Kamis, 28 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (18)


Perlunya Puasa Diam

Ketika puasa disyariatkan Allah Swt kepada kaum yang beriman "Wahai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." Ada satu prilaku puasa yang rentang umat Islam melupakannya yang hari ini tidak kalah pentingnya untuk dilakukan. Prilaku ini adalah puasa untuk tidak bicara. 

Di era yang makin canggih ini, soal bicara tidak melulu pada mulut untuk menyampaikan maksud kita. Lewat jari pun sudah mampu mengutarakan maksud dan tujuan kita ke orang lain. Jangankan orang terdekat, orang paling jauh sekalipun sudah mampu mengetahui tujuan dan maksud kita cukup ketik dan upload ke media sosial.

Tujuan puasa yang secara gamblang disebutkan dalam al-Quran adalah agar bertakwa sementara salah satu tanda ketakwaan seorang mukmin dapat dilihat dari perkataannya. Berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berbicara. 

Coba kita renungkan sejenak beberapa pertanyaan berikut ini:
1. Seberapa yakin perkataan kita dalam setiap harinya tidak menyinggung perasaan orang lain? 
2. Berapa persen perkataan kita mengandung kebenaran saat berkata-kata (qaulan sadida)? 
3. Berapa persen perkataan kita mengandung kebaikan saat berkata-kata (qaulan ma'rufa)? 
4. Berapa persen perkataan kita mengandung perkataan mulia saat berbicara (qaulan karima)? 
5. Berapa persen perkataan kita mengandung kelembutan saat bicara (qaulan layina)? 
6. Berapa persen perkataan kita mengandung kegembiraan saat bicara (qaulan maisura)? 
7. Berapa persen perkataan kita menyentuh ketika bicara (qaulan baligha)?

Di dalam mulut ada lidah yang tak bertulang, artinya ucapan yang baik akan tergolong amal ibadah dan tentu mendapatkan pahala namun sebaliknya  perkataan yang buruk akan dinilai dosa. Sering dijumpai, biasanya berkumpul untuk ngerumpi (semasa di pondok sering diistilahkan ngerumpi ini dengan kata qiila wa qoola) biasanya lebih banyak dosa bicara yang didapat. Sungguh lidah ini tidak tahan untuk tidak bicara setiap menitnya. Ngerumpi atau qiila wa qoola adalah senang membicarakan seluk-beluk seseorang.

Banyak riwayat terkait keburukan dari pada bicara. Misalnya diriwayatkan dari Bukhari Muslim dari Aisyah ra, berkata: "Sesungguhnya Nabi apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada yang menghitungnya niscaya ia dalat menghitungnya." Abu Hurairah berkata: "Tidak ada baiknya orang yang banyak bicara." Umar bin Khattab berkata: "Barangsiapa yang banyak bicaranya akan banyak kesalahannya." Riwayat Muslim, Nabi bersabda: "Cukuplah seorang itu berdusta, jika ia membicarakan setiap apa yang didengarnya." 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَكُلِي وَٱشۡرَبِي وَقَرِّي عَيۡنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلۡبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِيٓ إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيًّا
"Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini." (QS. Maryam 19: Ayat 26)

Ayat ini mengisahkan Ibunda Maryam di tengah carut-marut persoalan kehamilannya. Allah menyuruhnya puasa diam ketika kehebohan bani israil mempertanyakan kehamilannya. Artinya pada saat itu., meskipun ibunda Maryam berusaha menjelaskan, juga tidak akan diterima kaumnya pada saat itu dan juga pelajarannya adalah tatkala bicara itu tidak ada manfaatnya lagi bagi si pendengar maka dia adalah solusinya. Soekarno berkata: ketika kata tak lagi bermakna maka diam adalah emas.

Lalu, hari ini perlukah kita puasa diam? Bersambung

Doa Hari ke 18

اَللَّهُمَّ نَبِّهْنِيْ فِيْهِ لِبَرَكَاتِ أَسْحَارِهِ وَ نَوِّرْ فِيْهِ قَلْبِيْ بِضِيَاءِ أَنْوَارِهِ وَ خُذْ بِكُلِّ أَعْضَائِيْ إِلَى اتِّبَاعِ آثَارِهِ بِنُوْرِكَ يَا مُنَوِّرَ قُلُوْبِ الْعَارِفِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah sadarkanlah aku untuk mengetahui berkat yang ada pada waktu sahur. Terangilah hati-ku dengan cahaya-Mu yang lembut. Jadikanlah seluruh anggota badanku dapat mengikuti cahaya itu. Wahai Penerang hati sanubari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar