Senin, 11 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (01)


Renungan: Sudah dikali Berapa Kualitas Puasa-puasa Kita?

Telah diketahui kalau manusia adalah makhluk paling sempurna di antara makhluk Allah yang lain, disebabkan karena terdapat unsur paling dekat dengan manusia yakni akalnya. Dengan peran akal ini, manusia ditakdirkan menjadi bentuk yang sebaik-baiknya.

Firman-Nya:

لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٍ
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS. At-Tin 95: Ayat 4)

Mengapa akal menjadi faktor penentu kesempurnaan bentuk manusia?, karena akal manusia menjadi kunci memperoleh petunjuk. Dengan akal, kebenaran mampu tersampaikan kepada manusia dan juga akal sebagai jembatan pengetahuan. Dengan kata lain, manusia baru bisa dikatakan manusia kalau akalnya difungsikan.

Perlu digarisbawahi, akal juga menjadi jembatan untuk melancarkan dan mewujudkan keinginan hawa nafsu manusia. Kalau akal adalah tali yang mengikat hawa nafsu manusia, maka dengan akal juga bisa menjadi senjata hawa nafsu untuk melakukan pelanggaran, terjerumus kedalam dosa dan kesalahan.

Islam telah menaruh perhatian besar terhadap orang-orang yang berilmu dengan mengangkat beberapa derajat bagi mereka yang mau menggunakan akalnya untuk berpikir.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ

"Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11)

Diangkatnya derajat bagi orang yang menggunakan akalnya untuk berpikir karena dengan jenis manusia ini ia dapat memperoleh petunjuk dan juga hanya orang berakallah yang mau dan dapat menerima pelajaran.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ

"Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar 39: Ayat 9)

Sahabat Nabi Ali bin Abi Thalib juga menjelaskan keutaman bertafakkur sebagai jembatan kebaikan dan fondasi pengamalan:

التَفَكَّرُ يَدْعُوْ إِلىَ الْبِرِّ وَ الْعَمَلَ بِهِ
"Berpikir mengantarkan kepada kebaikan dan pengamalannya"

Oleh karena itu kuajak untuk sedikit berpikir menjelajahi makna-makna apa saja yang terdapat dalam perintah berpuasa di bulan Ramadhan, semoga kita menjadi pribadi yang tercerahkan dan juga semoga Allah Swt memberikan hidayah-Nya dengan melimpahkan anugerah ilmu-Nya sehingga kita mampu menemukan secuil makna puasa dari ribuan bahkan tidak terhitung jumlahnya dari makna-makna yang terkandung terkait masalah puasa. Aamiin Allahumma Aamiin.

Sekarang saya ingin bertanya kepada kita semua, tanpa terkecuali ke pribadi penulis sendiri. Mudah-mudahan pertanyaan ini menjadi bahan renungan untuk kita semua.

Sudah berapa kali kita menjalani puasa Ramadhan? Apa yang telah kita dapatkan dari puasa ramadhan? Apakah ramadhan telah merubah pola pikir kita? Apakah ramadhan telah msndorong perbuatan baik kita menjadi lebih banyak dan lebih baik lagi? Apakah ramadhan telah menjadikan iman kita menjadi lebih kuat? Dan seterusnya.. dan seterusnya.. (bisa mencari pertanyaan sendiri). Mari kita renungi sejenak pertanyaan-pertanyaan diatas!

Imam Ibnu Rajab al-Hambali pernah berkata: "Tanda diterimanya amal hamba di sisi Allah adalah ketika suatu ketaatan menuntunnya pada ketaatan yang lebih baik lagi, sedangkan tanda ditolaknya amal seorang hamba adalah ketika ketaatannya disusuli dengan kemaksiatan. Tak tercegah darinya. Dan tanda diterimanya tobat seorang hamba adalah jika kekeliruan masa lalunya tak diulang dan terus sibuk berketaatan."

Dari pesan Imam Ibnu Rajab akan membantu kita menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan sebelumnya diatas. Kalau kita merasa biasa-biasa saja menyambut bulan yang penuh kebaikan (syahrur rahmah), bulan ampunan (syahrul maghfirah) dan tidak merasakan sedikitpun kesedihan ketika ditinggalkan bulan ini, maka masih ada yang salah dalam puasa kita, masih ada yang kurang atau bahkan mungkin saja masih dikali nol puasa-puasa kita selama ini.

