Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 April 2024

TITTYTAINMENT

Tittytainment
Oleh: Hamdan eSA

Tidak jauh dari tepi jalan yang saya lalui di suatu hari saat di kampung, beberapa ekor anak anjing sedang menetek ―atau mungkin tepatnya seekor induk anjing sedang menyusui beberapa anaknya. Dengan bunyi khas anak-anak anjing serta ketenangan sang induk dalam mengawasi keadaan, dapat tertangkap betapa anak-anak itu memiliki rasa gembira atas apa yang mereka dapatkan. 

Sangat sepele, tetapi sentak mengantarkan saya pada sebuah istilah “_tittytainment_” yang pernah diungkapkan oleh Haudegen Zbigniew Brzezinski, seorang Polandia yang selama empat tahun sebagai Penasehat Keamanan Dalam Negeri presiden AS Jimmy Carter.

_Tittytainment_, menurut Brzezinski merupakan kombinasi dari dua kata yakni; _tits_ dan _entertainment_. Tits merupakan istilah dalam bahasa slang (ucapan popular) di Amerika yang berarti payudara.  Namun bagi Brzezinski, tits tidak diasosiasikan dengan seks, melainkan lebih dikaitkan dengan susu yang teralir dari payudara wanita saat menyusui. Istilah ini diungkapkan dalam sebuah pertemuan para dedengkot manejer pengendali ekonomi dunia pada September 1995 di sebuah hotel mewah “The Fairmont” San Francisco, yang diinisiasi oleh Michael Gorbachev dan dihadiri oleh George Bush, Margareth Tatcher, Ted Turner (CNN), John Gage (Sun Microsystem). 

Saat itu sempat mendiskusikan sebuah tema; “masa depan pekerjaan”. Dalam abad berikut nanti, hanya 20% penduduk dunia saja sudah mencukupi untuk memepertahankan perekonomian dunia. Hanya seperlima dari seluruh pencari kerja sudah cukup untuk memproduksi seluruh barang perdagangan dan cukup memberi pelayanan jasa bernilai tinggi yang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat dunia. Selebihnya tidak dibutuhkan lagi. Setiap orang akan memikirkan karirnya sendiri. _To have lunch or be lunch_; memakan atau menjadi santapan.

Tittytainment merupakan adonan sempurna antara riuh-rendah dan dahsyatnya daya pesona _entertainment_ serta sandang pangan yang oleh para pengendali dunia dapat diatur sedemikian rupa agar selalu tercukupi, sehingga 80% sisa seluruh penduduk dunia yang frustasi dapat terkontrol perasaannya untuk tidak “meletup-ledak” di mana-mana. Disinilah peran dari seperlima pencaker itu. 

Tekanan persaingan global tidak mungkin dan tidak masuk akal untuk mengharapkan komitmen sosial dari bisnis-bisnis perseorangan. Harus ada seorang atau pihak lain yang mengurusi masalah-masalah sosial terutama soal pengangguran, demikian kata Hans-Peter Martin dan Harald Schumann. Jika masyarakat membutuhkan suatu kehidupan yang lebih utuh dan lebih berarti, setidaknya dapat diatasi oleh yayasan-yayasan atau lembaga sosial dengan berbagai program berikut pasukan “sukarela”.  Lalu dibiayai oleh perusahaan-perusahaan besar untuk mendorong sukarelawan itu memberi pelayanan masyarakat di berbagai bidang. 

Misalnya dengan membuat organisasi-organisasi yang dapat menstimulasi munculnya solidaritas antar tetangga, olahraga, gaya hidup, politik dan banyak yang lain. Kegiatan-kegiatan ini memakan biaya relatif sangat murah tetapi dapat mendorong berjuta orang merasa diri dan hidupnya punya “arti”, baik dalam masyarakat sekitar dan juga masyarakat global. Seperti itulah kira-kira gambaran tittytainment yang ingin di kemukakan Brzezinski. Semacam mekanisme nina-bobo.

Perut dan hiburan menjadi tekanan penting dalam tittytainment. Secara sederhana seolah-olah Brzezinski ingin mengatakan tidak begitu sulit untuk mengendalikan sekelompok orang, masyarakat atau bangsa. Cukup mengisi perutnya tidak perlu terlalu kenyang serta kubur duka-deritanya dengan hiburan-hiburan hebat. 

Mereka akan menikmati hidupnya cukup dengan apa yang mereka dapatkan dan mendapatkan dirinya sebagai bagian yang sangat berarti bagi dunia. Tittytainment dengan demikian adalah sebuah strategi merebut dan mempertahankan kekuasaan, yang pada saat itu Brzezinski menunjuk pada suatu kekuasaan global yang berdasar pada kekuasaan ekonomi.

Tittytainment sebagai sebuah strategi, ternyata sebenarnya sudah dan sedang berkembang di kelas lokal dan nasional beberapa bidang kehidupan kita, terutama misalnya dalam dunia perpolitikan. Perut dan hiburan menjadi hal paling penting dan jitu untuk memenangkan sebuah pertarungan politik. Di berbagai tempat, uang atau sembako masih menjadi favorit untuk meraih kalkulasi terbesar penghitungan suara. 

Dengan duit lima puluh ribu, atau gula sekilo, atau selembar sarung, dan lain-lain kreasi, seisi rumah sudah merasa sangat berarti karena merasa telah menjadi bagian penting dari perjuangan besar seorang kandidat, bahkan ada yang rela mati. Toh perut memiliki ruang amat terbatas untuk menampung seluruh kebutuhan materil makanan, tidak bisa banyak, hanya butuh dijaga agar tidak kosong. Jika belum sempat, cukup dengan memberi janji-janji. Namanya janji pasti manis semanis titty, apalagi disertakan selembar isi dompet sebagai pelengkap penghibur hati.

Kampanye politik hampir tidak pernah lepas dari kehadiran bintang-bintang hiburan (entertain) dari kelas lokal hingga nasional, bahkan hingga ke goyang erotis yang sama sekali tidak punya hubungan dengan visi kebangsaan dan kenegaraan. Dapat dibayangkan jika raja-raja pemegang kendali kanal entertainment juga ikut ambil bagian dalam kancah perpolitikan baik langsung atau tidak. Rasanya tiada kesulitan menginjeksi ruang bawah sadar dengan tittytainment. 

Paling sederhana di kampung yang paling pelosok pula, kampanye keliling dilakukan dengan mengikutkan mobil besar yang di desain menjadi panggung hiburan electon nonstop. Masyarkat tak pernah tahu bahkan dari kandidat dukungannya sekali pun soal apa gagasan, konsep, komitmen, implementasi, pengawasan, dan lain sebagainya,.

Pertanyaannya, dengan kondisi negara kita yang sedang menikmati tittytainment global, dan di saat yang sama para elitnya juga melakukan tittytainment terhadap masyarakatnya sendiri, lalu bagaimana kita bisa berbicara tentang keberdayaan masyarakat kita di tengah masyarakat global? 

Kita mungkin akan terus menjadi masyarakat penetek, sambil dielus-elus bobokkan dengan hiburan-hiburan dunia. Paling tidak, dengan menggunakan baju kaos Chelsea, Metallica, nonton bareng live di media, nonton dan ikut perkembangan info miss univers, dan lain sebagainya, seorang telah merasa menjadi bagian berarti dari dunia.

Pemilihan legislatif pusat hingga daerah serta pemilihan eksekutif sebentar lagi akan berlangsung. Apakah kita ingin menjadi masyarakat penetek? Semua tergantung partai politik. Semoga parpol tidak mengusung politikus tittytainment. Menetek punya waktu tertentu, dan sang induk sangat paham kapan saatnya.

Wallahu a’lam.

Senin, 08 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (29)


Sudah Benarkah Kembali Seperti Bayi?

Di suatu majelis Nasaraddin Hoja bergumam: "Kebenaran adalah sesuatu yang berharga bukan hanya secara spritual tetapi juga memiliki harga material." 

Mendengar pernyataan Nasaruddin Hoja, seseorang pun berdiri dan bertanya: "Wahai tuan, mengapa kita harus membayar untuk sebuah kebenaran,?"

Kata Nasaruddin Hoja: "Ya, kita harus membayar sebab kadang-kadang kebenaran itu harganya mahal."

Orang itu kembali bertanya: "Mengapa kita harus membayar dan kebenaran itu harganya mahal?"

Nasaruddin Hoja menjawab: "Kalau engaķau perhatikan, harga sesuatu itu dipengaruhi oleh kelangkaannya. Makin langka sesuatu itu makin mahal lah ia. Barang yang dibuat ribuan tahun lampau, kini mungkin sudah sedikit adanya dan barang itu akan menjadi antik dan mahal harganya."

Dari dialog diatas, jika dihubungkan dengan bulan ramadhan, maka puasa bisa dimaknai sebagai training untuk membiasakan melakukan kebenaran, melatih diri melepas kemelekatan perbuatan  buruk.

Dengan puasa kita membiasakan melakukan kebenaran karena mingkin selama ini kita sering kali membenarkan kebiasaan. Kebiasaan melayani hasrat nafsu, kebiasaan memuaskan kecenderungan semua panca indera kita yang lebih kepada hal-hal negatif.

Hari ini, kebenaran mungkin sulit karena yang sering muncul kepermukaan adalah sesuatu yang seakan-akan benar, merasa benar, kebiasaan menyalahkan orang lain, kebiasaan menuduh orang lain sesat dan kitalah yang paling benar.

Kelangkaan kebenaran disebabkan orang-orang enggang mencari kebenaran. Cukup percaya pada satu kebenaran maka kemungkinan kebenaran yang berseberangan dengan paham kita pun dianggap salah. 

Kelangkaan kebenaran dan mahal harganya karena malas mencari informasi kelanjutan serta klarifikasi dari suatu peristiwa. 

Kelangkaan kebebanaran karena tidak mau mengkaji apakah informasi itu mengandung kebenaran atau tidak tetapi sudah menyebarkannya begitu saja.

Puasa tidak hanya mengajarkan menahan makan dan haus tetapi juga mengajarkan untuk tidak cepat tanggap terhadap berita atau suatu informasi. Puasa mendidik kita selama satu bulan pada dasarnya melatih kita untuk membiasakan kebenaran karena selama ini kita sudah sering membenarkan kebiasaan.

Salah satu tokoh spritual muslim. Abu Hasan Asy-Syadzili berkata: "kita hidup di zaman, dimana kemaksiatan itu dipertontonkan, oleh karenanya terladang ketaatan itu perlu dipertontonkan di tengah zaman maksiat."

Kebenaran apa yang telah kita peroleh selama berpuasa satu bulan penuh, kebiasaan apa yang telah kita dapatkan selama melatih diri untuk tidak makan dan tidak minum. Jika selama satu bulan penuh hanya menahan makam dan minum tetapi tidak menahan perkara-perkara ssperti menyebarluaskan aib-aib, kesalahan-kesalahan orang lain. Tentunya kita masih berputar-putar pada pembenaran kebiasaan bukan membiasakan kebenaran.

Hingga sampai pada finish Idul Fitri yang diartikan sebagai kembali berbuka atau kembali kepada fitrah, diibaratkan seperti bayi yang baru lahir. Sudah benarkah kita seperti bayi? Seperti bayilah mereka yang telah tertatih dan terlatih membiasakan kebenaran selama satu bulan penuh sampai setelah idul fitri dan kembali bertemu bulan puasa berikutnya. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 29

اَللَّهُمَّ غَشِّنِيْ فِيْهِ بِالرَّحْمَةِ وَ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ التَّوْفِيْقَ وَ الْعِصْمَةَ وَ طَهِّرْ قَلْبِيْ مِنْ غَيَاهِبِ التُّهَمَةِ يَا رَحِيْمًا بِعِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah, lingkupilah aku di bulan ini dengan rahmat-Mu, anugrahilah aku taufik dan penjagaan-Mu. Sucikanlah hatiku dari benih-benih fitnah/kebencian, Wahai yang Maha Pengasih terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman.

Minggu, 07 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (27)


Perempuan Menjelang Lebaran

Manusia tidak bisa memahami realitas secara utuh, kita hanya mampu menciptakan cara untuk menjalin hubungan dengan realitas secara baik (itupun kalau mampu) dengan segala upaya yang sungguh-sungguh. Ini disebabkan karena kebenaran dari realitas itu sendiri bukan hanya soal pengetahuan melainkan juga dengan penghayatan dan keterbukaan.

Perempuan merupakan bagian dari realitas, jadi benar kalau perempuan memang selalu unik untuk dibahas dan tidak ada habisnya untuk terus diperbincangkan. Apakah memahaminya dari sudut pandang ekonomi, politik, seni atau sebagai aib?  

Perempuan, dilihat dari tingkah lakunya (kebanyakan) melihat dirinya sendiri sebagai sebuah seni sehingga diperlihatkan sana sini untuk dipertontonkan, ada juga yang melihat realitas dirinya sendiri sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain sehingga dipoles sebaik mungkin.

Tubuh perempuan yang dilihat secara seksual semata, akan membawa kesadaran kita menjadi kesadaran binal. Kesadaran binal disini adalah kesadaran yang pusat perhatian hanya tertuju pada kenikmatan seks belaka. Sehingga kebenaran dari tubuh perempuan tertutupi karena yang ada adalah bagaimana cara meraih pengalaman erotis dari tubuh perempuan itu sendiri. Otak kita menjadi binal yang menjelma menjadi otak pedofil.

Lekuk pada tubuh perempuan memang sangat mendominasi dibandingkan dengan lekuk yang ada pada laki-laki. Bagi laki-laki- maaf, fakta bahwa melihatnya saja membuat erotis apalagi membelainya. 

Ditambah kehadiran teknologi dengan slogannya "hisap sebanyak mungkin dari modal sesedikit mungkin" dari sini pun perempuan kerap dimanfaatkan sebagai sumber pengahasilan misalnya digunakan dalam iklan fashion, baik itu pakaian ataupun perhiasan. Kekayaan eksistensi dari tubuh perempuan memang sangat rumit dan juga agung sekaligus menggiurkan.

Keindahan perempuan tidak lagi dilihat sebagai anugerah yang harus dijaga eksistensinya akan tetapi dilihat sebagai obyek untuk memeras keuntungan sebanyak-banyaknya yang akibatnya merugikan perempuan. Jangan heran, apabila banyak di media pemberitaan terkait dengan pemerkosaan telah terjadi dimana-mana.

Tidak hanya pada tubuh perempuan, segala bentuk realitas yang ada pun dilihat sebagai obyek keuntungan alias pengumpulan modal. Merusak alam adalah salah satu akibatnya. Bagaimana tidak, keindahan alam tidak lagi dilihat sebagai keindahan sebagaimana mestinya akan tetapi dilihat sebagai obyek pariwisata yang banyak menguntungkan bagi pengelolanya.

Betulkah laki-laki masa kini lebih memilih wanita seksi dari pada perempuan cantik? Dalam jaringan kapitalisme, perempuan telah dikendalikan oleh ideologi kepentingan pasar. Tubuh yang merupakan bagian privat perempuan sudah menjadi milik publik, membangkitkan fantasi disebabkan gaya dan cara berpakaian menjadi banyak variasi.

Dalam basis politik emansipasi, perempuan dipotret menjadi makhluk penggoda sehingga terjadi pergeseran prilaku real menjadi citra, etika menjadi estetika, prestasi menjadi frustrasi.

Mengapa seks seringkali terjadi? Karena Fashion menjadi kebutuhan dari seluruh populasi perempuan yang diciptakan terus menerus oleh pasar kecantikan (Kapitalis-Seksualis). 

Secara terbiasa, perempuan telah hanyut pada sebuah keadaan yakni sibuk menciptakan kecantikan mitosnya, sifat alami kecantikan sudah benar-benar tidak mampu membuat perempuan cantik. 

Pada kenyataanya menuju lebaran selain pakaian, juga begitu banyak lipstik dan alat-alat kecantikan lainnya terjual laku. Hari lebaran adalah hari pamer kecantikan, pamer penampilan dan juga pamer keunggulan. Wallahu a'lam bisshowab.

(Tulisan di 21 Mei 2022)

Doa Hari ke 27

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ فَضْلَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَ صَيِّرْ أُمُوْرِيْ فِيْهِ مِنَ الْعُسْرِ إِلَى الْيُسْرِ وَ اقْبَلْ مَعَاذِيْرِيْ وَ حُطَّ عَنِّيَ الذَّنْبَ وَ الْوِزْرَ يَا رَؤُوْفًا بِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah, berkahilah aku di bulan ini dengan mendapatkan lailatul qadr. Ubah arah hidupku dari hidup yang susah menjadi mudah. Terimalah segala permohonan maafku dan hapuskan dosa-dosa dan kesalahanku. Wahai Yang Maha Penyayang terhadap hamba-Nya yang saleh.

Jumat, 05 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (26)


Jamaah Medsosiyyah part 2

Refleksi Kecemasan

Bersinggungan dengan virtual berarti berbicara mengenai nyata dan tidak nyata, antara makna dan simbol, antara nilai dan kebenaran atau antara kebutuhan dan gaya hidup. Virtual dalam catatan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti a (secara) nyata. Dapat diartikan sebagai sesuatu yang sifatnya seolah-olah, seakan-akan, atau hyperrealitas dengan kata lain melampaui kenyataan tapi seakan-akan nyata. Dalam teori Jean Baudrillard, filsuf asal Prancis ini menyebutnya dengan istilah Simulacra yang berarti dunia simulasi (dunia kosong) sementara Sayyed Husein Nasr menyebutnya sebagai Scentia Sacra (kenestapaan manusia modern). Virtual merupakan bermain-mainya manusia dengan dunia maya.

Pertama yang ingin saya sampaikan bahwa, ada banyak pergeseran budaya atau tradisi secara signifikan ketika era virtual mulai mempersembahkan aromanya pada generasi millenial. Diantaranya adalah virus virtual dalam kehidupan saat ini sudah menjadikan kita tidak hanya menjadi warga Indonesia saja melainkan sudah menjadi warga Dunia. Segala aktivitas kita sudah mendunia dan menjadi keniscayaan hubungan kita dengan warga dunia lainnya. Cukup hanya dengan memotret aktivitas kemudian dimasukkan ke media sosial maka penduduk dari manapun dapat melihat aktivitas tersebut.

Kedua, era virtual telah mengalihkan titik fokus kita dari makna menjadi simbol. Manusia hanya sibuk mencari simbol tanpa memerhatikan makna dibalik simbol tersebut sehingga berkah akan hidup pun menjadi kurang bahkan tidak ada sama sekali.

Ketiga, munculnya jarak sosial (distingsi). Iwan Fals menyebutnya dengan ''Menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh". Adanya jarak sosial mengakibatkan manipulasi konteks makin meningkat, artinya dalam menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya disampaikan secara esensial. Sebagai contoh dalam seminar tentang "Kesetaraan Gender" misalnya tapi yang dibesar-besarkan pada penyampai di media sosial malah tentang cara penyampaian dari narasumber padahal yang harus difokuskan adalah esensi dari seminar tersebut bukan eksistensinya. 

Selanjutnya, jarak sosial justru seakan-akan memutarbalikkan makna. Misalnya tentang makna hadits أنظر ما قال ولا تنظر من قال (lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang berkata) menjadi أنظر من قال ولا وتنظر ما قال (lihatlah siapa yang berkata dan jangan lihat apa yang dikatakan). Konteks hari ini telah mengcover demikian. Karena jarak sosial mengakibatkan tidak adanya kedekatan secara langsung (fisik) sehingga kepribadian seseorang pun tidak bisa dinilai secara parsial (keseluruhan). Akibatnya, makna menjadi abstrak karena karena kalah dari simbolnya. Lebih jelasnya, kita menilai seseorang karena retorikanya atau karena tampilannya bukan karena kepribadiannya atau akhlaknya. Parahnya otak tidak difungsikan lagi apapun yang dikatakan panutan atau orang yang dianggap Mursyid maka wajib diikuti tanpa menelusuri benar tidaknya terlebih dahulu.

Keempat, hadirnya masyarakat epilepsi. Masyarakat epilepsi adalah masyarakat yang kecenderungannya hanya pada sesuatu yang konotasinya menggugah atau kata kerja mulut "wawwwww" membuat mata terbelalak karena dianggap sesuatu yang luar biasa. Akibatnya masyarakat tidak lagi melihat benar salahnya karena telah terhipnotis dengan tingkatan bombastisnya.

Kelima, adanya efek kecabulan. Era virtual juga telah membuat penikmatnya tidak ada lagi yang perlu dirahasiakan. Semua kegiatan pun diakses ke media sehingga orang lain dapat menyaksikan. Apakah itu kesuksesan, kegiatan keagamaan, kegalauan, ulang tahun seseorang, pernikahan dan lain sebagainya. Parahnya masyarakat virtual pun tanpa ragu sedikitpun memposting hal yang sifatnya sangat rahasia. 

Kelima diatas hanya sebagian kecil dampak dari pada penggunaan virtual secara negatif. Menggunakan hal kearah negatif mengakibatkan matinya makna, ketidakstabilan, chaos (kekacauan), tidak pastinya tujuan, fungsi dan makna. Kalahnya esensi karena eksistensi. Yang terakhir adalah komunikasi menjadi massif dengan kata lain cepat namun dangkal dalam makna. Wallahu a'lam bisshowab

Doa Hari ke 26

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ سَعْيِيْ فِيْهِ مَشْكُوْرًا وَ ذَنْبِيْ فِيْهِ مَغْفُوْرًا وَ عَمَلِيْ فِيْهِ مَقْبُوْلاً وَ عَيْبِيْ فِيْهِ مَسْتُوْرًا يَا أَسْمَعَ السَّامِعِيْنَ

Artinya :

”Ya Allah, jadikanlah setiap lampah usahaku di bulan ini sebagai ungkapan rasa syukur dan dosa-dosaku terampuni, amal-amalku diterima dan seluruh aib kejelekanku ditutupi. Wahai Yang Maha mendengar dari semua yang mendengar.

(Tulisan lama diadopsi dan diedit kembali)

Kamis, 04 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (25)


Jamaah Medsosiyyah

Adanya internet menandakan kehidupan surga semakin terbayang. Bayankan! Belum bangkit dari tempat tidur pun di pagi hari kita sudah kebanjiran informasi. Notifikasi dari grub WhatsApp, pemberirahuan dari aplikasi Facebook, iklan-iklan di Tik-tok, berita-berita terbaru dari Instagram dan twitter, line, Youtube dan masih banyak aplikasi-aplikasi lainnya yang memuat banyak informasi.

Harus diakui kalau hari ini, di zaman sekarang. Kebanjiran informasi sangat membludak. Kita bisa dapatkan informasi lebih banyak dari yang kita butuhkan. Entah informasi itu berupa propaganda, hoax, iklan, fake news yang bisa saja membuat kita tergoda untuk mengghibah, menfitnah, dan juga menjadi pelaku penyebar hoax dan semacamnya.

Tidak semua informasi yang kita dapatkan dari media sosial itu berguna bahkan lebih banyak informasi sampahan. Layaknya sampah, kita harus pandai memilih sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Tidak menyaring sebelum sharing membuat hanyut kebanjiran sampah informasi dan ikut menjadi sampah.

Diakui memang, dengan adanya internet dan informasi yang serba cepat bak kilat petir menyambar membuat kita jadi lebih mudah berinteraksi, bisa mengetahui lebih banyak hal. Misalnya tidak tau jalan tinggal tanyakan ke Google Maps, mau makan tapi malas masak tinggal buka aplikasi ojek online, mau belanja tinggal buka aplikasi shoppie dan masih banyak aplikasi lainnya. 

Semuanya serba dimudahkan, mungkin bisa dikatakan zaman modern adalah gambaran kecil dari hidup di surga. Semuanya sudah serba instan tanpa menguras tenaga. Terlepas dari itu, dibalik kemudahan ada juga sisi buruknya. Contoh paling rillnya, dengan ikut jamaah medsosiyyah akan membantu kita mendekatkan yang jauh pada saat yang sama menjauhkan yang dekat. Kita sibuk bermain di dunia maya tapi melupakan dunia nyata di sekitar kita. Kelihatannya fisik brrsama dengan orang lain tapi ruh entah kemana. Saya menyebutnya ada tapi tidak hadir.

Begitu banyak berita yang belum jelas kebenarannya, mengundang banyak prasangka. Dengan gadget seorang lebih mudah mendatangkan prasangka, dulu dari mulut kemulut orang baru bisa bergosip tapi sekarang cukup dengan jari kita sudah mampu bergosip dan memperluas seluas luasnya. Dulu, mulutmu adalah harimaumu, sekarang jarimu adalah harimaumu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞ ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

Sadar atau tidak, menjadi jamaah medsosiyyah sangat besar kemungkinanya menjadi pelaku timbulnya banyak prasangka bahkan kita sudah menjadi mata-mata media sosial untuk menyebarkan berita-berita hoax, berita-berita yang mengandung keburukan orang lain. Hal ini rentang terjadi karena adanya gadget yang smart tapi pemilikmya tidak smart. Mungkin bagusnya sekali-kali kita ritual puasa medsos setidaknya sedikit mengurangi prasangka kita kepada berita-berita yang tidak terlalu berguna.

"Kelak akan ada banyak kekacauan dimana didalamnya orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berusaha (dalam fitnah). Siapa yang menghadapi kekacauan tersebut maka hendaknya dia menghindarimya dan siapa yang mendapati tempat kembali atau tempat berlindung darinya maka hendaknya dia berlindung." (HR Bukhari Muslim). Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 25

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مُحِبًّا لِأَوْلِيَائِكَ وَ مُعَادِيًا لأَعْدَائِكَ مُسْتَنّا بِسُنَّةِ خَاتَمِ أَنْبِيَائِكَ يَا عَاصِمَ قُلُوْبِ النَّبِيِّيْنَ

Artinya :

”Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini lebih mencintai para wali-Mu dan memusuhi musuh-musuh-Mu. Jadikanlah aku pengikut sunnah Nabi penutup-Mu. Wahai yang menjaga hati para nabi.

Rabu, 03 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (24)


Bedoalah! Niscaya Aku kabulkan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186)

Pada ayat sebelumnya (qs al-baqarah: 183-185) berbicara terkait puasa kemudian di ayat berikutnya berbicara tentang doa (qs al-baqarah: 186) Tidak ada momen yang paling membahagiakan ketika tercapai apa yang kita inginkan namun faktanya kita selalu merasa seakan-akan doa kita masih sangat jauh untuk dikabulkan atau bahkan merasa tidak akan pernah di acc oleh Allah Swt. Padahal ayat diatas kejelasan akan tetap terkabulkan apa kemauan kita.

Betulkah setiap doa kita dikabulkan? Berdasarkan ayat diatas, pasti doa kita dikabulkan tapi kok rasa-rasanya puluhan doa kita belum ada yang diijabah? Kita pasti ragu untuk menjawab bahwa setiap keinginan sudah pasti dikabulkan.

Ada satu percakapan menarik antara Ali bin Abi Thalib dengan sekelompok orang yang tidak mau pergi berjihad. Ali bin Abi Thalib bertanya kepada mereka, "mengapa kalian tidak pergi berjuang membantu pasukan muslimin dan bergabung kedalam barisan mereka?" Mereka menjawab, "kami lebih suka beribadah dari pada berperang; kami tidak mau tangan kami kotot dan ternoda oleh darah manusia." Sebagian yang lain menjawab: "kami akan berkumpul di mesjid dan berdoa untuk kemenangan pasukan muslimin; bukankah doa juga merupakan jalan keluar dari masalah? Nah kami akan menbantu para pahlawan Islam di medan laga dengan doa."

Dalam ilmu ushul, terdapat pembahasan terkait aham dan muhim. Aham berarti "sangat penting" sementara muhim artinya "penting". Sangat penting lebih didahulukan tentunya dari pada penting. Jihad fi sabilillah umumnya berhukum fardhu kifayah sementara doa adalah amalan yang mustahab. Jika dibandingkan antara jihad dengan doa maka jihad termasuk dalam ketegori aham (sangat penting) dari pada doa yang statusnya muhim (penting). Doa itu penting tapi jihad lebih penting lagi.

Sebenarnya yang ingin saya sampaikan disini terkait riwayat diatas adalah ada kalanya apa yang kita minta dikabulkan oleh Allah dan adakalanya juga tidak dikabulkan dan jika doa kita tidak dikabulkan pasti diganti dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita minta. Kenapa demikian, karena kita berdoa tidak terlepas juga dari kehendak-Nya untuk kita berdoa artinya karena Allah sendirilah yang menggerakan hati kita untuk berdoa kepada-Nya.

Kita selalu merasa doa-doa kita tidak dikabulkan padahal urgensi dari pada sebuah doa kita adalah mendahulukan meminta yang lebih penting dari pada yang penting. Tentu Allah mengabulkan jika kita minta yang lebih penting. Artinya kalau doa kita tidak dikabulkan berarti kita meminta sesuai keinginan bukan sesuai dengan kebutuhan.

Berdasar pada pengertian ini, apabila kita berdoa dengan cara yang benar alias meminta sesuai kebutuhan maka pasti dikabulkan toh sebelum meminta pun kebutuhan kita sudah dipenuhi oleh Allah. Ketahuilah bahwa Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya sesuai porsi kebutuhannya bukan sesuai porsi keinginan. Allah mengabulkan sesuai keinganan-Nya bukan sesuai keinginan hamba-Nya. 

Jadi, berdoa sebenarnya menyesuaikan keinginan kita dengan keinginan-Nya bukan memaksakan keinginan kita dan menabrak keinginan-Nya (itu tidak mungkin). Ali bin Abi Thalib berkata: "bersyukurlah ketika doamu dikabulkan karena Allah memenuhi keinginanmu dan bersyukurlah ketika doamu tidak dikabulkan karena Allah menghendaki keinginan-Nya." 

Dapat dipastikan akan dikabulkannya doa apabila kita meminta dengan cara yang benar, yakni dengan makrifat, dengan taqarrub dan dengan kehadiran kalbu tetapi sebaliknya apabila dengan riya atau ingin pamer, hanya sekedar keinginan syahwat maka tidak ada jaminan untuk diijabah sebab Allah begitu menyayangi hamba-Nya. Ali bin Abi Thalib pernah ditanya: "mengapa sebagain doa tidak dikabulkan?" Ali menjawab: "sebab tidak dikabulkannya sebagian doa adalah adanya aib dalam perbuatan kalian." Wallahu a'lam bisshiwab.

Doa Hari ke 24

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ فِيْهِ مَا يُرْضِيْكَ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِمَّا يُؤْذِيْكَ وَ أَسْأَلُكَ التَّوْفِيْقَ فِيْهِ لأَنْ أُطِيْعَكَ وَ لاَ أَعْصِيَكَ يَا جَوَّادَ السَّائِلِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah aku memohon pada-Mu di bulan yang suci ini dengan segala sesuatu yang medatangkan keridhaan-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari hal-hal yang mendatangkan kemarahan-MU, dan aku memohon kepada-MU kemampuan untuk mentaati-MU serta menghindari kemaksiatan terhadap-MU, Wahai Pemberi para peminta.

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (23)


Semangat Konsumtif Umat

Life style menjadi tradisi tertentu di bulan ramadhan menjelang idul fitri. Terutama dari kalangan perempuan plus yang sudah punya anak. Meskipun puasa itu belajar manahan dari segala hal yang sifatnya kesenangan fisikal tapi hal yang satu ini justru sangat menggiurkan untuk tetap nimbrung berbelanja. 

Apa yang membuat kebiasaan berbelanja ini sangat menggoda? Tentunya tidak bisa dipungkiri bahwa televisi, media promosi di media sosial seperti facebook, tiktok, shoopie dan media soial lainnya ikut andil membentuk budaya konsumtif masyarakat. Budaya konsumtif ini membentuk pada bukan lagi apa yang dibutuhkan (needs) tetapi apa yang diinginkan (wants).

Dari budaya konsumtif ini telah membentuk otak kita dari iklan-iklan produk konsumtif dengan senantiasa memikirkan bagaimana cara memperoleh barang yang diinginkan apalagi iklan promosi barang hari ini sangat kreatif dan sangat menggoda. Rasa-rasanya tiada hari tanpa berbelanja, tiada hari tanpa membeli.

Sekali lagi, sekalipun kita pahami bahwa puasa mendidik kita untuk berprilaku sederhana, tidak berlebih-lebihan namun nyatanya tetap saja semangat untuk terus berbelanja ada. Ini tentunya paradoks sekaligus kontradiktif dengan nilai semangat puasa ramadhan.

Al-qur'an telah memperingati kita untuk tidak membudayakan sifat berlebih-lebihan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 31)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) , konsumtif artinya bersifat konsumsi, yaitu hanya memakai dan tidak menghasilkan sendiri. Jadi, prilaku konsumtif adalah prilaku seseorang yang suka berlebih-lebihan, sulit membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan, berbelanja kepada sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting, pengontrolan pada nafsu belanja tidak bisa diatasi. 

Sikap berlebih-lebihan dalam hal berbelanja nampak jelas menjelang lebaran. Faktornya karena waktu lebaran adalah momentum saling pamer memamer. Lihat saja di waktu lebaran sikap kita seperti apa. Pasar rame membludak, rumah-rumah pada di renovasi, pakaian baru. Intinya di hari lebaran kita bisa tampil seelegan mungkin di depan keluarga dan orang lain.  Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 23 

اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ فِيْهِ مِنَ الذُّنُوْبِ وَ طَهِّرْنِيْ فِيْهِ مِنَ الْعُيُوْبِ وَ امْتَحِنْ قَلْبِيْ فِيْهِ بِتَقْوَى الْقُلُوْبِ يَا مُقِيْلَ عَثَرَاتِ الْمُذْنِبِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosa dan bersihkanlah diriku dari segala aib/ kejelekan.Tanamkanlah ketakwaan di dalam hatiku. Wahai Penghapus kesalahan orang-orang yang berdosa.


Selasa, 02 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (22)

Bercita-cita jadi Pengemis

Saya yang statusnya sebagai seorang suami tentu bahagia ketika melihat istrinya bahagia. Untuk sedikit menyenangkan istri tercinta, kuajaklah pergi ngabuburit diluar sambil nunggu buka puasa berdua layaknya sepasang kekasih remaja. Ya hitung-itung dapat pahala nyenangin istri. 

Setelah bukber bareng istr,i ngobrol sebentar, minum kopi dan ngerokok sebatang. Kuajaklah balik pulang karena sudah menunjukkan arah jarum jam di pukul 19.13. Berusaha menikmati perjalanan. Tiba-tiba mataku tertuju ke seseorang yang mendorong gerobaknya yang berisi sampah.

Aku singgah sebentar lalu perhatiin. Kelihatannya beliau itu sudah lelah karena sudah cukup tua. Setiap kali ia menemukan tempat sampah, ia kesitu dan mencari-cari sesuatu yang mungkin masih bisa ia manfaatkan.

Sekian lama aku perhatikan di sepanjang jalan. Takut kehilangan jejaknya, karena sudah  lumayan jauh dari pandangangan, aku pun segera ngajak istri untuk mengikutinya dari belakang. Dari belakang kuucapkan salam ke belau sambil memberinya uang yang nominalnya tidak seberapa. Bukannya senang tapi aku menyesal karena tidak bisa memberi banyak.

Aku salut sama orang tua itu, kerja banting tulang padahal umurnya sudah lumayan tua, kulitnya sudah mulai keriput. Ia memang cukup tua tapi ia tetap menjunjung tinggi "tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah."

Sebenarnya bukan cerita diatas yang ingin aku tekankan disini. Tapi sesekali kita menyorot ke kehidupan pengemis. Di kota-kota, menjadi pengemis termasuk pekerjaan yang menjadi alternatif menarik bagi yang merasa tidak memiliki keahlian pada suatu pekerjaan.

Di Kota, coba sesekali kita perhatikan di sekitaran mal-mal, restouran-restoran, di lampu merah, di warung-warung rame pembelinya, di tempat-tempat wisata. Begitu banyak pengemis yang sebenarnya kalau dilhat postur tubuhnya masih kuat kerja dan umurnya juga masih terbilang muda. 

Menjadi pengemis masih mental dominan di Negeri ini. Sebagian dari kita bangga menjadi pengemis, di kota atau pun di pelosok desa ribuan orang antre berjam-jam demi mendapatkan sumbangan, sedekah, THR atau semacamnya. Dan ini tidak terhitung dari golongan usia sebab tua, muda semuanya ikut antri.

Di bulan ramadhan adalah momentum paling pas untuk para pengemis karena mereka tahu kalau di bulan ini adalah bulan ibadah, bulan dimana orang-orang berlomba memamerkan kebabaikan-kebaikannya. Di bulan ramadhan termasuk bulan pengemis yang mengalami peningkatan pendapatan yang cukup signifikan.

Di tahun 2023 Kompas.com berhasil merangkum 9 pengemis kaya. Para pengemis ini rata-rata memiliki ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Terdapat pengemis mampu menghasilkan uang 15 juta rupiah per bulannya. Pertanyaannya, mengapa banyak memilih hidup menjadi pengemis? Karena menjadi pengemis merupakan pekerjaan paling ringan, tidak buang banyak tenaga. Cukup dengan memelas saja, pasang muka murung dan tidak butuh banyak keahlian sudah mampu menghasilkan banyak uang.

Bukan maksud mengkritisi pengemis, tapi lebih kepada kejelian kita melihat, memahami sejatinya pengemis itu seperti apa. Banyak memilih jalan pengemis bukan karena benar-benar butuh dan tidak ada jalan lain tetapi hanya sekedar memilih jalan pintas memenuhi kebutuhannya. Pengemis seperti ini merendahkan dirinya serendah-rendahnya sehingga harga dirinya selalu dikali nol alias nihil. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 22

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ فِيْهِ أَبْوَابَ فَضْلِكَ وَ أَنْزِلْ عَلَيَّ فِيْهِ بَرَكَاتِكَ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِمُوْجِبَاتِ مَرْضَاتِكَ وَ أَسْكِنِّيْ فِيْهِ بُحْبُوْحَاتِ جَنَّاتِكَ يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّيْنَ

Artinya :
”Ya Allah bukakanlah lebar –lebar pintu karunia-Mu di bulan ini dan curahkan berkah-berkah-Mu Tempatkan aku di tempat yang membuat-Mu ridho padaku. Tempatkan aku di dalam Surga-Mu. Wahai Yang Maha menjawab doa orang yang dalam kesempitan.


Senin, 01 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (21)


Mudik ke Kampung Halaman

Mudik menjadi tradisi tahunan di Indonesia ketika menjelang bulan suci ramadhan atau menjelang hari raya idul fitri. Di bulan ramadhan orang-orang berlomba-lomba memesan tiket untuk pulang ke rumah. Baik itu tiket kereta ataupun tiket pesawat. Rupanya semakin jauh jarak perantauan seseorang dari kampung halamannya, semakin tinggi niatnya untuk mudik. Ya hitung-hitung kesempatan bersilaturrahmi dengan keluarga, tetangga dan teman-teman kampung.

Mudik berarti kembali ke kampung halaman, kembali ke tempat dimana kita pertama kali menghirup udara kehidupan, kembali ke tempat dimana kita pertama kali mengeluarkan suara tangisan, pertama kali membuka mata dan melihat orang-orang menyambut dengan senyum bahagia. Itulah kampung dimana kita dilahirkan akan tetap indah seribu kali lipat meskipun di tanah orang hujan rupiah, banjir emas.

Dalam mudik tentunya membutuhkan kesiapan mental dan fisik serta finansial yang cukup namun yang namanya kampung halaman menyimpang masa lalu atau tidak lebih dari sebuah memori yang menyenangkan dan tentunya juga tidak bisa ditakar-ditukar dengan harga apapum. Mudik memiliki kebahagiaannya tersendiri yang sulit dibahasakan.

Kalau tempat tinggal kita yang fana itu begitu kita rindukan sehingga melakukan berbagai macam cara untuk bermudik, lalu bagaimana dengan asal kita yang sebenarnya. Begitu bahagianya ketika mampu bermudik ke kampung halaman hakiki kita itu. Tapi nyatanya? Kita lupa jalan ke kampung halaman kita yang sebenarnya. Padahal sudah jelas kendaraan kita menempuh kesana adalah kematian. Sudah siapkah kita bermudik ke kampung halaman hakiki kita melalui kendaraan kematian?

Disini, bukan maksud meminta untuk cepat-cepat mati ya! Sama sekali bukan kesana maksud saya. Jangan salah paham nanti puasanya makruh. Tradisi mudik tentu layak dipelihara karena menjadi tradisi baik dan pertanda kasih sayang seseorang kepada orang tuanya, keluarga, teman-temannya dan juga kepada kampung halaman. Mudik menjadi wahana tali silaturrahmi tetap terjalin. Tapi lebih dari itu, ada mudik yang tentu lebih kita persiapkan yang melalui kendaraan kematian.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرًا لَّهُم ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110)

Mudik yang sebenarnya adalah perpulangan ke tempat sejati kita berasal. Puasa adalah pengajaran untuk mempersiapkan bekal perjalanan mudik menuju tempat kampung halaman kita yang sebenarnya. Allah sendiri mengakui bahwa umat Islam ini adalah umat terbaik. Oleh karena itu, tentunya kita berupaya semaksimal dan semampunya menjadi lebih baik agar tempat hakiki kita tidak kecewa ketika waktunya tiba kita dimudikkan kesisi-Nya. Iman dan takwa adalah bekal terbaik yang diajarkan dalam puasa agar mudik kita sempurna kesisi-Nya dan itulah yang telah diajarkan dalam ibadah puasa di bulan ramadhan. Wallahu a'lam bisshowab. 

Doa Hari ke 21

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ فِيْهِ إِلَى مَرْضَاتِكَ دَلِيْلاً وَ لاَ تَجْعَلْ لِلشَّيْطَانِ فِيْهِ عَلَيَّ سَبِيْلاً وَ اجْعَلِ الْجَنَّةَ لِيْ مَنْزِلاً وَ مَقِيْلاً يَا قَاضِيَ حَوَائِجِ الطَّالِبِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, tuntunlah aku di bulan yang mulia ini untuk mendapat keridhaan-Mu, Dan janganlah adakan celah bagi syetan untuk menggodaku. Jadikan surga sebagai tempat tinggal dan bernaungku. Wahai yang memenuhi hajat orang-orang yang meminta.

Minggu, 31 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (20)


Kesadaran Lailatul Qadar

Puasa sebagai treaning spritual menuju tangga pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dengan malam Lalilatul Kadar sebagai Milad Al-Qur'an, milad peradaban, dan miladnya segala nilai-nilai ajaran sakral Tuhan yang terjadi pada malam hari sebagai waktu yang paling tepat untuk komunikasi spiritual bersama-Nya 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّا سَنُلۡقِي عَلَيۡكَ قَوۡلًا ثقِيْلاً إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيۡلِ هِيَ أَشَدُّ وَطۡئًا وَأَقۡوَمُ قِيلًا
  
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan."(QS. Al-Muzzammil 73: 5-6)

Bangun malam di malam yang lebih baik dari seribu bulan (malam lailatul kadar) untuk membaca ulang sejauh mana hubungan kita dengan Al-Qur'an dan sejauh apa tingkat pemahaman kita terhadap Firman-Nya, semestinya tidak hanya dirangkaikan dengan acara seremonial-seremonial. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
"sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan." (QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 3)

Lailatul qadar secara bahasa berarti malam (lail) dan ukuran (qadar). Dalam riwayat disebutkan bahwa tanda turunnya lailatul qadar dengan langit yang cerah, suasananya tenang dan sunyi, dan tidak panas dan juga tidak dingin (sejuk). Dari tanda-tanda ini, saya lebih menelisik kedalam diri. Dengan petunjuk puasa hingga membentuk ukuran tertentu menuju kesadaran tertentu. Artinya lailatul qadar berarti terbentuknya kesadaran baru setelah melepas identitas kebinatangan dengan membelenggu nafsu kita.

Turunnya lailatul qadar adalah kesadaran ilahi yang terpatri dalam diri kita sehingga kita mampu merasakan kehadiran Tuhan. Juga dikatakan bahwa malam lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Adakah yang lebih baik ketika kesadaran ilahi kita menyatu dalam diri kita. Adakah yang lebih baik ketika kita mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam diri kita. Lailatul qadar adalah malam dimana sampah-sampah dalam diri seperti sampah kemarahan, sampah kebencian, sampah kemunafikan, sampah riya, sampah kesombongan, sampah ke-aku-an telah kita singkirkan dengan berpuasa. 

Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al-Quran, artinya ssya lebih memaknai bahwa ketika sampah-sampah telah disingkirkan kemudian kesadaran ilahi masuk ke dalam kesadaran kita maka, ia akan mewujud menjadi firman ilahi yakni al-Quran. Akhlak kita menjadi akhlak al-quran. Ruhani kita menjadi nur. Pada akhirnya menjadi sejahtera sampai terbit fajar.

سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
"Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr 97: Ayat 5)

Wallahi a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 20

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ فِيْهِ أَبْوَابَ الْجِنَانِ وَ أَغْلِقْ عَنِّيْ فِيْهِ أَبْوَابَ النِّيْرَانِ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ يَا مُنْزِلَ السَّكِيْنَةِ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, bukakanlah bagiku di bulan ini pintu-pintu menuju surga dan tutupkan bagiku pintu-pintu neraka. Berikanlah kemampuan padaku untuk menelaah Al qur’an di bulan ini. Wahai yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin.

Kamis, 28 Maret 2024

FOOTNOTE HISTORIS || SHALAT TARAWIH SEPERSONIK

By Ahmad M. Sewang 

Setiap tahun saya menulis tentang salat tarawih supersonik. Disebut supersonik karena begitu cepatnya, bayangkan 23 rakat diselesaikan dalam waktu sesengkat-singkanya hanya tujuh menit. Salat ini diselenggrakan di sebuah pesantren di Jombang dan di Cerbon. Yang menarik karena semakin banyak jamaanya dari generasi muda, ada juga orang tua yang ikut, tetapi karena begitu cepat berlangsung, maka mereka hanya bisa mengikuti dengan salat duduk.

Salat tarawih supersonik ini setiap tahun di rewriting. Tahun ini d sengaja di rewriting sekedar menyambut himbauan Mentri Agama RI yang menekankan bahwa hendaknya MUI sebagai khadimul ummat, memperhatikan salat tarawih kilat ini. Saya juga tidak tahu bahwa salat tarawih kilat yang mereka lakukan banyak yang menganggap kontroversi, pengasuhnya sendiri menganggap sah. Alasannya rekun dan syaratnya tidak ada yang dikurangi, sedang para ahli mempertanyakan bahwa salat itu harus ada tuma'ninanya, Apalagi Tarawi, tarawih artinya santai atau istirahat.  Salat tarawih semacam ini sama sekali tidak punya istirahatnys atau tuma'nina. Karena itu, orang tua tidak bisa mengikuti maka terpaksa salat duduk bahkan orang Ambon mengatakan ini adalah "salat bola". Bola jika dijatuhkan ke tanah. Semakin cepat jatuh ke tanah semakin cepat lagi melanting ke atas, maka digelar salat bolah.

Akhirnya segaja tulisan ini diekspos ke publik, agar dapat respon dari MUI untuk mendapatkan bimbingan. Jangan membiarkan masyarakat lepas dari bimbingan. Bukankah MUI sebagai khadimul ummah?

Kenapa setiap tahun tulisan  semacam ini dipublish. Saya teringat kisah lucuh dari sebuah kampung. Penduduknya begitu kritis dalam menghadapi seorang mubalig yang materi dakwahnya cuma satu tema sepanjang Ramadan yang dibawa keliling ke banyak masjid. Kebetul ada jamaah yang mengikutinya. Setelah tiba di masjid kampung yang kritis itu, Mendengar namanya dipersilahkan oleh protokol masjid kampung itu. Jamaah masjid kampung itu ramai-ramai berkata serentak, bagai paduan suara, "Pasti judulnya KUTIBA". Sang mubalig bukannya tersinggung bahkan dengan tersenyum lebar berkata; "Saya juga bosan membawakan judul ini, jika ingin berubah judul nasehat saya, maka ubah dahulu prilakumu. Ini malam kamu ubah, ini malam Juga judul nasehat ini pasti saya ubah. Jika para jamaah bosan mendengarnya, lebih lagi saya sebagai penasehat," katanya santai.

Wasalam, 
Kompleks GMP, 29 Maret 2024

Rabu, 27 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (10 - Selesai)

By Ahmad M. Sewang

Pilihlah sahabat yang mampu membawa prospektif ke depan. Sejak kecil saya berusaha bersahabat yang menurut saya bisa membimbing ke arah lebih positif tanpa memandang firqah keagamaan yang dianut. Karena itu berbagai kajian  saya ikuti, mulai PII, SEPMI,  IPNU, IPM. 

Berpikir secara positif, selalu ada rezikonya, apalagi berpikir negatif. Suatu ketika teman-teman NU, mengetahui bahwa saya mengikuti kegiatan di SEPMI, saya dipanggil ketua Majlis Syariah NU K.H. Muhsin Tahir dan ditanya, "Kenapa ikut SEPMI? Saya jawab dengan polos bahwa mereka juga muslim. Kemudian beliau menegur saya bahwa jawaban itu sudah mulai salah. Tetapi itulah pandangan apa adanya saat itu.

Beda ketika mulai kuliah di Makassar, saya tidak lagi aktif di organisasi  mainstrem melainkan di pengajian kitab kuning seperti di KH Mustari Pasar Terong dan di masjid Raya Makassar. Selain itu, saya aktif di pengajian Aqsha dan di DPP IMMIM. Pengajian Aqsha adalah umumnya menghimpun para dokter yang ingin belajar agama. Di pengajian ini sangat terkenal ketika itu. Ia satu level dengan pengajian Salahuddin UGM dan ITB Bandung. Ia pernah dikunjungi Prof. Buya Hamka, Prof. Yagub Vredenberg dari Belanda, Prof. Nurchalis Madjid, Prof. Baharuddin Lopa, Prof. Harun Nasution, dan hampir semua tokoh populer dari IAIN, IKIP, UNHAS, dan UMI pernah jadi nara sumber di pengajian ini . Di sini saya bergabung sebagai sekertaris harian. 

Menurut penelusuran buku tentang fikih persaudaraan yang saya tulis bahwa Nabi di antaranya yang berhasil mempersaudarakan kaum Muslim dari masyarakat Arab sebelumnya dalam sistem kabilah mengubahnya kepada sistem ukhuwah. Setelah Nabi wafat sistem gabilah ini kembali lagi kambuh terutama di masa khalifah Usman yang disebut dalam sejarah alfitnatul kubah yang diterjemahkan dalam bagasa Indonesia Malapetaka Besar, disebut demikian karena masih berlangsung dalam lintasan sejarah sampai sekarang. Lihat saja kondisi umat sekarang orang lebih suka bertengkar dari pada bersatu hanya masalah furu. (Habis)

Wasalam,
Kompleks GPM. 28 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (16)


Hikmah Kisah Sufi 

Dikisahkan dari seseorang yang memimpikan Syekh Abu Bakr Asy-Syibli, dalam mimpi itu, ia melihat Syekh berdialog dengan Allah Swt. Berikut percakapannya:

"Hai Abu Bakr Asy-Syibli, apakah engkau tau apa yang membuat dosa-dosamu Kuampuni?" Kata Allah
"Amal salehku." Jawab Syekh Abu Bakr Asy-Syibli.
"Bukan." Kata Allah Swt.
"Hajiku, puasaku, shalatku." Kata Syekh Abu Bakr Asy-Syibli.
"Bukan." Kata Allah.
"Perajalananku kepada orang-orang saleh dan untuk menimba ilmu." Kata Syekh Abu Bakr Asy-Syibli.
"Bukan." Kata Allah.
"Ketulusanku dalam beribadah." Kata Syekh Abu Bakr Asy-Syibli.
"Ya Ilahi, lantas apa?" Tanya Syekh Abu Bakr Asy-Syibli penasaran.
"Lantaran kasih sayangmu kepada kucing itulah, Aku memberikan rahmat kepadamu." Kata Allah Swt.

Sebelumnya Abu Bakr Asy-Syibli keluar rumah jalan-jalan di kota Baghdad yang waktu itu sedang hujan deras. Dalam perjalanannya beliau melihat kucing sedang kedinginan. Ia pungut kucing itu, membersihkan dan menghangatkan badannya kemudian memberinya makan. Kucing itu dengan lahap makan karena kelaparan setelah itu tertidur pulas.

Hikmah dari kisah ini bahwa kebaikan tidak mengenal untuk siapa tapi untuk apa dan kenapa kita berbuat baik. Kedua, setiap kebaikan pasti dibalas Allah Swt tanpa pandang bulu kebaikan itu dari mana. Ketiga, berbuat baik kepada semua makhluk adalah kewajiban kita. Keempat, kebaikan tidak dilihat dari seberapa banyaknya melainkan seberapa ikhlasnya kita sudah berbuat baik.

Sudah banyak kisah-kisah yang mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah yang kebaikan itu justru kepada binatang. Kenapa? Karena berbuat baik kepada binatang atau hewan lebih memicu keikhlasan, tidak ada unsur riya, ujub diri dan lainnya. Beda dengan berbuat baik kepada manusia lainnya, lebih ke pamrih, pujian, nama baik, mau dihormati. 

Di bulan puasa ini, perbuatan baik apa yang sudah kita lakukan? Kalau seekor kucing saja kita usir ketika masuk ke dalam rumah, lalu takwa seperti apa yang sudah kita puasain? Kalau dipuasa kita hanya disibukkan pilkran-pikiran mau makan menu apa di waktu berbuka? Puasa kita untuk memindahkan waktu makan bukan karena laallakum tattakun. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 16

اَللَّهُمَّ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِمُوَافَقَةِ الْأَبْرَارِ وَ جَنِّبْنِيْ فِيْهِ مُرَافَقَةَ الْأَشْرَارِ وَ آوِنِيْ فِيْهِ بِرَحْمَتِكَ إِلَى (فِيْ ) دَارِ الْقَرَارِ بِإِلَهِيَّتِكَ يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ

Artinya : Ya Allah, anugrahilah kepadaku di bulan ini agar supaya bisa bergaul dengan orang-orang baik, dan jauhkanlah aku dari bergaul dengan orang-orang jahat. Berilah aku perlindungan di bulan ini dengan rahmat-Mu sampai ke alam Akhirat. Demi keesaan-Mu wahai Tuhan semesta Alam. 

Senin, 25 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (15)


Benarkah, tidur orang puasa adalah ibadah?

Ketika Rasullullah pada kesempatannya mengatakan bahwa tidur di bulan ramadhan adalah ibadah, banyak yang memperbanyak tidurnya di siang hari dengan alasan ibadah. Lebih baik tidur dari pada ngegosip, ngabuburead yang ngga jelas. Tidak salah tapi mengenai sabda Rasul, coba kita tanyakan ulang tidur yang bagaimana maksud Nabi? Takutnya sudah menganggap tidur kita itu sudah ibadah padahal malah menjadi tidur yang memakruhkan puasa.

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ 

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).

Kalau kembali pada tujuan luhur puasa yakni usaha menekan syahwat lahir, sementara tidur bagian dari syahwat lahir manusia, maka tentu yang dimaksud nabi adalah tidur yang berkualitas bukan tidur yang kita pahami pada umumnya sebagaimana tidur seperti biasanya. 

 موتوا قبل أن تموتوا
"Matilah sebelum kamu mati".

Di hadits ini terdapat dua kata mati. Tentu kata mati yang pertama dengan mati yang kedua berbeda. Pada kata pertama dalam hadits ini "Matilah" yang dimaksud disini adalah mati secara batin sementara kata "mati" yang kedua adalah mati secra fisik.

Kira-kira apa maksud Nabi menyuruh kita mati sebelum mati? Karena mati yang pertama bermakna batin maka yang dimaksud Nabi kira-kira adalah mematikan semua panca indra kita kepada hal-hal yang negatif. Mematikan pandangan untuk tidak melihat tontonan senonoh, mematikan telinga untuk tidak mendengar yang kurang baik, mematikan mulut untuk bercerita aib, mematikan tangan dan kaki menuju maksiat dan mematikan semua panca indra untuk tidak memuaskan nafsu syahwat kita.

Karena puasa adalah training menekan dan mematikan kemauan-kemauan negatif panca indra kita maka tidur yang dimaksud adalah menidurkan atau menghentikan segala aktivitas-aktivitas negatif indrawi kita. Orang sedang tidur sebenarnya sedang mengistirahatkan segala aktivitas indrawinya tetapi pada saat yang sama tidur pada posisinya memuaskan kenyamanan syahwat tidur. Tidak relevan apabila di bulan puasa memperbanyak tidur karena nilai perjuangan menekan syahwat tidur tidak dijalankan.

Selanjutnya, coba kita tanyakan kembali kualitas tidur kita di bulan ramadhan. Apakah tertidur karena puasa atau tidur karena kelaparan? Ataukah tidur kita karena ingin bermalas-malasan? Tentu tidur ini tidak memiliki nilai ibadah. Tidur karena kelaparan berarti tidur yang disebabkan karena nafsu sementara tidur orang yang berpuasa adalah tidur dengan tujuan istirahat untuk memperoleh kembali kekuatan menjalankan ibadah-ibadah lainnya, tidur semata-mata karena kehendak-Nya, serta tidur karena tagihan fisik yang sudah tidak sanggup lagi menahan kantuk.

Imam al-Ghazali menjelaskan:

بل من الآداب أن لا يكثر النوم بالنهار حتى يحس بالجوع والعطش ويستشعر ضعف القوي فيصفو عند ذلك قلبه

“Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumid Din, juz 1, hal. 246).

Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 15

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ طَاعَةَ الْخَاشِعِيْنَ وَ اشْرَحْ فِيْهِ صَدْرِيْ بِإِنَابَةِ الْمُخْبِتِيْنَ بِأَمَانِكَ يَا أَمَانَ الْخَائِفِيْنَ 

Artinya : Ya Allah, Mohon anugrahkan padaku di bulan ini dengan ketaatan orang-orang yang khusyu serta lapangkanlah dadaku dan dengan taubat orang-orang yang rendah diri. Dengan kekuatan-Mu. Wahai tempat berlindung bagi orang-orang yang ketakutan. 

Sabtu, 23 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (13)


Peperangan Dua Kubu

Manusia tidak pernah berhenti bergerak untuk selalu mengindentifikasi kesempurnaanya sebagai makhluk yang sebaik-baiknya ciptaan. Namun karena manusia adalah gabungan dari jasmani dan ruhani maka geraknya pun ada yang bersifat metafisik dan kadang-kadang bersifat jasmani (fisik). Atau mungkin gerak pada tujuan jasmani lebih dominan sehingga berputar-putar pada masalah tujuan jasmani bukan tujuan ruhani.

Manusia adalah tempat berperangnya dua kutub yang saling berlawanan, yaitu jasmani dan ruhani. Perbedaan dari keduanya dapat dilihat dari tujuannya masing-masing. Tubuh yang dimiliki manusia adalah tempat gerak jasmani dan di dalam tubuh manusia ada jiwa sebagai tempat gerak ruhani. Pada dua kubu ini masing-masing memilki wilayah kekuasan. Keduanya selalu siap berperang untuk saling merebut dan memperluas kekuasaannya. Nafsu sebagai pemimpin fisik sementara jiwa dipimpin oleh hati atau fitrah. Keduanya memiliki penasehat yang sama yang berusaha bersikap netral tapi kadang-kadang menghianati satu diantara keduanya, ia adalah akal.

Akal adalah bahan jiwa menuju Allah namun juga kadang-kadang berperang sebagai bahan hawa nafsu untuk menjauh dari-Nya. Akal yang apabila disetir oleh hawa nafsu akan menjadi petunjuk jalan memperlancar kehendak hawa nafsu pada saat yang sama akal juga berperang sebagai petunjuk menuju Allah ketika yang meguasainya adalah hati. Dengan akal, hawa nafsu mampu menyerap sifat setan dan juga dengan akal, hati mampu menyerap unsur ketuhanan. Dengan kata lain, akal menjadi rebutan antara dua kubu besar yakni kubu hawa nafsu dan kubu hati.

Sebagai ilustrasi, dalam persidangan perceraian misalnya. Perdebatan antara suami istri memperbutkan hak masing-masing maka akal disini berperang sebagai pengamat. Ia senantiasa berada pada yang benar jika ia mampuenghalangi dirinya dari suap menyuap. Tapi ketika tidak maka ia akan menjadi lawan kebenaran. Artinya, akal tidak tertutup kemungkinan mengalami penyimpangan dan membela yang salah apabila tidak disuplai dari ilmu pengetahuan yang baik.

Oleh karena itu, akal membutuhkan pengetahuan terkait dengan hawa nafsu, seperti apa ia dan bagaimana wataknya dalam diri manusia. Akal mempunyai kewajiban untuk mengetahui peran positif negatif hawa nafsu serta dengan ciri-cirinya karena ia mampu membangun sekaligus meruntuhkan kehidupan manusia.

Nabi Saw bersabda: "Sekiranya anak cucu Adam mempunyai dua lembah emas, niscaya dia masih berhasrat pada lembah yang ketiga." Hadits Nabi ini memberikan satu petunjuk bahwa sifat atau watak hawa nafsu itu ekspansif (luas). Hawa nafsu yang apabila disuap satu kali akan meminta dua kali, tiga kali, seterusnya dan seterusnya. Tintutan hawa nafsu yang brrsifat mutlak ini mengakibatkan tidak memilki akhir pemuasan. Semakin mencoba untuk dipuaskan ia akan semakin memiliki banyak tuntutan untuk dipuaskan. Arti kata, ia tidak memilki batasan kepuasan.

Keinginan yang dilandasi gerak hawa nafsu mendesak seseorang untuk cepat-cepat memiliki apa yang menjadi keinginannya tersebut. Artinya selain ekspansif, hawa nafsu juga memiliki daya gerak cepat. Lihatlah pemerkosaan terjadi karena si pelaku didesak oleh nafsu syahwatnya untuk menuruti keinginannya pada seksual. Syahwat tidak akan memperhitungkan pada sah atau tidaknya karena yang ia lihat adalah bagaimana pemenuhannya dapat terpenuhi secepat mungkin. 

Ungkapan menarik dari Amirul Mukminin Ali bin AbibThalib, "Dosa-dosa syahwat tak ubahnya kuda liar yang terlepas kendalinya, ia akan dengan kencang melarikan pengendaranya ke neraka. Ketahuilah takwa adalah pengendara yang patuh. Pengendaranya dengan santai dapat memegang kendali dan ia akan membawanya masuk surga." 

Sudah jelas bahwa puasa diperintahkan sekurang-kurangnya mempersempit wilayah kekuasaan hawa nafsu sekaligus memperlambat pengendaranya menuju ke neraka. Puasa menjadi tali pengikat keliaran syahwat. Puasa adalah jalan menuju takwa agar kemudian kendaran takwa menjadi wasilah menuju surga-Nya. Wallahu a'lam bisshowab.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ  فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggal (nya)." (QS. An-Nazi'at 79: Ayat 40-41)

Doa Hari ke 13

اَللَّهُمَّ طَهِّرْنِيْ فِيْهِ مِنَ الدَّنَسِ وَ الْأَقْذَارِ وَ صَبِّرْنِيْ فِيْهِ عَلَى كَائِنَاتِ الْأَقْدَارِ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِلتُّقَى وَ صُحْبَةِ الأَبْرَارِ بِعَوْنِكَ يَا قُرَّةَ عَيْنِ الْمَسَاكِيْنِ

Artinya : Ya Allah! Mohon sucikanlah diri kami di bulan ini dari segala nista dan perbuatan keji. Berilah aku kesabaran atas apa yang telah Engkau tetapkan. Anugerahkan kepada kami ketakwaan dan persahabatan dengan orang-orang yang baik dengan pertolongan-MU, Wahai cahaya hati orang-orang yang miskin.


Jumat, 22 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (12)


Puasa Menyingkap Tiga Perkara Gaib

Singkatnya, gaib adalah apa yang luput dari indra kita, tidak dapat dilihat oleh mata meskipun hati meyakininya. Beriman pada perkara gaib merupakan bagian dari orang yang bertakwa sebagaimana kata Allah dalam firman-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلۡمُتَّقِينَ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَٰوةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ

"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2-3)

Spectrum otak kita terkontaminasi otomatis ke jin, setan atau makhluk abstrak lainnya ketika mendengar kata gaib. Penulis mencoba memaknai kata gaib disini lebih kepada gaib abstrak akhlaki bukan gaib abstrak makhluk yang mempunyai sosok yang menakutkan.

Puasa dilakukan sebagi energi untuk menghidupkan hati, meningkatkan kesensitifan spritual. Dengan puasa perhatian kepada hal-hal yang tersembunyi seperti iri, dengki, sombong, tamak dan sifat buruk lainnya akan menjadi penyebab hidupnya hati seseorang. Seribu lebih baik memerhatikan aib diri dari pada mengintip keburukan-keburukan orang lain.

Dalam kitab Al-Hikam Ibnu Athaillah Assakandari berkata: "Perhatianmu untuk mengetahui aib-aib yang tersembunyi dalam dirimu adalah lebih baik daripada perhatianmu menyingkap perkara gaib yang tersembunyi darimu." Banyak dari kita selalu disibukkan untuk mengetahui perkara tersembunyi dari orang lain. Mencari-cari aib orang lain adalah perkara yang dapat menyebabkan matinya hati.

Banyak orang yang melakukan ibadah puasa misalnya puasa hari senin-kamis, puasa patih geni, puasa mutih hanya untuk dapat menyingkap perkara gaib. Padahal tujuan puasa sebenarnya untuk menyingkap perkara gaib akhlaki, adapun perkara gaib makhluk abstrak seperti malaikat hanyalah bonus. 

Menyadari aib diri sendiri tentu lebih baik dari pada kemampuan melihat malaikat. Kemampuan melihat aib diri yang tersembunyi (gaib) tentu lebih baik daripada kemampuan dapat melihat takdir atau masa depan seseorang, karena akan menjadi penyebab rusaknya hati seperti munculnya rasa sifat sombong, merasa lebih baik dari yang lain.

قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُ ۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٍ يُؤۡمِنُونَ

"Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 188)

Wahab bin Munabbah meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang laki-laki dari bani israil melakukan ritual puasa selama tujuh tahun berturut-turut. Dalam setahunnya membatalkan puasanya hanya enam hari. Setelah tujuh tahun berlalu, lelaki tersebut memohon kepada Allah agar dapat mengetahui seberapa besar kekuatan setan menguasai manusia. Namun permintaannya itu tidak kunjung dikabulkan.

Lelaki itu pun berkata: sekiranya tujuh tahun itu aku gunakan untuk mengoreksi seberapa besar kesalahan dan dosaku kepada tuhanku, maka niscahya hal itu akan lebih baik untukku dari pada apa yang aku cari selama ini.

Tida lama kemudian setelah ucapannya itu, Allah mengutus malaikat dan berkata kepada lelaki itu: "Allah mengurusku untukmu dan mewahyukan bahwa ucapan yang engkau ungkapkan belum lama ini lebih baik dari pada ibadah puasa yang kau lakukan selama ini Allah juga telah membukakan mata hatimu, lihatlah sekelilingmu!!!".

Betapa terkejutnya lelaki itu sebab iblis dan setan bertaburan dimana-mana, segala penjuruh arah dan tempat. Tidak hanya itu, ia juga terperangah karena tidak ada satupun manusia kecuali di sampingnya terdapat setan-setan seperti halnya lalat. Kemudian malaikat pun berkata lagi: "Tuhan mana yang akan menyelamatkan dari hal ini?"

Puasa sebenarnya memerangi tiga aib dalam diri manusia. Ketika tidak, makan, tidak minum, tidak jima' maka sebetulnya kita sedang memerangi aib diri (syahwat). Selanjutnya ketika kita berusaha untuk menekan syahwat gila akan pangkat atau kedudukan, gila akan kemuliaan, iri, dengki, sombong dan semacamnya maka kita sedang menyingkap tabir gaib kita dengan memerangi aib hati. Lebih dari pada itu , juga harus memerangi aib ruh kita seperti ingin balasan surga, bidadari, ingin punya karomah dan sejenisnya. 

Puasa datang untuk menyingkap perkara gaib kita (yang selama ini kita abaikan) dalam tiga bentuk aib yang telah disebutkan diatas; aib diri, aib hati dan aib ruh. Menyibukkan diri dalam usaha mencari-cari tiga macam aib kita serta berusaha untuk membersihkannya adalah lebih baik dari kesibukan mencari tahu rahasia alam gaib yang tersembunyi dari luar kita. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قَدۡ أَفۡلَحَ مَن تَزَكَّىٰ
"Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman)," (QS. Al-A'la 87: Ayat 14)

Wallahu a'lam bisshiwab

Doa Hari ke 12 

اَللَّهُمَّ زَيِّنِّيْ فِيْهِ بِالسِّتْرِ وَ الْعَفَافِ وَ اسْتُرْنِيْ فِيْهِ بِلِبَاسِ الْقُنُوْعِ وَ الْكَفَافِ وَ احْمِلْنِيْ فِيْهِ عَلَى الْعَدْلِ وَالإِنْصَافِ وَ آمِنِّيْ فِيْهِ مِنْ كُلِّ مَا أَخَافُ بِعِصْمَتِكَ يَا عِصْمَةَ الْخَائِفِيْنَ

Artinya : Ya Allah, mohon hiasilah aku di bulan ini dengan penutup aib dan kesucian. Tutupilah diriku dengan pakaian kecukupan dan kerelaan diri. Tuntunlah aku untuk senantiasa bersikap adil dan taat. Selamatkanlah aku dari segala sesuatu yang aku takuti. Dengan Perlindungan-MU, Wahai tempat bernaung bagi mereka yang meminta pertolongan. 

Kamis, 21 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (11)


Kata Allah: Puasa itu untuk-Ku

Puasa sebagai instrumen pendidikan ruhani manusia. Mewujud kedalam satu amalan perbuatan yang meninggalkan perbuatan. Puasa adalah amalan rahasia karena sifatnya yang meninggalkan perbuatan (tidak makan, minum, dan jima). Keistimewaan puasa karena amalan yang Allah  nisbahkan diri-Nya sendiri. Sebagaimana dalam hadits qudsi "puasa itu untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya." 

Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946

عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

Menurut Syaikhul Akbar Ibnu Arabi terkait hadits ini, ia mengganti kata "ajzi" yang artinya membalas" menjadi "ujzi" yang berarti tebusan. Dengan demikian menurut Ibnu Arabi Allah itu sebenarnya berkata "Puasa itu untuk-Ku dan Akulah tebusannya." Wallahu a'lam bisshowab

Marhaban ya ramadhan adalah kalimat paling populer diucapkan di berbagai media sosial serta media tulisan. Banyak ragam dan prilaku umat Islam ketika menyambut datangnya bulan agung ini. Terkait hal ini, terdapat tiga level atau cara umat Islam menyambut datangnya bulan suci ramadhan.

Tingkatan pertama:
Pada level ini seseorang akan menyambut bulan suci ramadhan sebagai bulan tarbiah atau bulan ujian. Bulan puasa adalah bulan yang yang mendidik, bulan yang penuh rintangan karena di dalamnya secara terang-terangan melawan kemauan hawa nafsu. Pada level ini, puasa dianggap sebagai paksaan yang harus dilakukan. Cara menghadapinya adalah dengan menghadirkan kesabaran.

Tingkatan kedua:
Pada level ini  seseorang tidak hanya menganggap puasa sebagai ujian yang harus dilakukan melainkan ridha dari segala apa yang harus dilakukan dalam ibadah puasa di bulan ramadhan. Menerima segala konsekuensinya.

Tingakatan ketiga:
Adalah syukur. Syukur berarti berterima kasih kepada Allah. Memahami bahwa puasa sebagai khalisun lillah yang tentu konsekuensinya bukan pahala, bukan syurga melainkan Allah itu sendri sebagai konsekuensinya dari puasa-puasa hamba-Nya.

Kembali kepada Puasa itu untuk Allah. Artinya orang yang berpuasa sedang mentransfer sifat Allah yang tidak makan, tidak minum dan lain sebagainya ke dalam dirinya, berpuasa berarti sedang mentarbiyyah diri dengan mensifati dirinya dengan sifatnya Allah. 

Puasa itu Untuk-Ku juga berarti puasa itu untuk Allah dan untuk yang berpuasa hanya makan, minum dan jima'. Menjalankan sifat-Nya berarti berusaha menarik ridha-Nya. Puasa itu untuk-Ku juga berarti penghilangan kesombongan, riya serta tangga ikhlas. Apa yang patut kita sombongkan sementara puasa bukan untuk orang yang berpuasa melainkan untuk Allah sendiri. Harapan apa yang kita tunggu sebagai bentuk balasan dari-Nya akibat puasa-puasa kita sementara Dia tidak menyebutkan bentuk dan seperti apa jenis balasannya.

Dengan demikian puasa itu untuk-Ku adalah puasa kembali kepada Allah sementara kesabaran, rasa syukur, keikhlasan untuk manusia sebab dengan puasa manusia sedang mendudik dirinya untuk mampu meraih dan sampai ke ketiga maqam tersebut yakni sabar, syukur dan ikhlas. Inilah bentuk pengajaran Allah dalam ibadah puasa ramadhan. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 11

اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيَّ فِيْهِ الْإِحْسَانَ وَ كَرِّهْ إِلَيَّ فِيْهِ الْفُسُوْقَ وَ الْعِصْيَانَ وَ حَرِّمْ عَلَيَّ فِيْهِ السَّخَطَ وَ النِّيْرَانَ بِعَوْنِكَ يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ

Artinya : Ya Allah! Mohon tanamkanlah ke dalam diriku kecintaan kepada perbuatan baik, dan tanamkanlah ke dalam diriku kebencian terhadap kemaksiatan dan kefasikan. Mohon jauhkanlah dariku kemurkaan-MU dan api neraka dengan pertolongan-MU, Wahai Penolong orang-orang yang meminta pertolongan. 

Rabu, 20 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (3)

By Ahmad M. Sewang

Sejak dahulu dikenal dua tokoh ulama sufi, yaitu K.H. Muhammad Tahir, Imam Lapeo Beliau melanlang buana belajar sampai ke Turki dan beliaulah yang membawa Tarekat Syadziliyah ke Mandar. Ulama Pambusuang lainya yang terkenal adalah K.H. Muhammad Saleh beliau belajar di Arab Saudi berpuluh tahun dan membawa Tarikat Qadiriyah ke Mandar. Anehnya, kedua terekat ini tidak tersebarluas di Pambusuang melainkan di luar Pambusuang, yaitu di Lapeo dan Majene. Kenapa tidak menyebar di Pambusuang? akan diuraikan tersendiri.

Sejalan terbukanya akses untuk studi ke Perguruan tinggi di bidang agama, muncul pula ahli di bidang ini, yaitu Dr. K.H. Mochtar Husein yang dapat dianggap Assabiqunal Awwalun, juga dikenal melahirkan banyak ilmuan seperti Dr. dr. Iqbal Mocntar, sekarang tinggal di kota Daha dan bekerja disana sebagai dokter ahli, Dr. Zainal Arifin Mochtar, ahli tatanagara di UGM, dan Dr. Zulkifli Mochtar yang sekarang kawin dan bermukim di Jepang. Generasi kedua setalah al Sabiqunal Awwalun, yaitu Prof. Dr. Ahmad M. Sewang, M.A., sedang generasi berikutnya yang sudah menyelesaikan tingkat doktoraknya. Mereka bermunculan kemudian setelah  akses pendidikan semakin bagus, yaitu:
1.DR.MUH.HARAS RASYID
2.DR.UBBADAH M.YASIN
3.DR.SALAHUDDIN 
SOPU
4.DR.DALIF USMAN
5.DR.MALKAN MUHAMMAD ALI
6.DR.HAMZAH AZIZ
7.DR.MABRUR INWAN. 8.DR.RAJAB
9.DR.MUSLIMIN KADIR
10.DR.ASWAD KADIR

Mohon maaf jika ada yang terlupakan ditulis, tidak lain semata-mata bukan karena kesengajaan tetapi karena keterbatasan atau penulis belum tahu. Sejak dahulu banyak orang datang menimbah ilmu di tempat ini. Misalnya H. M. Asyik berasal dan pengusaha Hotel di Makassar merasa bangga pernah belajar di desa ini. Ia pernah menegur seseorang setelah mendengar bacaan Al Qur‘annya, menurutnya "Tidak begitu yang pernah saya terima di Pambusuang," katanya suatu waktu. Apalagi dari daerah sekitar Pambusuang, misalnya dari K.H. Muhammad Idrus yang berasal dari Soreang juga pernah belajar di Pambusuang, beliau jugahijrah dan hijrah ke Polewali guru saya membaca kitab kuning ketika sekolah di Polewali. 

Dari ilmuwan umum di kampung ini termasuk Prof. Dr. Baharuddin Lopa, S.H, beliau termasuk keluarga terpelajar dan juga dianggap Assabiqunal Awwalun di desa ini di bidang pengetahuan umum,  saudaranya Dr. Nursiah Lopa SH, Prof. Dr. Tahir Lopa, Dr. Ahmad Lopa, SH. Yang juga dilahirkan di desa ini adalah Prof. Dr. Basi Hasanuddin, nama yang disebut terakhir ini termasuk keluarga berpendidikan, seperti almarhum Prof. Dr. Makmun Hasanuddin, dan Dr. Rahmat Hasanuddin. 

Wasalam,
Kompleks GPM, 20 Maret 2024

Selasa, 19 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (09)


Demi Waktu 

Di saat mendapati hal-hal yang sulit diprediksi, anda mungkin sering mendengar atau bahkan pernah juga berkata: "biar waktu yang akan menjawab." Seringkali seseorang atau kita semua memberikan kesempatan kepada waktu untuk menjawab apa yang sulit kita pecahkan. Padahal disaat berkata demikian pun sebenarnya kita sudah dii lingkaran waktu. Waktu adalah makhluk yang paling tidak kenal simpati atau empati. Apa dan bagaimanapun keadaanmu waktu akan tetap berjaan dari waktu ke waktu yang lain. Ia tidak akan pernah menoleh kebelakang sedikitpun. Ia tidak memiliki toleransi, dispensasi atau semacamnya. Ibarat kata, urusanmu ya urusanmu, urusanku ya urusanku. Ia akan tetap ada pada misi waktunya, kemarin saat ini dan yang akan datang.

Terkadang kita bersemangat menyambut dan menjalani waktu namun juga kadang berharap agar waktu berputar lambat. Begitulah keadaan kita dihadapan waktu. Kita hanya tahu kalau waktu terus berjalan dan tidak ada sedetik-sedikitpun kesempatan untuk memutar kembali waktu yang telah kita lewati. Kita juga tahu kalau tiap-tiap orang hanya bisa berada di satu keadaan dari tiga keadaan waktu; telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Kita hanya mampu berada di keadaan "sedang" itupun rasa-rasanya kita terpaksa atau dijabr. Begitu perkasa waktu ini. 

Sebenaranya yang ingin saya sampaikan adalah begitu berharganya waktu dan alangkah ruginya kita yang senantiasa menyianyiakannya. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَٱلۡعَصۡر   إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡر   إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ

"Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al-'Asr 103: Ayat 1-3)

Al-Qur'an sangat menaruh perhatian terhadap waktu, perhatian ini menunjukkan betapa pentingnya waktu. Pada surah diatas seakan-akan Allah berkata: "Demi masa, sungguh manusia diliputi kerugian kalau menyia-nyiakan masa (waktu) itu." Dan ternyata pada ayat ketiga Allah memberikan bocoran untuk kita yang tidak mau dirugikan. Terdapat empat orang yang tidak akan rugi berdasarkan ayat ini. Orang yang beriman, amal saleh, pendakwah dan motivator.

Selain ayat diatas, banyak di surah lainnya dalam al-Quran yang Allah menyinggung tentang waktu yang memakai waw qosam atau waw yang bermakna sumpah. Menurut pengertian yang masyhur di kalangan para penafsir. Apabila Allah memakai waw qosam atau atau sumpah, maka hal tersebut memiliki pesan dan pelajaran yang sangat penting. Rata-rata Allah memakai waw qosam ketika menyinnggung masalah waktu. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَٱلسَّمَآءِ وَٱلطَّارِقِ
"Demi langit dan yang datang pada malam hari." (QS. At-Tariq 86: Ayat 1)

وَٱلۡفَجۡرِ
"Demi fajar," (QS. Al-Fajr 89: Ayat 1)

وَٱلشَّمۡسِ وَضُحَىٰهَا
"Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari," (QS. Asy-Syams 91: Ayat 1)

وَٱلَّيۡلِ إِذَا يَغۡشَىٰ
"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)," (QS. Al-Lail 92: Ayat 1)

وَٱلضُّحَىٰ
"Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah)," (QS. Ad-Duha 93: Ayat 1)

Ayat-ayat diiatas semuanya dimulai dari huruf "waw" yang bermakna sumpah. Artinya Allah telah menetapkan kepada hambanya akan adanya pertanggungjawaban terhadap waktu. Sehingga kelak nanti ada empat pertanyaan pokok yang sekaitan dengan waktu. Umur dihabiskan untuk apa, masa muda digunakan dihabiskan kemana, dari mana hartanya diperoleh dan kemana ia membelanjakannya dan yang terakhir tentang ilmu kemana diamalkan. Empat hal inilah yang harus dipetanggungjawabkan nanti.

Akankah kita dalam keadaan rugi ataukah sebaliknya? Biarkan waktu yang menjawab! Masihkah kata ini akan kita ucapkan? Demi waktu, ia tidak akan memberimu kesempatan. Demi waktu, kesempatan hanya ada di kita masing-masing. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa hari ke 09

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ فِيْهِ نَصِيْبًا مِنْ رَحْمَتِكَ الْوَاسِعَةِ وَ اهْدِنِيْ فِيْهِ لِبَرَاهِيْنِكَ السَّاطِعَةِ وَ خُذْ بِنَاصِيَتِيْ إِلَى مَرْضَاتِكَ الْجَامِعَةِ بِمَحَبَّتِكَ يَا أَمَلَ الْمُشْتَاقِيْنَ

Artinya : Ya Allah! Anugerahilah untukku sebagian dari rahmat-MU yang luas, dan berikanlah aku petunjuk kepada ajaran- ajaran-MU yang terang, dan bimbinglah aku menuju kepada keridhaan-MU yang penuh dengan kecintaan-MU, Wahai harapan orang-orang yang merindu

Usman Suil

Senin, 18 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (08)


Puasa dan terorisme

Kurang lebih lima tahun yang lalu pembunuhan dengan cara sadis memakai alat peledak ditengah-tengah keramaian. Menjadi moment penting untuk kita renungi adegan radikal tersebut. Kejadian ledakan bom di Polrestabes Surabaya, senin, 14 Mei 2018 pagi, pada kelompok  umat islam tertentu  menyambut bulan suci ramadhan dengan cara membunuh.

Kejadian ini sangat memprihatinkan bagi umat islam tanpa terkecuali. Kenapa tidak, sebab adanya ketidaksesuaian antara ideologi dan praktiknya dalam tubuh islam itu sendiri. Padahal kita tahu bahwa banyak ayat dalam al-qur’an yang menekankan untuk tidak adanya paksaaan dalam beragama dan ayat yang berkaitan dengan toleransi serta ayat yang berbicara masalah dilarangnya saling menyakiti apalagi membunuh. 

Mentalitas para kaum jihadisme sebenarnya telah jauh dari alam kerumunan, telah melanggar fitrahnya dan telah hilang nilai estetik dalam jiwanya, membuang empati dalam dirinya dan mengandalkan selera pribadinya. Kesadaran terhadap antar kelompok telah mati sehingga yang tumbuh kuat adalah kesadaran kepada individualitas kelompoknya sendiri. Nah ini tentu berbahaya apabila penyakit seperti ini terus menyebarkan virus-virusnya sebab akan membuat hidup ini menjadi ajang pertarungan. 

Dari sisi gerakan sosial, saya teringat salah satu gold power bangsa seperti Tan Malaka, beliau pernah bertutur: terbentur, terbentur, terbentur hasilnya akan terbentuk maksud dari kata ini tidaklah salah, karena untuk menciptakan hasil yang utuh maka memerlukan benturan terlebih dahulu. Akan tetapi kita membutuhkan  kejelian untuk menginterpretasi perkataan tersebut. Jika tidak, maka kesannya bahwa terbentur akan terbentuk sepenuhnya akan mendukung para kaum terorisme. 

Beliau mengatakan demikian dalam suasana genting dan konteksnya pada saat itu memang pas dan tepat untuk menguatkan atau memberikan motivasi kepada para pejuang bangsa pada saat itu. Kemudian akan lebih tepat jika kita artikan saat ini yaitu jiwa yang mengalami benturan beberapa kali akan terbentuk dengan sendirinya. Makin banyak huru-hara dalan kehidupan akan membuat jiwa semakin tegar dan kuat. Saya kira lebih tepat kita tafsirkan seperti itu. 

Sementara dari sisi bulan suci ramadhan, maka kita dapat melihat perintah yang mewajibkan melaksanakan puasa. Dalam tinjauan ilmu ushul fiqhinya, dapat kita mengintip sedikit dari pembahasan mafhum muwafaqahnya. Artinya kita dapat melihat apa saja yang diwajibkan dalam puasa. Seperti adanya pelarangan untuk tidak makan, minum, menggunjing orang lain. Kalau yang halal saja tidak diperbolehkan (seperti makan)  maka mebunuh apalagi.

Pendapat dari ilmuan islam seperti imam Gazali terkait masalah puasa. Menurut beliau, puasa merupakan ibadah yang cukup tua sebab perintah untuk menjalankannya tidak hanya pada kaum nabi penutup akan tetapi juga pada nabi-nabi sebelumnya. Dari nabi Adam sampai hari ini puasa telah diperintahkan hanya saja konteks pelaksanaannya yang berbeda. Ini membuktikan betapa mulianya bulan suci ramadhan.

Bukti kemuliaan bulan suci ramadhan yang lain adalah dengan adanya perintah untuk menyambut kedatangannya. Itu artinya bahwa bulan puasa memiliki kandungan yang levelnya tinggi. Mengapa Allah mewajibkan makhluknya untuk berpuasa? Apakah keuntungannya kembali kepada-Nya? Jawabannya adalah bahwa hakikat ibadah suci ini tidaklah berbicara masalah untung dan rugi. Allah mewajibkan sebab Dia sangat mengerti faedah dan manfaat bagi manusia, baik lahir maupun bathinnya. Bukankah ini adalah bentuk kasih sayangNya? Tentu jawabannya adalah ia sebab puasa itu melenyapkan dimensi setan dalam diri dan dengan puasa kesabaran menjadi lebih kokoh.

Imam Gazali juga mengatakan, pada dasarnya Allah tidak butuh lapar dan hausnya akan tetapi butuh manfaatnya. Dari sini kita dapat melihat, orang yang berpuasa hanya pada tingkatan lapar dan haus, biasanya akhir puasanya melakukan pembalasdendaman dengan cara makan sebanyak-banyaknya pada waktu berbuka puasa. Rumusnya “Puasa + lapar dan haus = balas dendam”. Ini tentu sangat berkaitan dengan tindakan para kaum jihadisme saat ini. Hubungannya yaitu Menegakkan syariat islam dengan cara kebencian. Lalu  apa hubungannya dengan balas dendam? Hubungannya adalah sama-sama dalam ruang kebencian dan sama-sama rakus. Puasa orang pada level lapar dan haus akan rakus dalam berbuka puasa begitu juga dengan kaum jihadisme (dalam tanda kutip) mereka rakus dalam meneggakkan syariat, akibatnya membunuh islam dari dalam.

Doa hari ke 08

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ رَحْمَةَ الأَيْتَامِ وَ إِطْعَامَ الطَّعَامِ وَ إِفْشَاءَ السَّلاَمِ وَ صُحْبَةَ الْكِرَامِ بِطَوْلِكَ يَا مَلْجَأَ الآمِلِيْنَ

Artinya : Ya Allah, anugrahilah kepada kami rasa sayang terhadap anak-anak yatim dan suka memberi makan (orang miskin) serta menyebarkan kedamaian dan bergaul dengan orang-orang mulia dengan kemurahanmu wahai tempat berlindung bagi orang-orang yang berharap

Tulisan lama lima tahun lalu (Jakarta Timur, 15 Mei 2018)

Usman Suil