Jumat, 22 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (12)


Puasa Menyingkap Tiga Perkara Gaib

Singkatnya, gaib adalah apa yang luput dari indra kita, tidak dapat dilihat oleh mata meskipun hati meyakininya. Beriman pada perkara gaib merupakan bagian dari orang yang bertakwa sebagaimana kata Allah dalam firman-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلۡمُتَّقِينَ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَٰوةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ

"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2-3)

Spectrum otak kita terkontaminasi otomatis ke jin, setan atau makhluk abstrak lainnya ketika mendengar kata gaib. Penulis mencoba memaknai kata gaib disini lebih kepada gaib abstrak akhlaki bukan gaib abstrak makhluk yang mempunyai sosok yang menakutkan.

Puasa dilakukan sebagi energi untuk menghidupkan hati, meningkatkan kesensitifan spritual. Dengan puasa perhatian kepada hal-hal yang tersembunyi seperti iri, dengki, sombong, tamak dan sifat buruk lainnya akan menjadi penyebab hidupnya hati seseorang. Seribu lebih baik memerhatikan aib diri dari pada mengintip keburukan-keburukan orang lain.

Dalam kitab Al-Hikam Ibnu Athaillah Assakandari berkata: "Perhatianmu untuk mengetahui aib-aib yang tersembunyi dalam dirimu adalah lebih baik daripada perhatianmu menyingkap perkara gaib yang tersembunyi darimu." Banyak dari kita selalu disibukkan untuk mengetahui perkara tersembunyi dari orang lain. Mencari-cari aib orang lain adalah perkara yang dapat menyebabkan matinya hati.

Banyak orang yang melakukan ibadah puasa misalnya puasa hari senin-kamis, puasa patih geni, puasa mutih hanya untuk dapat menyingkap perkara gaib. Padahal tujuan puasa sebenarnya untuk menyingkap perkara gaib akhlaki, adapun perkara gaib makhluk abstrak seperti malaikat hanyalah bonus. 

Menyadari aib diri sendiri tentu lebih baik dari pada kemampuan melihat malaikat. Kemampuan melihat aib diri yang tersembunyi (gaib) tentu lebih baik daripada kemampuan dapat melihat takdir atau masa depan seseorang, karena akan menjadi penyebab rusaknya hati seperti munculnya rasa sifat sombong, merasa lebih baik dari yang lain.

قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُ ۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٍ يُؤۡمِنُونَ

"Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 188)

Wahab bin Munabbah meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang laki-laki dari bani israil melakukan ritual puasa selama tujuh tahun berturut-turut. Dalam setahunnya membatalkan puasanya hanya enam hari. Setelah tujuh tahun berlalu, lelaki tersebut memohon kepada Allah agar dapat mengetahui seberapa besar kekuatan setan menguasai manusia. Namun permintaannya itu tidak kunjung dikabulkan.

Lelaki itu pun berkata: sekiranya tujuh tahun itu aku gunakan untuk mengoreksi seberapa besar kesalahan dan dosaku kepada tuhanku, maka niscahya hal itu akan lebih baik untukku dari pada apa yang aku cari selama ini.

Tida lama kemudian setelah ucapannya itu, Allah mengutus malaikat dan berkata kepada lelaki itu: "Allah mengurusku untukmu dan mewahyukan bahwa ucapan yang engkau ungkapkan belum lama ini lebih baik dari pada ibadah puasa yang kau lakukan selama ini Allah juga telah membukakan mata hatimu, lihatlah sekelilingmu!!!".

Betapa terkejutnya lelaki itu sebab iblis dan setan bertaburan dimana-mana, segala penjuruh arah dan tempat. Tidak hanya itu, ia juga terperangah karena tidak ada satupun manusia kecuali di sampingnya terdapat setan-setan seperti halnya lalat. Kemudian malaikat pun berkata lagi: "Tuhan mana yang akan menyelamatkan dari hal ini?"

Puasa sebenarnya memerangi tiga aib dalam diri manusia. Ketika tidak, makan, tidak minum, tidak jima' maka sebetulnya kita sedang memerangi aib diri (syahwat). Selanjutnya ketika kita berusaha untuk menekan syahwat gila akan pangkat atau kedudukan, gila akan kemuliaan, iri, dengki, sombong dan semacamnya maka kita sedang menyingkap tabir gaib kita dengan memerangi aib hati. Lebih dari pada itu , juga harus memerangi aib ruh kita seperti ingin balasan surga, bidadari, ingin punya karomah dan sejenisnya. 

Puasa datang untuk menyingkap perkara gaib kita (yang selama ini kita abaikan) dalam tiga bentuk aib yang telah disebutkan diatas; aib diri, aib hati dan aib ruh. Menyibukkan diri dalam usaha mencari-cari tiga macam aib kita serta berusaha untuk membersihkannya adalah lebih baik dari kesibukan mencari tahu rahasia alam gaib yang tersembunyi dari luar kita. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قَدۡ أَفۡلَحَ مَن تَزَكَّىٰ
"Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman)," (QS. Al-A'la 87: Ayat 14)

Wallahu a'lam bisshiwab

Doa Hari ke 12 

اَللَّهُمَّ زَيِّنِّيْ فِيْهِ بِالسِّتْرِ وَ الْعَفَافِ وَ اسْتُرْنِيْ فِيْهِ بِلِبَاسِ الْقُنُوْعِ وَ الْكَفَافِ وَ احْمِلْنِيْ فِيْهِ عَلَى الْعَدْلِ وَالإِنْصَافِ وَ آمِنِّيْ فِيْهِ مِنْ كُلِّ مَا أَخَافُ بِعِصْمَتِكَ يَا عِصْمَةَ الْخَائِفِيْنَ

Artinya : Ya Allah, mohon hiasilah aku di bulan ini dengan penutup aib dan kesucian. Tutupilah diriku dengan pakaian kecukupan dan kerelaan diri. Tuntunlah aku untuk senantiasa bersikap adil dan taat. Selamatkanlah aku dari segala sesuatu yang aku takuti. Dengan Perlindungan-MU, Wahai tempat bernaung bagi mereka yang meminta pertolongan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar