Jumat, 13 Januari 2017

Tentang Kalinda'da' (Bagian 4-Selesai)



1.    Sturuktur Kalinda’da’

Sturuktur kalinda’da’ pada dasarnya ada dua kategori, yaitu kalinda’da’ dua kerat (dua baris) dan kalinda’da’ empat kerat (empat baris). Namun pada  umumnya dan lebih bayak digunakan orang adalah yang terdiri dari empat kerat (empat baris). Suradi Yasil mengurainya dalam struktur kalimat sebagai berikut :
(a)     Tiap bait terdiri dari 4 (empat) larik/baris.
(b)     Larik pertama tediri dari 8 (delapan) suku kata.
(c)      Larik kedua tediri dari 7 (tujuh) suku kata.
(d)     Larik ketiga terdiri dari 5 (lima) suku kata.
(e)     Larik keempat terdiri dari 7 (tujuh) suku kata.
(f)       Merupakan puisi suku kata.
(g)     Persajakan kalinda’da’ umumnya bebas. Ada yang bersajak akhir aaaa, abab, abba, dan aabb.

Dalam struktur kalinda’da juga ada rumus yang disepakati yaitu mempunyai suku kata : 8–7–5–7. Ini dikenal dengan rumus 8757. Berikut beberapa contoh:
1.         Garitimmudilin do–mu          = 8  suku kata
Puppianasallambar              = 7  suku kata
Naupewong                               = 5  suku kata
Malaidikappungngu              = 7 suku kata.

2.         Usangabittoengra’da’         = 8 suku kata
Dipondo’ na - i bolong                        = 7 suku kata
Ikandi’pale’                               = 5 suku kata
Mam burepecawanna          = 7 suku kata

3.         Tenna’rapangda’uwai           = 8 suku kata
Lambakalolololong               = 7 suku kata
Mettonangbanda’                     = 5 suku kata
Dinaungnaende’ mu             = 7 suku kata

4.         Rapanga’dai’dibulang         = 8 suku kata
Sipanginobittoeng                 = 7 suku kata
Diuissanna                                = 5 suku kata
Mutarimasallangngu            = 7 suku kata

5.         Innadzuapanisanga             = 8 suku kata
Masaradibatammu               = 7 suku kata
Allobongima’                            = 5 suku kata
Mallabudikappungmu          = 7 suku kata



6.    Ciri khas kalinda’da’

Kalinda’da’ mempunyai beberapa persamaannya dengan pantun Melayu dan syair Arab, khusus pantun Melayu dan syair Arab yang terdiri dari empat baris sebait, dan ada juga pantun Melayu dan syair Arab yang terdiri dari dua baris sebait. Seperti juga salah satu bentuk sastra Mandar yang ditemukan dalam lontar, ada yang terdiri dari dua baris sebait, seperti kalinda’da’ berikut ini :
Polemi tanda keama’                                  
Dinatallanna lino                                         
Popporna loka                                              
Nisanga uru sei.                                           
Sudah datang tanda kiamat
Pertanda dunia akan kiamat
Sisir pisang paling bawah
Disangka sisir paling atas.

Pantun Melayu :
Kalau tuan mudik ke hulu
Bawakan saya bunga kamboja
Kalau tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu surga.

Syair Arab :
Innal mu’allima waththabiiba kilaahumaa
Laa yanshahaani idzaa humaa lam yukramaa
Fashbir lidaaika in jafauta thabiibahaa
Waqna’ bijahlika in jaufauta mu’allimaa.
Terjemahan bebasnya :
Sesungguhnya pengajar dan dokter dua-duanya
Tidak akan memberi nasehat bila mereka tidak terhormat
Maka sabarlah atas sakitmu jika engkau jauhi dokter
Dan terimalah kebodohanmu jika engkau jauhi pengajar.

Selain kalinda’da 4 baris, ada juga Kalinda’da’ dan pantun Melayu serta syair Arab yang dua baris sebait.
Kalinda’da’ :
Mula dianna dunia Makka anna’ Madina.
Posi’na lino iyamo Baetullah.
Pertama kali dunia ada Mekalah dengan Medina
Pusatnya dunia itulah Baitullah.

Rahasia pappeyappu apa nasisalai
Inna membolong inna nipembolongngi.
Rahasiah dan ma’rifat apa perbedaannya
Mana yang melebur dan mana yang dileburi.

Sarea’ anna tareka’ hakiki pappeyappu
Inna mellorong di Aras Kurusia.
Syariat dan tarekat-hakikat pengenalan
Mana yang sampai ke Aras Kurusia.

Messunganna rahasia apa napessunganni
Dimettamanna apa napettamai.
Keluarnya nafas apa tugasnya
Ketika masuk apa pula maksudnya.

Pessunganna pettamanna sipa’ alang ditia
Diang makko’na nyamang pole di puang.
Masuk dan keluarnya nafas hanya sifat alamiah
Ada wadahnya berupa nikmat tak terkira rahasia Tuhan.

Inna oroang massoba apa nipassobangang
Inna massoba anna Puang disoba.
Dimana tempat menyembah dan apa dipakai menyembah
Siapa yang menyembah agar Allah yang disembah.

Ate oroang massoba ate toi massoba
Puang maraja andiang da’duanna.
Hati tempat menyembah – hati juga yang menyembah
Allah yang maha agung tak ada bandingnya.

Inna sambayang tambottu sikkir tammala pi’de
Na dzipewongang sita Allah Ta’ala.
Mana shalat tak putus dan zikir tak dapat padam
Akan dijadikan bekal menghadap Allah Swt.

Pe’gurui sita memang Puang Allah Ta’ala
Dapa manini kurang pappeyappummu.
Pelajari dari awal bertemu Tuhan semesta alam
Jangan sampai kurang pengetahuanmu terhadap Tuhanmu.

Apadzi tia namala kurang pappeyappummu
Allo bonginna batang sirande-rande.
Mengapa sampai kurang pengenalanmu terhadap Tuhan
Siang dan malam tak perna berpisah.

Pantun Melayu :
(1)          Dimana orang berkampung
(2)          Disana pantun bersambung.

(1)          Dimana orang berhimpun
(2)          Di sana pantun dilantun

(1)          Di mana orang berhelat
(2)          Di sana pantun melekat

(1)          Di mana orang berbual
(2)          Di sana pantun dijual

(1)          Rindang kayu karena daunnya
(2)          Terpandang Mandar karena kalinda’da’nya

(1)          Apa tanda Mandar sejati
(2)          Berkalinda’da’ sangatlah mahir

(1)          Apa tanda Mandar beradat
(2)          Dengan kalinda’da’ memberi nasehat

(1)          Apa tanda Mandar terbilang
(2)          Dengan kalinda’da’ mengajar orang

(1)          Apa tanda Mandar berbudi
(2)          Dengan kalinda’da’ memperbaiki diri

(1)          Apa tanda Mandar beriman
(2)          Dengan kalinda’da’ mengenal Tuhan

(1)          Apa tanda Mandar bersifat
(2)          Dengan kalinda’da’ ia berwasiat

(1)          Apa tanda Mandar pilihan
(2)          Dengan kalinda’da’ ilmu diturunkan

Syair Arab :
(1)          Laa tazhlimanna idzaa maa kunta muqtadiran.
(2)          Fazhzulmu tarji’u uqbaahu ilan nadam.
Terjemahannya :
(1)    Sekali-kali janganlah berbuat zhalim jika engkau berkuasa.
(2)    Karena zhalim itu akibatnya kembali pada penyesalan.

Isi dan ciri kalinda’da’ dan pantun Melayu serta syair Arab di atas, tampak jelas persamaan dan perbedaannya, dan tak dapat dipungkiri bahwa persamaannya lebih dominan ketimbang perbedaannya. Penulis berkesimpulan bahwa satu sama lainnya ada pengaruh, bahkan asal-mengasali dan sekiranya itu benar pastilah Pantun Melayu dan syair Arab yang mempengaruhi kalinda’da’, bukan sebaliknya.

Kalinda’da’ dan pantun Melayu serta syair Arab diatas memiliki persamaan  ketiganya - empat baris dalam satu bait, baris pertama dan ke dua sama-sama berfungsi sampiran, baris ketiga dan keempat sama-sama melukiskan isi, keduanya mementingkan isi/makna (tidak bercirikan romantis-materialistis; I’ art pour I’ = seni untuk seni atau seni untuk dinikmati bukan untuk diartikan sebagaimana faham aliran Romantis - Materialistik di abad ke XIX Masehi), tapi kalinda’da’ dan pantun Melayu serta syair Arab ketiga-tiganya menganut faham “seni untuk diartikan dan dinikmati”. Sedangkan perbedaan antara kalinda’da’ dengan pantun Melayu serta syair Arab adalah pantun Melayu dan  syair Arab mementingkan sajak, sedangkan kalinda’da’ kurang mementingkan sajak, tapi isi yang ditonjolkan.

7.    Jenis-Jenis Kalinda’da’

-     Kalinda’da’ Agama (masa’ala)

Kalinda’da’ agama adalah jenis kalinda’da’ yang berfungsi mentransformasikan nilai-nilai dan ajaran agama yang disampaikan dalam bentuk kalinda’da’. Misalnya :
(1) Tappadzi niwawa pole
Siri’ nipapputiang
Rakke di Puang
Sulo di wao lino.      
Hanya dengan bekal iman kita lahir
Wadahnya berbungkus malu (siri’)
Taqwa kepada Allah
Adalah obor di atas dunia.

(2) Sahada’di tu’u tia
Ayu sakka daunna
Nadioroi
Mettullung mappassau.
            Kesaksian kepada Allah (syahadat)
            Pohon kayu yang rimbun daunnya
Untuk ditempati
Bernaun dan beristirahat.

(3) Sambayandi tu’u tia
Na dipejari sulo
Na dipajari
Tappere di ku’burta.
            Sesungguhnya shalat itu
Akan dijadikan suluh
Suluh yang sebenarnya
Sebagai tikar dialam kubur.

(4) Ia lao dipesulo
Tanggalalang di ku’bur
Nyawa tassekka
Maroro tan diwarris.
Yang akan dijadikan suluh
Dalam perjalanan kealam kubur
Keyakinan yang tak mempersekutukan
Juga terhindar (lurus) dari Bid’ah.

(5)      Wattutta messung di lino
Laher tomi tu tau
Innamo puti’
Pole na di poleang.
Ketika kita lahir ke dunia
Kita sudah dibekali
Nurani kebenaran
Sebagai modal dalam mengarungi kehidupan.

-       Kalinda’da’ Penuturan Adat

Kalinda’da’ penuturan adat merupakan instrument penting dalam masyarakat Mandar dahulu kala. Dalam makna kekinian - adat dapat disamakan aturan hidup dalam bermasyarakat sehingga dikenal dengan hukum adat. Misalnya digunakan pada acara pelamaran seorang gadis, contoh :
(1) Nipaende’i tunai
Nipaoro di tambing
Nipapangada’
Dai’ di pe’uluang.
            Kami hadapkan hina – dina kami
            Bersila ditempat paling rendah
            Kami hadapkan
            Kesingga sana hadirin yang mulia.

(2) Dao parrappe tunata’
Tuna le’ba iami’
Buluang ulu
Anna’ nisanga tau.
Usah tuan sebut hina – dina
Kami jauh lebih hina – dina
Hanya karena kepala berambut
Hingga kami dinamai manusia.

(3) Poleang siola rannu
Diolo mala’bi’ta
Melo’ nasappe
Ditappa’ gala’garta.
Kami datang dengan harapan
Kehadapan hadirin terhormat
Ingin bergantung
Diujung gelegar hadirin.

(4) Tunai doing di llimbong
Naottong batu rape’
Tomelo’ tuna
Naummi nalolo’i.
Hina – dina kami didasar laut yang dalam
Tertindi batu rapat – rapat
Yang sudih bersama dengan kehinaan kami
Tentulah ia menyelaminya.

(5) Duru’di todzi’ tunai
Sayangngiandang todzi’
Nanisolangi
Tuo makkasi-asi.
Tolong pungutlah hina dina kami
Restuilah kami dengan penuh kasih
Untuk bersama
Hidup bergelut dengan kemiskinan.

(6) Bismilla dipippoleta
Alepu’ natappai
Nabi meturu’
Puang namappa’dupa.
Dengan Bismillah tuan datang
Kami sambut dengan besar hati
Berkat nabi kita untuk setuju
Tuhanlah yang akan mengabulkannya.

-     Kalinda’da’ Asmara

Kalinda’da’ asmara atau yang lebih dikenal dengan kalinda’da’ muda-mudi adalah kalinda’da’ (bahasa halus) yang digunakan oleh seorang pemuda atau pemudi dalam mengungkapkan perasaan cintanya kepada sang pujaan hati. Contoh :
(1) Garitimmu di lindomu
Puppiana’ sallambar
Naupiwongi
Malai di kappungngu.
Geriting rambut di jidatmu
Cabutkan sehelai
Akan kujadikan bekal
Pulang kekampung halamanku.

(2) Moa’ lessea’ malai
Anna’ maullung allo
Dao pittule’
Salili’umo tu’u.
Bila dalam kepulanganku
Seiring dengan mendungnya surya
Usalah bertanya
Rinduku telah terasa.

(3) Nasalilima’ manini
Name’ita minnama’
Me’ita’ tama
Buttudzi mallindui.
Kalau rasa rindu mulai terasa
Kepada siapa aku menatap
Kucoba memandang lebih dalam
Rasanya tak mungkin.

(4) Pitu buttu mallindui
Pitu ta’ena ayu
Purai accur
Naola salili’u.
Berapapun penghalang yang menghadang
Serta tantangan dan rintangan
Semuanya akan kuatasi
Untuk menggapai tujuanku.

(5) Inna dzuapa nisanga
Masara di watammu
Allo bongima’
Mallawu di kappummu.
Upaya yang bagaimana lagi
Yang akan kulakukan
Siang maupun malam
Selalu berfikir/berikhtiar untukmu.

-          Kalinda’da’ Anak-Anak

Pada diri anak-anak ada dua hal yang mengisi perasaan hatinya, yaitu perasaan suka-cita dan perasaan duka-cita. Itulah sebabnya pada diri anak harus ditanamkan rasa optimisme, penuh harapan – jangan diajarkan pada anak perasaan pessimis. Oleh orang-orang tua di Mandar dahulu kala, anak-anaknya sudah dibekali pesan-pesan yang baik untuk mempersiapkan dirinya sejak dini dalam mengarungi kehidupan yang penuh tantangan. Nasehat kalinda’da’ itu disampaikan orang tua kepada anak-anak disaat dalam ayunan (ditimang-timang) Contoh :
(1) Ana’ patindo’o naung
Dao lawe-laweang
Tuo marendeng
Diang bappa dalle’mu.
Duhai anakku sayang
Tidurlah dengan tenang
Kelak setelah dewasa
Semoga mempunyai rezki yang baik

(2) Diang dalle’ mulolongang
Damunghula-ghulai
Andiang dalle’
Nasadzia-dzianna.
Ketika kelak mempunyai rezki
Jangan berperilaku boros
Sebab rezki itu
Tidak selamanya ada.

(3) Dalle’mu topa o i’o
Mutarima macoa
Dalle’na tau
Dao pakkira-kira.
Nanti rezki yang kau usahakan sendiri
Yang kau anggap sebagai hartamu
Rezki orang lain
Jangan bermimpi untuk memilikinya.

(4) Lembong tallu di lolangang
Sitonda tali purrus
Muola toi
Ma’itai dalle’mu.
Walau banyak tantangan yang menghadang
Serta rintangan yang bertubi-tubi
Arungi jua
Untuk menggapai cita-citamu.

(5) Mo le’ba’ dilang di nganga
Naniamme’mo naung
Ra’da’i liwang
Moa’ Tania dalle’.
Walau sudah menjadi milik
Dan sudah memberikan manfaat
Itupun juga akan lepas
Kalau memang bukan rezki.

