Kamis, 21 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (11)


Kata Allah: Puasa itu untuk-Ku

Puasa sebagai instrumen pendidikan ruhani manusia. Mewujud kedalam satu amalan perbuatan yang meninggalkan perbuatan. Puasa adalah amalan rahasia karena sifatnya yang meninggalkan perbuatan (tidak makan, minum, dan jima). Keistimewaan puasa karena amalan yang Allah  nisbahkan diri-Nya sendiri. Sebagaimana dalam hadits qudsi "puasa itu untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya." 

Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946

عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

Menurut Syaikhul Akbar Ibnu Arabi terkait hadits ini, ia mengganti kata "ajzi" yang artinya membalas" menjadi "ujzi" yang berarti tebusan. Dengan demikian menurut Ibnu Arabi Allah itu sebenarnya berkata "Puasa itu untuk-Ku dan Akulah tebusannya." Wallahu a'lam bisshowab

Marhaban ya ramadhan adalah kalimat paling populer diucapkan di berbagai media sosial serta media tulisan. Banyak ragam dan prilaku umat Islam ketika menyambut datangnya bulan agung ini. Terkait hal ini, terdapat tiga level atau cara umat Islam menyambut datangnya bulan suci ramadhan.

Tingkatan pertama:
Pada level ini seseorang akan menyambut bulan suci ramadhan sebagai bulan tarbiah atau bulan ujian. Bulan puasa adalah bulan yang yang mendidik, bulan yang penuh rintangan karena di dalamnya secara terang-terangan melawan kemauan hawa nafsu. Pada level ini, puasa dianggap sebagai paksaan yang harus dilakukan. Cara menghadapinya adalah dengan menghadirkan kesabaran.

Tingkatan kedua:
Pada level ini  seseorang tidak hanya menganggap puasa sebagai ujian yang harus dilakukan melainkan ridha dari segala apa yang harus dilakukan dalam ibadah puasa di bulan ramadhan. Menerima segala konsekuensinya.

Tingakatan ketiga:
Adalah syukur. Syukur berarti berterima kasih kepada Allah. Memahami bahwa puasa sebagai khalisun lillah yang tentu konsekuensinya bukan pahala, bukan syurga melainkan Allah itu sendri sebagai konsekuensinya dari puasa-puasa hamba-Nya.

Kembali kepada Puasa itu untuk Allah. Artinya orang yang berpuasa sedang mentransfer sifat Allah yang tidak makan, tidak minum dan lain sebagainya ke dalam dirinya, berpuasa berarti sedang mentarbiyyah diri dengan mensifati dirinya dengan sifatnya Allah. 

Puasa itu Untuk-Ku juga berarti puasa itu untuk Allah dan untuk yang berpuasa hanya makan, minum dan jima'. Menjalankan sifat-Nya berarti berusaha menarik ridha-Nya. Puasa itu untuk-Ku juga berarti penghilangan kesombongan, riya serta tangga ikhlas. Apa yang patut kita sombongkan sementara puasa bukan untuk orang yang berpuasa melainkan untuk Allah sendiri. Harapan apa yang kita tunggu sebagai bentuk balasan dari-Nya akibat puasa-puasa kita sementara Dia tidak menyebutkan bentuk dan seperti apa jenis balasannya.

Dengan demikian puasa itu untuk-Ku adalah puasa kembali kepada Allah sementara kesabaran, rasa syukur, keikhlasan untuk manusia sebab dengan puasa manusia sedang mendudik dirinya untuk mampu meraih dan sampai ke ketiga maqam tersebut yakni sabar, syukur dan ikhlas. Inilah bentuk pengajaran Allah dalam ibadah puasa ramadhan. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 11

اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيَّ فِيْهِ الْإِحْسَانَ وَ كَرِّهْ إِلَيَّ فِيْهِ الْفُسُوْقَ وَ الْعِصْيَانَ وَ حَرِّمْ عَلَيَّ فِيْهِ السَّخَطَ وَ النِّيْرَانَ بِعَوْنِكَ يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ

Artinya : Ya Allah! Mohon tanamkanlah ke dalam diriku kecintaan kepada perbuatan baik, dan tanamkanlah ke dalam diriku kebencian terhadap kemaksiatan dan kefasikan. Mohon jauhkanlah dariku kemurkaan-MU dan api neraka dengan pertolongan-MU, Wahai Penolong orang-orang yang meminta pertolongan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar