanza Utama (Golkar)
Iqbal Romzi (PKS)
Ishak Mekki (Demokrat)

Sumatera Selatan II

Ahmad Wazir Noviadi (Gerindra)
Irma Suryani (NasDem)
Dewi Yustisiana (Golkar)
Wahyu Sanjaya (Demokrat)
Giri Ramanda N. Kiemas (PDIP)
Bertu Merlas (PKB)
Iskandar (PAN)
Sri Meliyana (Gerindra)
Askweni (PKS)

Kepulauan Bangka Belitung

Melati (Gerindra)
Rudianto Tjen (PDIP)
Bambang Patijaya (Golkar)

Bengkulu

Derta Rohidin (Golkar)
Dewi Coryati (PAN)
Eko Kurnia Ningsih (PDIP)
Erna Sari Dewi (NasDem)

Lampung I

Ahmad Muzani (Gerindra)
Mukhlis Basri (PDIP)
Muhammad Kadafi (PKB)
Rycko Menoza (Golkar)
Rahmawati Herdian (NasDem)
Putri Zulkifli Hasan (PAN)
Zulkifli Anwar (Demokrat)
Al Muzzammil Yusuf (PKS)
Ruby Chairani Syiffadia (Gerindra)
Sudin (PDIP)

Lampung II

Hanan A. Rozak (Golkar)
Dwita Ria Gunadi (Gerindra)
I Ketut Suwendra (PDIP)
Chusnunia Chalim (PKB)
Marwan Cik Asan (Demokrat)
Tamanuri (NasDem)
Irham Jafar Lan Putra (PAN)
A. Junaidi Auly (PKS)
Aprozi Alam (Golkar)
Bob Hasan (Gerindra)

DKI/DK Jakarta I

Mardani Ali Sera (PKS)
Putra Nababan (PDIP)
Habiburokhman (Gerindra)
Eko Hendro Purnomo (PAN)
Hasbiallah Ilyas (PKB)
Anis Byarwati (PKS)

DKI/DK Jakarta II

Hidayat Nur Wahid (PKS)
Once Mekel (PDIP)
Abraham Sridjaja (Golkar)
Himmatul Aliyah (Gerindra)
Ida Fauziyah (PKB)
Uya Kuya (PAN)
Kurniasih Mufidayati (PKS)

DKI/DK Jakarta III

Charles Honoris (PDIP)
Adang Daradjatun (PKS)
Erwin Aksa (Golkar)
Ahmad Sahroni (NasDem)
Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Gerindra)
Nurwayah (Demokrat)
Sigit Purnomo Said (PAN)
Darmadi Durianto (PDIP)

Jawa Barat I

Atalia Praratya (Golkar)
Ledia Hanifa Amaliah (PKS)
Melly Goeslaw (Gerindra)
Junico B. P. Siahaan (PDIP)
Habib Syarief Muhammad (PKB)
Fathi (Demokrat)
Nurul Arifin (Golkar)

Jawa Barat II

Cucun Syamsurijal (PKB)
AHasan Syadzily (Golkar)
Ahmad Heryawan (PKS)
Rachel Marya (Gerindra)
Dede Yusuf  (Demokrat)
Denny Cagur (PDIP)
AhmadQodratullah (PAN)
Rajiv (NasDem)
Asep Romy  (PKB)
Dadang M. (Golkar)

Jawa Barat III

Budhy Setiawan (Golkar)
Kamrussamad (Gerindra)
Muhamad Abdul Azis Sefudin (PDIP)
Ecky Awal Mucharam (PKS)
Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz (PKB)
Ananda Tohpati N. R. (NasDem)
Eddy Soeparno (PAN)
Ilham Permana (Golkar)
Endang T. (Gerindra)

Jawa Barat IV

Heri Gunawan (Gerindra)
Dewi Asmara (Golkar)
Slamet (PKS)
Zainal Munasichin (PKB)
Iman A (Demokrat)
Desy Ratnasari (PAN)

Jawa Barat V

Fadli Zon (Gerindra)
Ravindra A. (Golkar)
Achmad Ru'yat (PKS)
Tommy Kurniawan (PKB)
Adian Napitupulu (PDIP)
Primus Yustisio (PAN)
Asep Wahyu (NasDem)
Marlyn M (Gerindra)
Anton S (Demokrat)

Jawa Barat VI

Mahfudz Abdur (PKS)
Ranny FArafiq (Golkar)
Nuroji (Gerindra)
Sukur H. Nababan (PDIP)
Sudjatmiko (PKB)
Muhammad Kholid (PKS)

Jawa Barat VII

Dedi Mulyadi (Gerindra)
Puteri Komarudi (Golkar)
Ahmad Syaikhu (PKS)
Rieke D.Pitaloka (PDIP)
Cellica N. (Demokrat)
Putih Sari (Gerindra)
Syaiful Huda (PKB)
Saan Mustopa (NasDem)
Verrell Bramasta (PAN)
Obon Tabroni (Gerindra)

Jawa Barat VIII

Daniel Syafiudin (Golkar)
Rokhmin Dahuri (PDIP)
Kardaya W. (Gerindra)
Dedi Wahidi (PKB)
Satori (NasDem)
Netty Prasetiyani (PKS)
Herman K (Demokrat)
Dave Firkarno (Golkar)
Selly Gantina (PDIP)

Jawa Barat IX


Galih Kartasasm (Golkar)
Jefry R. (Gerindra)
TB.Hasanuddin (PDIP)
Ateng Sutisna (PKS)
Farah Puteri  (PAN)
Maman Haq (PKB)
Elita Budiati (Golkar)
Ujang Bey (NasDem)

Jawa Barat X

Ida N.Wiradinata (PDIP)
Rokhmat Ardi (Gerindra)
Agun G.Sudarsa (Golkar)
Rina Sa'adah (PKB)
Surahman Hidayat (PKS)
Herry Dermawan (PAN)
Shohibul I. (NasDem)

Jawa Barat XI

Muhammad  F (Gerindra)
Ade Ginanjar (Golkar)
Imas Aan Ubudiah (PKB)
Mohamad S.Iman (PKS)
Dony M.Oekon (PDIP)
Muhammad  Amin (PAN)
Mulan Jamela (Gerindra)
Ferdiansyah (Golkar)
Oleh Soleh (PKB)
Lola N.Oktavia (NasDem)

Banten I

Ahmad Fauzi (PKB)
Rizki Nataku (Demokrat)
Ali Zamroni (Gerindra)
Tia Rahmania (PDIP)
Arif Rahman (NasDem)
Adde Rosi K (Golkar)

Banten II

Edison Sitorus (PAN)
Furtasan Ali  (NasDem)
Anisa Mahesa (Gerindra)
TH.Jaman (Golkar)
Jazuli Juwaini (PKS)
Sarifah A. Jariyah (PDIP)

Banten III

Airin R. Diany (Golkar)
Rano Karno (PDIP)
Habib I.S.Al-Jufri (PKS)
Sufmi Dasco (Gerindra)
Rano Alfath (PKB)
Okta Kumala Dewi (PAN)
Zulfikar H. (Demokrat)
Wahidin Halim (NasDem)
Andi Achmad (Golkar)
Marinus Gea (PDIP)

Jawa Tengah I

M. Herviano(PDIP)
Firnando H.G (Golkar)
Muh. Haris (PKS)
Sam Wattimena (PDIP)
Alamuddin D.Rois (PKB)
Sugiono (Gerindra)
A.Sukawijaya (Demokrat)
Fadholi (NasDem)

Jawa Tengah II

Nusron Wahid (Golkar)
Musthofa (PDIP)
Fathan Subchi (PKB)
Lestari Moerdi (NasDem)
Jamaludin Malik (Golkar)
Abdul Wachid (Gerindra)
Gilang D. (PDIP)

Jawa Tengah III

Haryanto (PDIP)
Marwan Jafar (PKB)
Sudewo (Gerindra)
Harmusa O. (Demokrat)
Evita Nursanty (PDIP)
Firman S. (Golkar)
Sri Wulan (NasDem)
Edy Wuryanto (PDIP)
Eva Monalisa (PKB)

Jawa Tengah IV

Bambang Pacul (PDIP)
Dolfie OFP (PDIP)
Juliyatmono (Golkar)
Hamid Noor Yasin (PKS)
Rinto Subekti (Demokrat)
Sriyanto S. (Gerindra)
Diah Pikatan O. Putri Haprani (PDIP)

Jawa Tengah V

Puan Maharani (PDIP)
Singgih Janura (Golkar)
Adik Sasongk (Gerindra)
Aria Bima (PDIP)
Abdul Kharis (PKS)
Didik Haryadi (PDIP)
Muhammad Hatta (PAN)
Mohamad Toha (PKB)

Jawa Tengah VI

Sudjadi (PDIP)
Abdullah (PKB)
Vita Ervina (PDIP)
Prasetyo Hadi (Gerindra)
Panggah S (Golkar)
Bramantyo S. (Demokrat)
Nafa Urbach (NasDem)
Sofwan Ardyanto (PDIP)

Jawa Tengah VII

Utut Adianto (PDIP)
Taufiq R. Abdullah (PKB)
Aqib Ardiansyah (PAN)
Darori W. (Gerindra)
Rofik Hananto (PKS)
Amelia A (NasDem)
Bambang Soes (Golkar)

Jawa Tengah VIII

Kaisar KK. Said. (PDIP)
Novita W. (Gerindra)
Siti Mukaromah (PKB)
Teti R. (Golkar)
Adisatrya S.S. (PDIP)
Wastam (Demokrat)
Sugeng S. (NasDem)
Yanuar Wibowo (PKS)

Jawa Tengah IX

Shanty A Nathalia (PDIP)
Eka Widodo (PKB)
Harris Turino (PDIP)
Mohamad H. (Gerindra)
Agung W. (Golkar)
Abdul Fikri Faqih (PKS)
Shintya S.Kusuma (PDIP)
Wahyudin  Goyud (PAN)

Jawa Tengah X

Ashraff Abu (Golkar)
Hanif Dhakiri (PKB)
Dede IP.Soediro (PDIP)
Ramson S. (Gerindra)
Doni Akbar (Golkar)
Yoyok Sudibyo (NasDem)
Rizal Bawazier (PKS)

Daerah Istimewa Yogyakarta

MY Esti Wijayati (PDIP)
Gandung P. (Golkar)
Siti Soeharto (Gerindra)
Sukamta (PKS)
Kaisar A.Hanifah (PKB)
Totok Daryanto (PAN)
G. M. Totok H.S (PDIP)
Subardi (NasDem)

Jawa Timur I

Bambang S. (Gerindra)
Puti Guntur Soekarno (PDIP)
Arzeti Bilbina  (PKB)
Arizal Tom Liwafa (PAN)
Adies Kadir (Golkar)
Lita  Arifin (NasDem)
Dhani Ahmad  (Gerindra)
Reni Astuti (PKS)
Indah Kurnia (PDIP)
Lucy K. (Demokrat)

Jawa Timur II

Faisol Riza (PKB)
Anwar Sadad (Gerindra)
M.Haerul Amri (NasDem)
M. Irsyad Yusuf (PKB)
M.Misbakhun (Golkar)
Mufti A.N.Anam (PDIP)
Syaiful Nuri (PAN)

Jawa Timur III

Nihayatul Wafiroh (PKB)
Sonny Tri D. (PDIP)
Zulfikar Sadikin (Golkar)
Sumail A. (Gerindra)
M. Nasim Khan (PKB)
Dina Lorenza (Demokrat)
Ina Ammania (PDIP)

Jawa Timur IV

Rivqy Abdul Halim (PKB)
Bambang H. (Gerindra)
Arif Wibowo (PDIP)
M.Purnamasidi (Golkar)
Charles M. (NasDem)
Amin AK (PKS)
A Ghufron Sirodj (PKB)
Kawendra L. (Gerindra)

Jawa Timur V

Hasanuddin Wahid (PKB)
Ahmad Basarah (PDIP)
Moreno S. (Gerindra)
Ahmad Irawan (Golkar)
Gamal (PKS)
Ali Ahmad (PKB)
Andreas Susetyo (PDIP)
Ma'ruf M. (Gerindra)

Jawa Timur VI

Pulung Agustanto (PDIP)
Anggia Ermarini (PKB)
M.Sarmuji (Golkar)
Endro H. (Gerindra)
Sri Rahayu (PDIP)
Nurhadi (NasDem)
Ahmad Riski Sadig (PAN)
An’im FM (PKB)
Heru Tjahjono (Golkar)

Jawa Timur VII

Ibas Y  (Demokrat)
Novita Hardini (PDIP)
A. Iman Sukri (PKB)
Supriyanto (Gerindra)
Ali Mufthi (Golkar)
Sartono H. (Demokrat)
Budi S.Kanang (PDIP)
Riyono (PKS)

Jawa Timur VIII

Rusdi Kirana (PKB)
Sadarestuwati (PDIP)
Muhammad Habibur Rochman (Nasdem)
M.Yahya Zaini (Golkar)
M.Irfan Yusuf (Gerindra)
Meitri C.Wardani (PKS)
Guntur S. (Demokrat)
Abdul H.Bafagih (PAN)
Abdul H.Iskandar (PKB)
Banyu Biru Djarot (PDIP)

Jawa Timur IX

Haeny W. (Golkar)
Anna Mu'awanah (PKB)
Wihadi W. (Gerindra)
Abidin Fikri (PDIP)
Eko Wahyudi (Golkar)
Ratna Juwita Sari (PKB)

Jawa Timur X

Nasyirul Falah A. (PDIP)
Jazilul Fawaid (PKB)
Ahmad Labib (Golkar)
Jiddan (NasDem)
Khilmi (Gerindra)
Nila Y.Hardiyanti (PDIP)

Jawa Timur XI

M. Said Abdullah (PDIP)
Eric Hermawan (Golkar)
Syafiuddin (PKB)
Slamet Ariyadi (PAN)
Willy Aditya (NasDem)
Hasani Bin Zuber (Demokrat)
Imron Amin (Gerindra)
Ansari (PDIP)

BALI

I Nyoman Parta (PDIP)
I Gusti N. Kelakan (PDIP)
Gde S.Linggih (Golkar)
⁠I Dewa W. (Gerindra)
I Wayan Sudirta (PDIP)
I Nyoman AW (PDIP)
Tutik K W (Demokrat)
I Nengah S (NasDem)
⁠I Ketut KAdnyana (PDIP)

Nusa Tenggara Barat I

Mahdalena (PKB)
Mori Hanafi (NasDem)
Johan Rosihan (PKS)

Nusa Tenggara Barat II

Lale Syifaun N (Gerindra)
Abdul Hadi (PKS)
Sari Yuliati (Golkar)
Rachmat Hidayat (PDIP)
Muazzim Akbar (PAN)
Nanang S (Demokrat)
Lalu Hadrian Irfani (PKB)
Fauzan Khalid (NasDem)

Nusa Tenggara Timur I

Andreas H Pareira (PDIP)
Ahmad Yohan (PAN)
Dipo Nusantara  (PKB)
Benny KH (Demokrat)
JS Laiskodat (NasDem)
Melchias MM (Golkar)

Nusa Tenggara Timur II

E M Laka Lena (Golkar)
VB Laiskodat (NasDem)
Esthon fonay (Gerindra)
Anita  Gah (Demokrat)
Yohanis F. Lema (PDIP)
Usman Husin (PKB)
G P. Novanto (Golkar)

Kalimantan Barat I

Cornelis (PDIP)
M. Abdurrahman (Golkar)
Yuliansyah (Gerindra)
Syarief A (NasDem)
Daniel Johan (PKB)
Maria Lestari (PDIP)
Alifudin (PKS)
Boyman Harun (PAN)

Kalimantan Barat II

Lasarus (PDIP)
Gulam Sharon (NasDem)
Adrianus AS (Golkar)
Paolus Hadi (PDIP)

Kalimantan Tengah

Agustiar S. A. (PDIP)
Mukhtarudin (Golkar)
Iwan K. (Gerindra)
Nadalsyah (Demokrat)
M.Syauqie (PAN)
A.T.Narang (NasDem)

Kalimantan Selatan I

Bambang H.P. (Golkar)
M.Rifqinizamy (NasDem)
A. Bakar Al-Habsyi (PKS)
M.Rofiqi (Gerindra)
Sandi F. Noor (Golkar)
Khairul Saleh (PAN)

Kalimantan Selatan II

Endang Agustina (PAN)
H.Sulaiman (Golkar)
Mariana (Gerindra)
Rahmat T. (NasDem)
Sudian Noor (PAN)

Kalimantan Utara

Rahmawati (Gerindra)
Deddy Y. Sitorus (PDIP)
Hasan Saleh (Demokrat)

Kalimantan Timur

Safaruddin (PDIP)
Rudy Mas'ud (Golkar)
Hetifah S. (Golkar)
Nabil H. Amin (NasDem)
Aus Hidayat Nur (PKS)
Edi Oloan Pasaribu (PAN)
Syafruddin (PKB)
B Djiwandono (Gerindra)

Sulawesi Utara

C.Liempepas (Gerindra)
Rio A. J. Dondokambey (PDIP)
Yasti  Mokoagow (PDIP)
C E. Paruntu (Golkar)
F.E Runtuwene (Nasdem)
HB Lasut (Demokrat)

Gorontalo

R. Gobel (NasDem)
Rusli Habibie (Golkar)
E Husein Mohi (Gerindra)

Sulawesi Tengah

L. Djanggola (Gerindra)
M. J. Rumambi (PDIP)
Muhidin M. Said (Golkar)
Beniyanto (Golkar)
N. Sari Lawira (Nasdem)
Sarifuddin Sudding (PAN)
Anwar Hafid (Demokrat)

Sulawesi Tenggara

Jaelani (PKB)
Bahtra Banong (Gerindra)
Ahmad Safei (PDIP)
Ridwan Bae (Golkar)
Tina Nur Alam (NasDem)
Rusda M. (Demokrat)

Sulawesi Selatan I

Syamsu Rizal (PKB)
Azikin Solthan (Gerindra)
Andi R.Wittiri (PDIP)
H. Baco Kady (Golkar)
Fatmawati R. (NasDem)
Rudianto Lallo (NasDem)
Meity Rahmatia (PKS)
Ashabul Kahfi (PAN)

Sulawesi Selatan II

Andi M. Ramly (PKB)
Andi Sulaiman (Gerindra)
Andi ID Aras (Gerindra)
Nurdin Halid (Golkar)
Taufan Pawe (Golkar)
Teguh Iswara  (NasDem)
Ismail (PKS)
Andi Yuliani Paris (PAN)
Andi M Aqil (Demokrat)

Sulawesi Selatan III

Unru Baso (Gerindra)
Tinro Tunrung (Gerindra)
M.Fauzi (Golkar)
Rusdi  M. (NasDem)
Eva Rataba (NasDem)
Muslimin Bando (PAN)
F.Kalalemb (Demokrat)

Sulawesi Barat

Agus Ambo Djiwa (PDIP)
Ratih M.S (NasDem)
Ajbar (PAN)
Suhardi Duka (Demokrat)

Maluku

H. Lewerissa (Gerindra)
Mercy C.Barends (PDIP)
Saadiah Uluputty (PKS)
Widya M. Ismail (PAN)

Maluku Utara

Irine Y. Roba Putri (PDIP)
Alien Mus (Golkar)
I.A.Kasuba (PKS)

Papua

YP Mandenas (Gerindra)
B Tommy Mano (PDIP)
Tonny Tesar (NasDem)

Papua Barat

Obet Rumbruren (PDIP)
Alfons Manibui (Golkar)
C.C.Makalew (NasDem)

Papua Selatan

K Y.Agawemu (PKB)
Edoardus Kaize (PDIP)
S L. Hamzah (NasDem)

Papua Tengah

K. Watubun (PDIP)
S. Tandra (Golkar)
Natalis Tabuni (NasDem)

Papua Pegunungan

John W. Wetipo (PDIP)
Roberth Rouw (NasDem)
Paulus Ubruangge (PAN)

Papua Barat Daya

Robert Kardinal (Golkar)
Rico Sia (NasDem)
F.H Tampubolon (Demokrat)

Keterangan :
Masih bisa berubah setelah 20 April keputusan MK....

TENTANG NUZULUL QUR'AN

Peristiwa Turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) dan Keutamaannya
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Peristiwa Turunnya Al-Quran – Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam dan kitab suci ini diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an juga menjadi pedoman bagi semua Islam dalam menjalani kehidupan ini. Dengan Al-Qur’an, maka hidup yang dijalaninya bisa lebih terarah dan terhindar dari perbuatan dosa.

Namun, peristiwa turunnya Al-Qur’an mungkin jarang ada yang mengetahuinya. Jangan khawatir karena pada artikel ini, kita akan membahas lebih jauh tentang peristiwa turunya Al-Qur’an. Namun, sebelum membahas peristiwa turunnya Al-Qur’an, ada baiknya kalau kita membahas tentang pengertian Al-Qur’an terlebih dahulu.

Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam yang menjadi pegangan dan dasar bagi kehidupan. Dalam sejarah, tercatat bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus kepada Rasulullah SAW. Ayat-ayat Al Qur’an diturunkan secara bertahap, sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Salah satu peristiwa yang terkait dengan sejarah turunnya Al-Qur’an ke bumi adalah Nuzulul Qur’an.

Fungsi Diturunkannya Al-Qur’an
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti ada manfaat dan fungsinya. Al-Qur’an mengandung banyak pokok ajaran, sehingga seluruh hidup dan kehidupan ini menjadi teratur. Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti ada manfaatnya. Al-Qur’an mengandung banyak pokok ajaran sehingga seluruh hidup dan kehidupan ini menjadi teratur. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang fungsi Al-Qur’an, seperti dikutip dari buku Al-Qur’an dan Hadits karya Muhaimin yaitu:

1. Sebagai Petunjuk bagi Manusia
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang beriman dan bertaqwa dalam hidup dan kehidupan.

Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam Surat Al A’raf ayat 52:

Artinya: “Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (AlQur’an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan Rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS Al A’raf ayat 52)

Hal ini dapat terlihat bagi siapa saja (manusia) yang mengikuti petunjuk Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan, kejayaan, keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

2. Sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam
Sumber pokok ajaran Islam adalah Al-Qur’an. Sebab, dari Al-Qur’an-lah diambil dari segala pokok syariat dan dalil-dalil syar’i yang mencakup seluruh aspek hukum bagi manusia dalam menjalani hidup di dunia atau akhirat.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Surat An Nisa ayat 105:

Artinya: “Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (AlQuran) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat”.

3. Sebagai Pengajaran bagi Manusia
Al-Qur’an adalah pengajaran bagi manusia. Oleh karena itu, manusia mengetahui jalan yang haq dan batil, antara yang benar dan yang sesat lainnya.

Hal ini tercantum dalam Surat Yunus ayat 57:

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta Rahmat bagi orang yang beriman”. (QS Yunus ayat 57).

Dengan fungsi Al-Qur’an itulah Al-Qur’an memiliki peran yang sangat penting dalam menjalani hidup. Tujuannya agar hidup berjalan kebenaran dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Peristiwa Turunnya Al-Qur’an atau Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Secara bahasa, Nuzulul Qur’an berasal dari dua kata yaitu Nuzulul (menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah) dan Al-Qur’an (kitab suci umat Islam). Jadi, Nuzulul Qur’an dapat diartikan sebagai peristiwa turunnya Al-Qur’an dari tempat yang tinggi ke muka bumi.

Sedangkan makna secara lengkap, Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk digunakan sebagai petunjuk bagi umat Islam. Umat Islam berlomba-lomba untuk mendapatkan malam Nuzulul Qur’an. Malam Nuzulul Qur’an didapat di bulan Ramadhan tanggal 17.

Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Keutamaan Nuzulul Qur’an
Berikut ini adalah keutamaan malam Nuzulul Qur’an, peristiwa turunnya Al Qur’an ke bumi pada 17 Ramadhan, yaitu:

1. Lebih Baik dari 1000 bulan
Disebut lebih baik dari seribu bulan memiliki makna bahwa amalan dan ibadah yang dilakukan dalam malam Nuzulul Qur’an lebih baik dari amalan yang dilakukan selama seribu bulan. Hal itu didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surat Al Qadr ayat 3.

2. Diampuni Segala Dosa
Orang yang menghidupkan malam Nuzulul Qur’an akan mendapatkan ampunan dosa dari Allah SWT hingga diibaratkan seperti bayi yang baru saja lahir ke dunia.

3. Sebagai Malam Penuh Berkah
Malam Nuzulul Qur’an juga menjadi salah satu malam yang penuh berkah. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Surat Al-Dukhan ayat 3. Selain itu, disebut malam penuh berkah karena Al-Qur’an diturunkan ke bumi dalam satu malam di bulan Ramadhan.

Keistimewaan Nuzulul Qur’an
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Adapun keistimewaan Nuzulul Qur’an yaitu sebagai berikut:

Keistimewaan Nuzulul Qur’an yang pertama adalah peristiwa ini telah menguatkan hati Rasulullah SAW dan para sahabat untuk terus berjuang dalam berdakwah dan menyebarkan agama Islam kepada semua orang. Meskipun saat itu, Rasul dan para sahabat banyak mendapat cemoohan, ejekan, hinaan serta siksaan dari pembenci Islam.
Keistimewaan selanjutnya adalah Nuzulul Qur’an merupakan sebuah tantangan serta pertolongan dari Allah SWT untuk umat muslim untuk terus berjuang dijalan Allah SWT dan mengharap ridho Allah SWT.
Nuzulul Qur’an juga memiliki keistimewaan di mana ia merupakan peristiwa turunnya wahyu Allah yang berupa Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan jawaban atas segala pertanyaan manusia mengenai berbagai hal mulai dari fiqih, hukum hingga hal lain yang sangat penting.
Teori Nuzulul Qur’an
Istilah Nuzulul Qur’an ini biasa diperingati pada malam tanggal 17 Ramadhan, sebagai malam dimana pertama kali Al Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira melalui malaikat Jibril. Ada sejumlah teori bagaimana tahapan Al Qur’an diturunkan hingga menjadi utuh. Berikut teori tentang Nuzulul Qur’an:

1. Teori Pertama
Pada malam Lailatul Qadar, Al Qur’an dalam jumlah dan bentuk yang utuh dan komplit, diturunkan ke langit dunia. Setelah itu, dari langit dunia, Al-Qur’an diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai kebutuhan selama 20/23/25 tahun.

2. Teori Kedua
Makna Nuzulul Qur’an dijelaskan juga bahwa Al Qur’an diturunkan ke langit dunia selama 20 malam Lailatul Qadar dalam 20 tahun (Lailatul Qadar hanya turun sekali dalam setahun). Setelah itu, dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW sesuai kebutuhan.

3. Teori Ketiga
Al-Qur’an turun pertama kali pada malam Lailatul Qadar. Selanjutnya, Al Qur’an diturunkan ke bumi secara bertahap dalam waktu berbeda-beda.

Amalan yang Bisa Dilakukan Saat Nuzulul Qur’an
Diriwayatkan dalam Hadits Bukhari

“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah SAW pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Al-Qur’an bersamanya”.

Amalan yang bisa dilakukan di malam nuzulul Qur’an, antara lain:

Amalan nuzulul Qur’an yang pertama adalah istiqomah membaca Al Qur’an. Setidaknya cobalah khatam membaca Al Qur’an satu kali selama bulan Ramadhan ini.
Selanjutnya, amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur’an adalah melakukan I’tikaf atau berdiam diri di masjid pada malam hari. Melakukan I’tikaf sebagai amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur’an bukan berarti hanya diam dan tidur tiduran saja di masjid, tetapi mengisi malam tersebut dengan kegiatan berzikir kepada Allah SWT ataupun membaca Al Quran.
Selanjutnya, Anda bisa juga mengisi malam nuzulul quran dengan memperbanyak shalat malam dan berdoa. Amalan yang dilakukan di malam nuzulul quran ini bisa membuat lebih menghayati betapa sakral dan pentingnya peristiwa turunnya Al Quran yang menjadi pedoman seumur hidup bagi umat islam ini.
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Ayat Al-Qur’an pertama yang turun adalah surat Al Alaq ayat 1-5. Turunnya ayat ini menjadi tanda awal kenabian Muhammad SAW. Selain itu, turunnya Al Qur’an menjadi awal dari perjuangan menyebarkan agama Islam di jazirah Arab. Al Qur’an pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah utara Mekkah pada 17 Ramadhan 610.

Oleh karena itu, Nuzulul Qur’an diperingati oleh umat Muslim pada malam ke-17 Ramadhan. Dasar dari peringatan Nuzulul Qur’an pada 17 Ramadhan adalah tafsiran dari Surat Al-Anfal ayat 41.

Dalam proses turunnya Al Qur’an sendiri dibagi menjadi dua tahap, yakni:

1. Al Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfuz ke langit dunia
Al-Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfuz ke langit dunia. Al-Qur’an diturunkan ke Nabi Muhammad SAW secara bertahap atau berangsur-angsur. Turunnya Al-Qur’an dibagi lagi ke dalam dua periode, yakni periode Mekkah yang disebut dengan ayat Makkiyah dan periode Madinah yang dikenal dengan ayat Madaniyah.

Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah (paham terkait keimanan) atau tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini, terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan. Sedangkan ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan Muamalah (hubungan manusia sebagai makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam), dan hukum Islam. Pada periode setelah Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, terdapat 28 surat yang diturunkan selama sembilan tahun sembilan bulan. Ayat terakhir Al Qur’an yang turun adalah surat Al Maidah ayat ke-5.

2. Usai diturunkan ke langit dunia, Al Qur’an diturunkan ke Nabi Muhammad SAW secara bertahap melalui malaikat Jibril
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 saat berada di Gua Hira pada tahun 610 M. Turunnya Surat Al Alaq ayat 1-5 menjadikan awal kenabian Muhammad SAW.

Selain itu, waktu turunnya Al Qur’an juga menjadi awal penyebaran agama Islam. Saat itu, Nabi Muhammad sedang menyepi untuk menenangkan hati. Pada saat wahyu pertama ini turun, Rasulullah SAW tidak bisa membaca. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk membaca melalui surat Al-Alaq.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Firman Allah SWT dalam surat Al Alaq ayat 1-5, ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan. Surat Al Alaq ayat 1-5 juga menjadi penanda diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul.

Setelah ayat ini, Al-Qur’an turun secara bertahap. 
Total Al Qur’an turun selama kurang lebih 23 tahun. Setiap ayat diturunkan menyesuaikan dengan problematika sosial, krisis moral, keagamaan, kisah-kisah para Nabi terdahulu hingga hikmah yang terjadi di masa nabi.

Peristiwa Nuzulul Qur’an adalah peristiwa bersejarah dalam agama Islam. Pada tahun 1442 Hijriah, Nuzulul Qur’an diperingati setiap hari Kamis, 29 April 2021. Nuzulul Qur’an adalah proses turunnya ayat Al Qur’an dalam menyempurnakan ajaran Islam sebagai petunjuk umat manusia.

Selain itu, sejarah turunnya Al Qur’an dibagi menjadi dua periode yaitu periode Mekkah (sebelum hijrahnya Nabi) dan Madinah (setelah hijrah). Al Qur’an pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah Utara Mekkah pada 17 Ramadhan 610 M. Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah (paham terkait keimanan) dan tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan.

Sedangkan ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan muamalah (hubungan manusia sebagai makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam) dan hukum Islam. Pada periode setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ini, terdapat 28 surat yang diturunkan dalam kurun waktu 9 tahun 9 bulan.

Ayat Al Qur’an yang terakhir yang diturunkan adalah surat Al Maidah ayat 5. Ayat terakhir yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah adalah surat Al-Maidah ayat 5. Ayat ini turun sesudah waktu Ashar pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji terakhir.

Pembukuan Al-Qur’an
Ketika Wahyu pertama kali diturunkan, Rasulullah SAW, yang tidak bisa membaca dan menulis, membacakannya kepada para sahabat. Oleh karena itu, saat pertama kali Al-Qur’an diturunkan, tidak langsung dibentuk kitab seperti sekarang ini. Setelah dibacakan Nabi Muhammad SAW, ayat Al-Qur’an ada yang dihafalkan, ada yang langsung ditulis.

Ayat Al-Qur’an yang turun, di tulis di berbagai tempat, seperti di pelepah pohon kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit binatang, kayu, pelana, hingga potongan tulang binatang. Selepas Nabi Muhammad SAW wafat pada 632 M, umat Islam dipimpin oleh Abu Bakar sebagai Khalifah bagi umat Islam.

Dalam pemerintahan Abu Bakar, banyak terjadi gejolak berupa pemberontakan dan ekspansi wilayah yang menimbulkan pertempuran. Akibatnya, banyak para penghafal Al-Qur’an yang gugur. Hal itu menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya Al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin Khattab merasa perlu untuk membukukan Al-Qur’an dan mengusulkannya kepada Khalifah Abu Bakar.

Khalifah Abu Bakar kemudian menunjuk Zaid Bin Tsabit untuk memimpin proyek pembukuan Al-Qur’an. Usai Al-Qur’an berhasil dibukukan kemudian dilakukan standarisasi pada masa pemerintahan Khalifah Utsman Bin Affan. Selain itu, karena banyak terjadi perbedaan dialek di kalangan umat Islam, Khalifah Utsman memerintahkan untuk diseragamkan. Al-Qur’an yang sekarang ini dijadikan pedoman menggunakan cara penulisan Utsmani atau Rasm Utsmani.

Sumber: Laman Facebook Biografi Ulama. 

MEMOAR SYAHRIR HAMDANI

Adi Arwan Alimin

Saya mengenal beliau sejak tahun 1992. Terkesima melihat pemuda gagah dan cerdas yang menjadi ketua panitia Kemah BAKTI Pemuda se-Sulsel di pegunungan Tompo, Barru Sulawesi Selatan.

Rupanya anak muda dari Polewali. Kami yang datang berkemah di acara itu membicarakannya sebagai figur panutan. Hingga mengenalnya lebih dalam sejak fase perjuangan pembentukan Provinsi Sulbar tahun 2000-an.

Saat itu Syahrir Punggawa Gema Kosgoro Sulsel, saat itu Ibnu Munzir Ketua KNPI Sulsel. Jabatan organisasi kepemudaan level tinggi, hal tak mudah bagi orang yang lahir dari daerah marginal kala itu.

Buku ini merekam sepak terjangnya sejak remaja, aktivis kampus Unhas, juru lobi Sulbar di Senayan hingga hari ini. Ada masa di mana dia menangis mengisahkan getirnya kehidupan di masa kecilnya.

Baca buku ini bila ingin belajar tentang hakikat hidup sebagai pejuang. Sebagai lelaki tanggung menantang badai.

Senin, 25 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (8)

By Ahmad M. Sewang

Dalam ilmu budaya, selalu diingatkan bahwa kita sedang menghadap ke depan menuju hidup yang lebih comport. Jika dahulu cukup sekolah paling tinggi PGA 6 Tahun. Itu pun ikatan dinas. Nanti pada periode saya, baru dibuka jalan melanjutkan studi ke PPS agama dan tempatnya cukup jauh di Syarif Hidayatullah Jakarta dan Yogyakarta, itupun lewat seleksi yang sangat ketat. Bandingkan sekarang PPs sudah ada di depan pintu rumah, misalnya di STAIN Majene.

Demikian pula pengangkatan dosen dahulu masih mudah. Dosen saya waktu masuk studi 1973 masih banyak tamatan BA. Kemudian sesuai perkembangan harus
sarjana dahulu atau Drs. Saya sendiri dosen tahun 1982 baru saja selesai sarjana. Ketika diangkat alhamdulillah sebagai dosen, terdapat tiga lembaga bersamaan: yaitu BKKBN Kendari, Kanwil Departemen Agama Sulawesi Selatan dan dosen di IAIN Alauddin Makassar. Berdasarkan petunjuk warek II, Drs. Muhammad Ahmad saya pilih masuk IAIN. Jika mengisahkan ini menggambarkan dahulu untuk PNS masih mudah. Sekarang persyaratan jadi dosen sharus magister. Magister sekarang sudah over capasity. Menurut pridiksi ke depan untuk jadi dosen harus doktor. Jadi untuk sekolah semakin mudah tetapi semakin panjang jalan yang ditempuh. Jadi studi semakin lama dan sulit sebagai persyaratan jadi PNS.

 Jadi sekali lagi,i di antara yang selalu saya pedomanI adalah menghadap ke depan untuk selalu bersemangat optimis. Adapun sekali-sekali melihat ke kaca spion ke belakang adalah agar tidak tertabrak kendaraan dari belakang atau untuk meluruskan perjalanan ke depan. Jadi tu melihat ke belakang agar meluruskan perjalanan ke depan.

Melihat ke depan dengan berani menembus batas, dan berani menerobos sekat-sekat yang kita ciptakan sendiri. Beranilah bersahabat dengan orang-orang pintar. Jika ingin mengetahui orang bisa dipercaya, maka kenallah sahabatnya lebih dahulu. Di Makassar agar menemukan sahabat yang baik maka saya bergabung di Pengajian Aqsha, disana tergabung umumnya, alumni kedokteran yang ingin mendalami pengetahuan agama, tampak perlu tahu latar belakang organisasi Islamnya, di Jakarta  bergabung di Paramadina dan bersahabat dengan Nurchalis Madjid, setelah kembali ke Makassar memimpin PPs saya bersahabat dengan Prof. Quraish Syihab, Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat, dan Husni Djamaluddin. Khusus yang disebut terakhir begitu dekatnya sama dengan keluarga sehingga waktu melamar berangkat dari rumah beliau. Bersahabat orang baik sama dengan menemukan prosfek lebih baik di masa depan. Mohon maaf, jika ini dikisahkan dengan maksud agar bisa dicontoh hal yang positif. Saya lebih mudah rasanya mengisahkan pengalaman pribadi daripasa pengalaman orang lain.

Wasalam,
Kompleks GPM, 26 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (15)


Benarkah, tidur orang puasa adalah ibadah?

Ketika Rasullullah pada kesempatannya mengatakan bahwa tidur di bulan ramadhan adalah ibadah, banyak yang memperbanyak tidurnya di siang hari dengan alasan ibadah. Lebih baik tidur dari pada ngegosip, ngabuburead yang ngga jelas. Tidak salah tapi mengenai sabda Rasul, coba kita tanyakan ulang tidur yang bagaimana maksud Nabi? Takutnya sudah menganggap tidur kita itu sudah ibadah padahal malah menjadi tidur yang memakruhkan puasa.

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ 

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).

Kalau kembali pada tujuan luhur puasa yakni usaha menekan syahwat lahir, sementara tidur bagian dari syahwat lahir manusia, maka tentu yang dimaksud nabi adalah tidur yang berkualitas bukan tidur yang kita pahami pada umumnya sebagaimana tidur seperti biasanya. 

 موتوا قبل أن تموتوا
"Matilah sebelum kamu mati".

Di hadits ini terdapat dua kata mati. Tentu kata mati yang pertama dengan mati yang kedua berbeda. Pada kata pertama dalam hadits ini "Matilah" yang dimaksud disini adalah mati secara batin sementara kata "mati" yang kedua adalah mati secra fisik.

Kira-kira apa maksud Nabi menyuruh kita mati sebelum mati? Karena mati yang pertama bermakna batin maka yang dimaksud Nabi kira-kira adalah mematikan semua panca indra kita kepada hal-hal yang negatif. Mematikan pandangan untuk tidak melihat tontonan senonoh, mematikan telinga untuk tidak mendengar yang kurang baik, mematikan mulut untuk bercerita aib, mematikan tangan dan kaki menuju maksiat dan mematikan semua panca indra untuk tidak memuaskan nafsu syahwat kita.

Karena puasa adalah training menekan dan mematikan kemauan-kemauan negatif panca indra kita maka tidur yang dimaksud adalah menidurkan atau menghentikan segala aktivitas-aktivitas negatif indrawi kita. Orang sedang tidur sebenarnya sedang mengistirahatkan segala aktivitas indrawinya tetapi pada saat yang sama tidur pada posisinya memuaskan kenyamanan syahwat tidur. Tidak relevan apabila di bulan puasa memperbanyak tidur karena nilai perjuangan menekan syahwat tidur tidak dijalankan.

Selanjutnya, coba kita tanyakan kembali kualitas tidur kita di bulan ramadhan. Apakah tertidur karena puasa atau tidur karena kelaparan? Ataukah tidur kita karena ingin bermalas-malasan? Tentu tidur ini tidak memiliki nilai ibadah. Tidur karena kelaparan berarti tidur yang disebabkan karena nafsu sementara tidur orang yang berpuasa adalah tidur dengan tujuan istirahat untuk memperoleh kembali kekuatan menjalankan ibadah-ibadah lainnya, tidur semata-mata karena kehendak-Nya, serta tidur karena tagihan fisik yang sudah tidak sanggup lagi menahan kantuk.

Imam al-Ghazali menjelaskan:

بل من الآداب أن لا يكثر النوم بالنهار حتى يحس بالجوع والعطش ويستشعر ضعف القوي فيصفو عند ذلك قلبه

“Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumid Din, juz 1, hal. 246).

Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 15

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ طَاعَةَ الْخَاشِعِيْنَ وَ اشْرَحْ فِيْهِ صَدْرِيْ بِإِنَابَةِ الْمُخْبِتِيْنَ بِأَمَانِكَ يَا أَمَانَ الْخَائِفِيْنَ 

Artinya : Ya Allah, Mohon anugrahkan padaku di bulan ini dengan ketaatan orang-orang yang khusyu serta lapangkanlah dadaku dan dengan taubat orang-orang yang rendah diri. Dengan kekuatan-Mu. Wahai tempat berlindung bagi orang-orang yang ketakutan. 

SELAMAT JALAN BANG SYAM

Adi Arwan Alimin 

Innalillahi wainna ilaihi rajiun
Selamat jalan Kak Syamsuddin Idris. Beliau akrab dalam sapaan Bang Syam sebagai salah satu abang senior kami di Wonomulyo.

Saya mengenalnya sejak puluhan tahun lalu, saya seletting adiknya di SMP 1 Wonomulyo. Kami tetanggaan, rumah kami diantarai ledeng dan trans Sulawesi.

Sosok ini amat familiar. Selalu fokus pada isu apapun yang berkaitan kepentingan orang banyak. Jejak juangnya tercatat dalam proses perjuangan pembentukan Provinsi Sulawesi Barat, juga apa yang sedang ditunggu rakyat banyak: Kabupaten Balanipa.

Saya bersaksi Bang Syam Orang Baik. Telah menjadi Kakak, Sahabat bahkan sparring pada beberapa wacana kerakyatan. Bila dihitung-hitung rahimahullah lebih banyak menelepon ke saya, dibanding saya yang menghubunginya. Ini menandaskan beliau lebih care, lebih sayang. 

Saya bahkan sering membiarkanya memberi kritik diam-diam via telepon. Saya menganggapnya abang jadi patuh mendengarnya. 

"Jangan berhenti bergerak, lakukan sesuatu bagi kepentingan orang banyak." Dan, kita tidak pernah tahu selama ini rupanya dia banyak mengurusi anak-anak pesantren, dan masjid. 

Hari ini, setelah melewati sahur, Allah memanggilmu pergi saat matahari baru beranjak dari Syuruq. Bang Syam engkau hanya 'mudik" lebih awal Ramadan Ini. 

Di sini kami menangisi segala budi baikmu. 
Innalillahi abang Syam.

Mamuju, 25 Maret 2024
~DengAdi~

Minggu, 24 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (7)

By Ahmad M. Sewang

Sejak pertama kali
menginjakkan kaki di PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1986 sudah menggariskan sebuah kaidah sebagai pedoman hidup dalam beragama bahwa semua mazhab, aliran, dan organisasi dalam Islam sepanjang secara tulus berpegang pada al Quran dan hadis sebagai premis utama, mereka itu adalah saudara sesama muslim yang tidak bisa dikeluarkan dari Islam, sekali pun berbeda firqah. Menurut yang saya pahami sampai sekarang kaidah tersebut terus dikembangkan di PPs PTKIN seluruh Indonesia.

 Umat masih terperangkap dengan sekat-sekat sempit yang diciptakannya sendiri. Mereka menganggap dirinya sendiri dan kelompoknyalah paling benar, sedang kelompok lain tidak ada benarnya. Klaim kebenaran inilah membuat stagnan umat berabad-abad. Sebagai contoh, saya sendiri mengalaminya. Pernah dalam sebuah seminar saya mengutip pendapat seorang ilmuwan, Dr. Firanda Andirja Abidin, Lc., M.A., Alumni universitas Madinah, kemudian segera mendapat teguran dari salah seorang peserta yang justru sudah menyandang gelar professor riset. Alasaannya,  melarang mengutip ilmuwan itu karena dia berfaham Wahhabi. Menurut saya, tidak semua ajaran Wahabi negatif yang harus dihindari, tetapi sebaliknya ada pula positif. Di antara jasa besar Dr. Firanda adalah satu-satunya orang Indonesia dipercaya pemerintah Arab Saudi membawakan pengajian di Masjid Nabawi dalam bahasa Indonesia, dan membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa ke dua di Arab Saudi. Saya mengenal beliau ketika di Madinah. 

Karena itu umat harus memiliki kemanpuan selelktif kepada pendapatnya yang positif. Pendapatnya yang negatif tentu tidak perlu diterima. Sebaliknya tidak semua  pendapat kelompok sendiri lebih baik dibanding dengan yang lain. Bahkan pendapat sendiri bisa ditolak jika membawa mudarat atau bikin  keonaran dalam masyarakat. Masih ada sebagian masyarakat muslim lebih leluasa mengutip pendapat ilmuwan non Muslim daripada sesama muslim sendiri hanya karena beda mazhab. Seperti saya temukan pada sebuah komunitas Muslim Indonesia di pinggiran kota Melbeurne, Australia. Mereka sengaja kami datangi bersama Zamahsary Dzafir dan kawan-kawan lainnya. Komunitas tersebut sementara mengajarkan Tafsir al Misbah, karya Prof. Quraish Shihab. Ketika saya tanyakan kelebihan dan kekurangan tafsir itu. Menurutnya, kelebihannya terletak pada bahasa yang digunakan, lebih mudah diterima masyarakat Muslim Indonesia di Melbourne, tetapi kekurangannya, karena penafsirnya banyak mengutip pendapat al-Tabataba'i, sedang at-Tabataba'i adalah penganut mazhab Syiah. Namun, setelah saya tanyakan pada Prof. Quraish Syihab setiba di Indonesia, beliau menjawab, kenapa jika mengutip pendapat Plato, Agustinus dan Goerge Sarton tidak dimasalahkan? Mendengar itu, saya terdiam tak menjawab. Seperti halnya, di Unhas saya sering diundang menguji di universitas ini. Mereka sering mengutip pandangan Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Ibn Khaldun. Bagi Unhas pendapat siapapun yang relevan harus diakomodir, tetapi sebaliknya, walaupun pendapat sendiri jika tidak relevan, apalagi bikin kacau masyarakat, maka hindari jangan dikutip.

Mengutip pendapat mazhab lain bukan berarti sesuatu yang terlarang, seperti mengutip pendapat non muslim langsung menjadi non muslim juga, melainkan menunjukkan keberanian menembus batas demi memperluas wawasan, seperti pendapat Prof. Quraish Shihab, "Semakin luas wawasan seseorang ilmuan berbanding lurus dengan sikap keterbukaan dan ketidakfanatikan pada seseorang." Ini juga menunjukkan kebesaranng hati dan penghormatan pendapat sesama muslim walau beda mazhab. Ketiga, pendapat lain dikutip karena dianggap lebih relevan dan lebih kontektual. Terkadang ada sebagian orang karena fanatik pada paham mazhabnya, membuat mereka terperangkap pada sekat-sekat sempit yang diciptakannya sendiri. Sehingga mereka tak peduli lagi pada pandangan ulama lainnya. Grand al Azhar, Pimpinan Pusat Muhammadiah, Prof. Din Syamsuddin dan almarhum mantan Ketua PB NU, KH Hasyim Muzadi serta 150 ulama se dunia, mereka ikut menyetujui risalah Amman. Salah satu  keputusannya bahwa tidaklah adil jika melakukan generalisasiasi pendapat satu kelompok kecil dari Sunni atau Syiah, kemudian dinisbahkan secara keseluruhan ke seluruh mazhab itu. Inilah sebuah kesalahan fatal dan salah satu faktor rumitnya membangun persatuan umat.

Keengganan bergabung secara struktural pada organisasi mainstream dimaksudkan agar bisa menjadi media untuk mempersatukan umat walau pada skala kecil seperti IMMIM. Sebagai mantan ketua umum  DPP IMMIM saya telah berusaha menghimpun anggota tanpa memandang latar belakang mereka. Bahkan saya bisa menikmati bergaul dengan sahabat-sahabat yang berbeda latar belakang organisasi tersebut. Saya pun patut bersyukur karena keinginan itu saya bisa inpelementasikan dengan menulis sebuah buku di tengah  era masih timbulnya perbedaabn. Buku itu berjudul, "Persatuan Islam dan Saling Menghargai Perbedaan." Buku itu berkesimpulan kita hanya bisa bersatu bila siap menghargai perbedaan dalam masalah furu'. Sebab perbedaan semacam ini adalah sunatullah, sebuah kekayaan dan rahmat untuk umat. dalam usaha berfastabiqul khaerat. Karena itu organisasi Islam mana pun mengundang saya dalam pengembangan Islam saya hadiri. Saya pernah diundang di kantor NU Wilayah untuk berbicara pengembangan dakwah ke depan dan saya pun penuhi. Sekarang saya diundang jadi dosen PPS, pembina mata kuliah Studi Peradaban Islam di Universitas Muhammadiyah Makassar. Saya pun menjalankan tugas itu dengan senang hati. Jadi dalam masalah akademik pasti saya penuhi pada setiap undangan, termasuk undangan seminar di HMI walau tidak pernah di kader di organisasi ini. Beberapa tahun lalu saya diundang berceramah di Unismu dan juga saya ladeni.

Akhirnya, setelah saya pulang kampung saya melihat sudah banyak perubahan yang terjadi. Sejalan dengan berjalannya waktu dan perubahan zaman. Semakin panjang bentang waktu melihatnya, semakin banyak terlihat perubahan itu. Kehidupan di kampung sudah hampir sama dengan di kota. Bahkan tidak lagi seragam paham keagamaan, tetapi sudah mulai transisi ke arah beraneka ragam. Hal ini karena sudah mulai beberapa keluarga anaknya dikirim ke kota untuk belajar. Mereka ini yang membawa paham baru ke kampung. Muhammadiyah yang dianggap paham sesat dahulu sudah mulai dianggap sebagai teman bersama mencari kebenaran. Dalam ilmu sosial dikatakan, "Tidak ada yang tetap di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri." Dalam QS al-Rahman, 26-28, dikatakan,-
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan  yang manakah yang kamu dustakan?
 Dalam ilmu budaya agama pun mengalami perubahan. Saya masih ingat waktu anak-anak, belum ada jam, radio, apa lagi tv. Beragama atau berpuasa berpedoman pada tanda-tanda alam, misalnya berbuka jika ayam sudah naik di praduan pertanda bahwa matahari sudah terbenam. Demikian pula kalau fajar sudah terbit ditandai jika ayam sudah mulai berkokok. Beragama ke depan akan mengalami perubahan.

"Sebagai tanda syukur pada-Mu ya Allah saya ingin mengucapkan terima kasih,
1. Engkau telah membukakan jalan untuk studi dan reset sampai di manca negara dan bertemu aneka macam pendapat, manusia yang cukup berarti dan memperkaya khazanah dalam menjalani samudra kehidupan. Saya berkeyakinan, andai bukan karena kehendak-Mu saya tetap tinggal di kampung seperti masyarakat kebanyakan niscaya saya akan jadi terlibat dalam professi sebagai nelayan atau petani.

2. Sebagai hamba, sepertinya merasa malu memohon lagi sesuatu yang bersifat duniawi pada-Mu, seperti panjang umur sebab jangan sampai dianggap sebagai hamba tak tahu diri dan tak tahu bersyukur, seperti Engkau firmankan secara berulang-ulang dalam QS  al-Rahman, 
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.

Wassalam,
Makassar,  25 Maret 2024