Selasa, 02 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (22)

Bercita-cita jadi Pengemis

Saya yang statusnya sebagai seorang suami tentu bahagia ketika melihat istrinya bahagia. Untuk sedikit menyenangkan istri tercinta, kuajaklah pergi ngabuburit diluar sambil nunggu buka puasa berdua layaknya sepasang kekasih remaja. Ya hitung-itung dapat pahala nyenangin istri. 

Setelah bukber bareng istr,i ngobrol sebentar, minum kopi dan ngerokok sebatang. Kuajaklah balik pulang karena sudah menunjukkan arah jarum jam di pukul 19.13. Berusaha menikmati perjalanan. Tiba-tiba mataku tertuju ke seseorang yang mendorong gerobaknya yang berisi sampah.

Aku singgah sebentar lalu perhatiin. Kelihatannya beliau itu sudah lelah karena sudah cukup tua. Setiap kali ia menemukan tempat sampah, ia kesitu dan mencari-cari sesuatu yang mungkin masih bisa ia manfaatkan.

Sekian lama aku perhatikan di sepanjang jalan. Takut kehilangan jejaknya, karena sudah  lumayan jauh dari pandangangan, aku pun segera ngajak istri untuk mengikutinya dari belakang. Dari belakang kuucapkan salam ke belau sambil memberinya uang yang nominalnya tidak seberapa. Bukannya senang tapi aku menyesal karena tidak bisa memberi banyak.

Aku salut sama orang tua itu, kerja banting tulang padahal umurnya sudah lumayan tua, kulitnya sudah mulai keriput. Ia memang cukup tua tapi ia tetap menjunjung tinggi "tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah."

Sebenarnya bukan cerita diatas yang ingin aku tekankan disini. Tapi sesekali kita menyorot ke kehidupan pengemis. Di kota-kota, menjadi pengemis termasuk pekerjaan yang menjadi alternatif menarik bagi yang merasa tidak memiliki keahlian pada suatu pekerjaan.

Di Kota, coba sesekali kita perhatikan di sekitaran mal-mal, restouran-restoran, di lampu merah, di warung-warung rame pembelinya, di tempat-tempat wisata. Begitu banyak pengemis yang sebenarnya kalau dilhat postur tubuhnya masih kuat kerja dan umurnya juga masih terbilang muda. 

Menjadi pengemis masih mental dominan di Negeri ini. Sebagian dari kita bangga menjadi pengemis, di kota atau pun di pelosok desa ribuan orang antre berjam-jam demi mendapatkan sumbangan, sedekah, THR atau semacamnya. Dan ini tidak terhitung dari golongan usia sebab tua, muda semuanya ikut antri.

Di bulan ramadhan adalah momentum paling pas untuk para pengemis karena mereka tahu kalau di bulan ini adalah bulan ibadah, bulan dimana orang-orang berlomba memamerkan kebabaikan-kebaikannya. Di bulan ramadhan termasuk bulan pengemis yang mengalami peningkatan pendapatan yang cukup signifikan.

Di tahun 2023 Kompas.com berhasil merangkum 9 pengemis kaya. Para pengemis ini rata-rata memiliki ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Terdapat pengemis mampu menghasilkan uang 15 juta rupiah per bulannya. Pertanyaannya, mengapa banyak memilih hidup menjadi pengemis? Karena menjadi pengemis merupakan pekerjaan paling ringan, tidak buang banyak tenaga. Cukup dengan memelas saja, pasang muka murung dan tidak butuh banyak keahlian sudah mampu menghasilkan banyak uang.

Bukan maksud mengkritisi pengemis, tapi lebih kepada kejelian kita melihat, memahami sejatinya pengemis itu seperti apa. Banyak memilih jalan pengemis bukan karena benar-benar butuh dan tidak ada jalan lain tetapi hanya sekedar memilih jalan pintas memenuhi kebutuhannya. Pengemis seperti ini merendahkan dirinya serendah-rendahnya sehingga harga dirinya selalu dikali nol alias nihil. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 22

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ فِيْهِ أَبْوَابَ فَضْلِكَ وَ أَنْزِلْ عَلَيَّ فِيْهِ بَرَكَاتِكَ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِمُوْجِبَاتِ مَرْضَاتِكَ وَ أَسْكِنِّيْ فِيْهِ بُحْبُوْحَاتِ جَنَّاتِكَ يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّيْنَ

Artinya :
”Ya Allah bukakanlah lebar –lebar pintu karunia-Mu di bulan ini dan curahkan berkah-berkah-Mu Tempatkan aku di tempat yang membuat-Mu ridho padaku. Tempatkan aku di dalam Surga-Mu. Wahai Yang Maha menjawab doa orang yang dalam kesempitan.