-          Kalinda’da’ Pappasang

Penuturan kalinda’da’ tidak ada yang membatasinya sepanjang pakkalinda’da’ dalam menyampaikan isi, sasaran dan tujuannya tidak menimbulkan pertentangan/kekerasan (tindak pidana) dalam masyarakat. Dewasa ini seyogianya kalinda’da’ berfungsi sebagai tugas sosial, keagamaan dan tugas kebudayaan. Sebagai pengembang tugas sosial, dalam rentang sejarah yang panjang, kalinda’da’ senantiasa berperan aktif sebagai pembawa pesan moral. Kalinda’da’ nasehat misalnya sangat pamungkas memainkan peranan dalam menjaga dan memperkokoh moral masyarakat.
Demikian juga  jenis-jenis kalinda’da’ yang lain seperti kalinda’da’ masa’ala (agama), kalinda’da’ muda-mudi, kalinda’da’ anak-anak, kalinda’da’ penuturan adat dan kalinda’da jenaka (bersenda-gurau). Semua jenis kalinda’da’ yang disebutkan itu memainkan fungsi dan peran sebagai pembawa pesan, penyampai petuah atau pengembang amanah sesuai kalangan masing-masing.
Bila dirunut ke belakang, para penyebar islam dan kalangan bangsawan selalu ber-kalinda’da’ dalam majelis-majelis resmi. Inilah tugas pemerintah daerah dalam upaya melestarikan kebudayaan lokal untuk menampilkan kembali media kalinda’da’ pada acara-acara resmi kenegaraan di daerah termasuk media kalinda’da’ dijadikan para muballiq dalam menyampaikan pesan keagamaan.

-     Kalinda’da’ Sebagai Hiburan

Dalam upaya melestarikan kalinda’da’ metode salah satu yang paling ampuh adalah dilantungkan dalam syair lagu, misalnya berupa lagu sayang-sayang, padang pasir, kerambangang, andu-anduru’dang, dan lain sebagainya. Lagu sayang-sayang dan sejenisnya mulai ada dan berkembang ditahun 1970-an. Dan saat ini sayang-sayang menjadi warisan budaya tak benda yang diakui secara nasional yang berasal dari daerah Mandar dan sudah mendapat Surat Keputusan dari Kementerian Pendidikan Nasional RI dengan nomor sertifikat :…………………………………….. Lagu sayang-sayang ini, bukan lagunya sebagai warisan budaya tapi passayang-sayang-nya, karena yang bersangkutan memiliki keilmuan, kecerdasan,  keintelektualan dalam mencipta kalimat yang indah yang disebut kalinda’da’ (pantun) dengan cair tanpa ada konsep sebelumnya.
Lagu sayang-sayang ini dipopulerkan oleh Andi Syaiful Sinrang, Halija bersama Syaripuddin, dan beberapa seniman Mandar lainnya. Sebelum kalinda’da’ menjadi syair dalam lagu sayang-sayang terlebih dahulu dikenal dengan istilah pakkacaping dan parrawana. Lagu pakkacaping dan parrawana mempunyai syair lagu berupa kalinda’da’. Pada tahun 1960-an sangat populer di Mandar Pakkacaping, yaitu I Paraghai, I Taghi’, Isa’ala dengan tolonya dan pitedzena (sanjungan dan pujian). Bila I Taghi atau I Paraghai memainkan kecapi dengan lagu syair kalinda’da’ biasanya ditampilkan gadis-gadis cantik dengan memakai busana adat Mandar sambil duduk di hadapan hadirin (penonton), kemudian tuan rumah atau pelaksana pakkacaping memberikan uang terlebih dahulu kepada gadis-gadis cantik yang berbusana adat Mandar  kedalam kappar (Loyang) yang diletakkan didepan gadis cantik. Tradisi seperti ini di tanah Mandar disebut Pamacco’ (pemberi hadiah). Pamacco berikutnya tidak boleh memberi hadiah kepada gadis-gadis yang ditampilkan itu melebihi hadiah (uang) dari tuan rumah – pelaksana kegiatan, kapan itu terjadi – merupakan penghinaan terhadap tuan rumah. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar