ANGGUKAN RITMIS SANG LEGENDARIS (2)
Sumaati : Museum Etnomusikologi Untuk Sang
Legendaris
Desain Sumaati Institut dan Museum Etnomusikologi (desainer: Nursaid Nurdin) |
Lelaki kelahiran Lekopa'dis tahun 1935 ini adalah lelaki yang
nyaris segala sisi kehidupannya menyatu dalam dawai kacapingnya. Ia kerap
tampil makkacaping bersama I Saga, I Tagi Kanna I Pejang dan Lauwi. Sejak masih
berusia muda, Sumaati memang akrab dengan Kacaping. Ia bahkan memiliki tiga
istri yang merupakan hasil dari petikan kecapinya. Ka'be adalah sosok wanita
yang ia rengkuh hatinya dengan kacapingnya, menyusul I Malotong ikut terbuai
dengan petikan cinta yang bersumber dari petikan dan tedze-tedze Sumaati. Kedua
wanita yang dinikahi Sumaati tersebut tak satupun memberinya keturunan sehingga
Sumaati berfikir mesti cari wanita lain lagi untuk bisa mendapatkan keturunan
dan pewaris dari semua talentanya. Nabia kemudian menjadi pelabuhan hati
Sumaati dan lalu dinikahinya.
Dari rahim Nabialah, Sumaati bisa menimang anak pertama yang ia
beri nama Amiruddin (lahir tahun 1959), anak keduanya, St. Fatima (lahir tahun
1968) dan terakhir lahirlah Musdalifa pada tahun 1972. Lengkap sudah
kebahagiaan Sumaati denga tiga istri dan tiga anak. Sumaati semakin menyatu
dengan kacapingnya, sebab memang kacapinglah yang membuatnya bisa bertahan
menikmati hidup dengan keluarganya. Sumaati menjadi salah satu sosok
pakkacaping yang tidak saja sibuk melayani hajatan warga di Mandar, tapi ia
bahkan keliling kota-kota besar sejak tahun 1955 ke Kalimatan. Masalembo,
Makassar, Palu, Toli-Toli Salemo Pangkep dan lainnya diseluruh Indonesia.
Tahun 1960 an bahka pernah tampil menghibur warga kota Jakarta
Utara atas undangan
Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah orang Baruga Majene yang sukses di Jakarta,
dengan bisnisnya bergerak di sektor perdagangan besi dan baja. PT. Air Baja
adalah Perusahaan Baja yang ia rintis dan menjadikannya kaya raya pada tahun
1960-an. Tak hanya itu, Sumaati bahkan sudah go internasional dengan
kacapingnya pada 1974 tampil menhibur warga Tawau Malaysia. Dari Tawau itulah
ia banyak membawa pulang baju, celana dan barang-barang berharga lainnya. Salah
satu baju merek Arrow sampai sekarang masih dapat kita lihat, terasuk linggis
Malaysianya masih terpelihara di rumah anaknya, Amiruddin. Akhir kisah Sumaati
terjadi ketika Amiruddin meminta uang untuk melanjutkan sekolahnya pada tahun
1979.
Saat itu, seperti yang dituturkan oleh Amiruddin (10/04/2017)
Sumaati mengatakan " Sabarlah, Nak. Satu bulan ini bapak banyak undangan
untuk main kacaping. Insyaallah akan ada uang yang bapak bisa dapatkan untuk
sekolahmu. Saya akan ke Toli-Toli karena di Sematang, Soni dan Sese ada
undanganku makkacapinhg" Amiruddin saat itu sangat bahagia mendengar
semangat ayahnya untuk mencari uang demi pendidikannya. Namun ternyata, hari
dimana ayahnya berangkat saat itu adalah hari terakhir untuk ia melihat ayahnya.
Sebab dalam perjalanannya roadshow dibeberapa daerah di Sulteng itu, ia
menjemput takdir hidupnya berakhir di kapung orang. Jauh dari keluarganya.
Amiruddin kemudian hanya bisa mendapati barang-barang ayahnya yang dikirim dari
Toli-Toli.
Kacaping yang begitu akrab dimata Amiruddin itu kini datang tak
lagi bersama Tuannya. Sang legendaris dan maestro Kacaping itu telah tiada. Iya
meninggalkan banyak kisah yang membuatnya terus ada dalam ketiadaannya. Selain
kacaping, beberapa benda berharga dan pakaiannya serta peralatan yang kerap ia
gunakan masih disimpan dan dipelihara oleh anak-anaknya.Sebagai anak Sulung,
Amiruddin adalah sosok pengganti ayahnya untuk bisa melanjutkan kehidupan
keluarganya sekaligus menjadi pihak yang banyak menyipan barang-barang peninggalan
ayahnya. Ia debgan sangat telaten menjaga dan memelihara barang berharga
ayahnya hingga saat ini. Amiruddin bahkan berencana mendirikan Museum
Etnomusikologi sebagai wadah untuk mengenang ayahnya sekaligus sebagai upaya
untuk lebih memperkenalkan musik tradisional Kacaping ini kepada khalyak.
Museum yang akan dibangun di atas tahan kosong miliknya ini
sekaligus diharapkan menjadi Sekolah Musik tradisi. Selain Kacaping,alat-alat
musik laiinya seperti rabana, calong, gongga' dan lainnya akan menjadi koleksi
di Museum Etnomusikologi Sumaati ini.
Amiruddin mengatakan bahwa pendirian museum ini adalah bentuk do'a
dan amal jariyah buat ayahnya. Semoga dengan museum ini, ayahnya meski telah
tiada, tapi senantiasa diingat dan dapat dinikmati peninggalan beliau. Demikian
harapan Amiruddin saat penulis bertandan ke kediamannya di Lekopa'dis. Kepada
penulis, Amiruddin memperlihatkan beberapa benda koleksi yang akan dipanjang di
Museumya. Barang-barang koleksi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kacaping 2.
Gecong 3. Jambia. 4. Koin 5. Ajimat 6 Cincin Baiduri Bulan /akik 7. Parrassang
Malaysia 8. Lipa' Sa'be 9. Baju Arrow 10. Kaset (1) 11. Selana 12. Jas 13.
Ranjang Besi 14. Foto (3 lembar) 15. Kursi kayu 16. Okang 17. Panne 18. Okang
19. Mangkok 20. Peti Tempat pakean 21. Lemari 22. Kabi Layo/Lakka.[1]
[1]
Wawancara
Khusus
dengan Amiruddin, putra sulung Sumaati pada tanggal 10 April 2017 pukul 21.00 -
22.30 di Lekopa'dis Kecamatan Tinambung.