Doa hari pertama

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صِيَامِي فِيْهِ صِيَامَ الصَّائِمِيْنَ، وَقِيَامِي فِيْهِ قِيَامَ الْقَائِمِيْنَ، وَنَبِّهْنِي فِيْهِ عَنْ نَوْمَةِ الْغَافِلِيْنَ، وَهَبْ لِي جُرْمِي فِيْهِ يَا اِلَهَ الْعَالَمِيْنَ، وَاعْفُ عَنِّي يَا عَافِياً عَنْ الْمُجْرِمِيْنَ

Artinya : Ya Allah, jadikan puasaku di bulan ini sebagai puasa orang-orang yang berpuasa sebenarnya, shalat malamku di dalamnya sebagai orang yang shalat malam sebenar¬nya, bangunkan daku di dalamnya dari tidurnya orang-orang yang lalai. Bebaskan aku dari dosa-dosaku wahai Tuhan semesta alam. Maafkan aku wahai Yang Memberi ampunan kepada orang-orang yang berbuat dosa."

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (00)


Marhaban Ya Ramadhan

Rasa bosan, lelah, jenuh pada setiap aktivitas tertentu yang dilakoni manusia adalah hal yang sudah menjadi tabiat pasti padanya. Segala aktivitas yang bagaimanapun menyenangkannya, membahagiakan, melegakan, pada akhirnya juga akan akan terasa membosankan, apalagi dilakukannya dengan waktu yang cukup lama. Ini membuktikan bahwa keadaan jiwa setiap orang itu dinamis, senantiasa mengalami perubahan.

Perubahan seseorang disebabkan karena dalam dirinya ada hawa nafsu yang setiap saat selalu ingin mendominasi akal yang juga merupakan bagian paling penting dalam diri manusia. Belum lagi peran ekternal yang setiap detik selalu mengintai alias setan yang silih berganti datang menggoda. Menawarkan kenikmatan dunia dengan segala kesenangan-kesenagannya.

Begitu adanya, apakah Allah membiarkan hal itu terjadi begitu saja? Tentunya Dia tidak akan membiarkan hamba-Nya direnggut begitu saja tanpa menawarkan satu konsep atau metode perlawanan menghadapi hal tersebut yakni pengaruh hawa nafsu dan setan yang terkutuk. Allah tentu saja menyediakan sebuah senjata untuk menguatkan kembali kelemahan manusia, mengokohkan dan menambah keimanan di dalam hati hamba-Nya.

Apakah wahana yang telah disiapkan Allah Swt untuk hamba-hamba-Nya itu? Tidak lain adalah bulan Ramadhan, bulan puasa. Diriwayatkan Nabi pernah berkhutbah ketika menyambut datangnya Bulan Ramadhan:
"Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini, nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi ibadah, amal-amalmu diterima dan doamu diijabah."

Di bait pertama ini, Nabi memberitahukan bahwa bulan Ramadhan adalah bulannya Allah yang mengandung banyak sekali keutamaan karena didalamnya terdapat keberkahan, rahmat dan ampunan. Seseorang menjadi tamu yang siang dan malamnya menjadi utama, setiap jamnya menjadi berkah karena akan dimuliakan olehNya yang datang menjadi tamu-Nya. Dahsyatnya di bait ini juga Rasulullah menyanpaikan bahwa tiap-tiap nafas menjadi bentuk pujian sampai tidur pun menjadi ibadah di sisi-Nya.

Marhaban ya Ramadahan, Mari menyambut bulan suci ini dengan penuh rasa syukur karena mengandung banyak misteri, rahasia dan juga bulan ini adalah bulan memanen bagi setiap hamba yang mau menjadi tamu-Nya. Marhaban ya Ramadhan. Semoga di bulan ini kita banyak memanen keberkahan, rahmat serta ampunan dari-Nya sehingga kita termasuk orang-orang yang menjadi Idul Fitri.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)

Marhaban ya Ramadhan