Sabtu, 14 Januari 2017

ABDULLAH RASYID : Anak Kampung Yang Tak Kampungan (Bagian 2 Selesai)

         


         Abdullah Rasyid menjadi PNS sesungguhnya hanya menyiapkan berkas berupa bahan dasar saja tapi tidak pernah ikut tes. Ia lulus atas pertimbangan supaya ia tak lagi merongrong kewibawaan Orde Baru. Rafiuddin Hamarung, pejabat penting di provinsi saat itu punya peran penting dalam menaklukkan Abdullah Rasyid dengan cara di PNS-kan. Ia ditugaskan di lingkup Pemda Provinsi Sulsel satu atap dengan Rafiuddin Hamarung.
            Tahun 1982, umurnya belum genap 30 tahun, tapi pemerintah Kabupaten Pinrang begitu mempercayakan sebuah tanggung jawab yang sangat strategis dalam pemerintahan kabupaten. Semua yang namanya pengelolaan proyek harus melalui Abdullah Rasyid, termasuk ia jjuga yang menangani proyek-proyek inpres pembangunan jalan, bahkan dalam banyak urusan yang berkaitan dengan proyek-proyek besar dia yang ditugaskan bupati untuk loby ke Jakarta. Padahal dalam perjenjangan kepangkatan Abdullah saat itu baru 2B, belum sarjana lengkap.
            Lompatan karier Abdullah Rasyid tak bisa dipisahkan dengan pengembaraan gerakannya dan ketajaman intelektualnya sewaktu masih kuliah dulu. Tahun 1985-1990 ia menjabat sebagai Ketua AMPI Kab. Pinrang sekaligus terpilih sebagai Ketua KNPI Kab. Pinrang dan dijabatnya selama dua periode.
            Pada tahun 1990 ia di diangkat sebagai Kepala Dinas Peternakan Kab. Pinrang dalam usia belum mencapai 30 tahun. Setahun kemudian ia dipercayakan oleh Pemprov. Sulsel untuk ditugaskan sebagai Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Mamuju, dilantik pada tanggal 27 September 1991.    
Tiga hari setelah dilantik, keluar radiogram dari Mendagri di Jakarta meminta Abdullah Rasyid kembali ke Makassar untuk memperkuat kemenangan Golkar pada Pemilu 1992. Ia hanya cuti jadi Kepala Dinas untuk menjalankan tugasnya sebagai coordinator Bapilu Golkar Kab. Pinrang. Usai Pemulu, ia kemudian kembali ke Mamuju untuk bertugas sebagai Kepala Dinas Peternakan. Ia menjalankan tugas sebagai Kepala Dinas dengan kondisi betul-betul dari nol. Disebuah ruang kecil, hanya ada dua meja dan kursi, dibantu oleh 4 orang staf dan belum ada kantor tersendiri.
            Abdullah Rasyid menjabat Kepala Dinas Kab. Mamuju lebih sepuluh tahun. Ia membangun jaringan ke Jakarta dan hasilnya bisa dilihat pada bangunan Kantor Peternakan Kab. Mamuju yang merupakan kantor dinas  terbesar di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Ia banyak mendatangkan proyek-proyek luar negeri: bantuan Bank Dunia dan proyek-proyek dari Badan PBB, termasuk bantuan APBN sering didatangkan dari Jakarta ke Mamuju dengan menggabungkan beberapa kantor unit kerja, perkebunan, pertanian, peternakan menjadi Dinas Pertanian dan lagi-lagi ia dipercaya menjadi Kepala Dinas Pertanian. Ia menjabat di Peternakan dan Pertanian selama 12 tahun 4 bulan.
            Berkat upaya-upaya itu, ia kemudian berkesempatan mengenal tanah Eropa, Spanyol, Balanda dan sempat beribadah di tanah suci, Menunaikan ibadah umrah. Ia juga banyak mendorong para investor masuk ke Kabupaten Mamuju.
            Pada tahun ketiga ia menjabat Kepala Dinas pertanian, 1999, wacana pembentukan Kabupaten Utara mulai menggelinding kencang. Hal tersebut terus berkembang, hingga masyarakat kian memasifkan aspirasi politiknya menuntut perpisahan secara politik dan pemerintahan dengan Induknya Kabupaten Mamuju.
Pada tahun 2000, Agus Ambo jiwa, Jamil Barambangi, Marigun Rasyid, Musawir Azis Isham serta komponen pemuda lainnya dan tokoh-tokoh masyarakat ternama di Mamuju sudah mulai membentuk sebuah wadah politik penuntutan pembentukan Kabupaten Mamujju Utara. Agus Ambo Jiwa dipercaya sebagai Ketua Komite Pembentukan Kab. Mamuju Utara disokong juga dengan keberadaan tim percepatan dan lobi yang dikoordinir oleh Musawir Azis yang terus menerus menyuarakan dan mendorong lahirnya undang-undang pembentukan Kabupaten Mamuju Utara.
Pada tahun 2003, perjuangan tersebut akhirnya menemukan hasil ditandai dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Mamuju Utara  dan Kabupaten Luwu Timur. Keberhasilan tersebut berkat peran dan upaya Abdullah Rasyid dalam mewujudkan wilayah seluas 3450 kmmenjadi sebuah kabupaten.
Para gerbong muda perjuangan tersebut berharap untuk membalas jasa Abdullah Rasyid menjadi pejabat sementara sebagai Bupati dalam mengantar dan mempersiapkan seluruh instrument pokok sebuah kabupaten. Namun apa yang terjadi, ketika isu menggelinding siapa bakal menjadi pejabat Bupati di daerah ini. Al Malik Pababari, selaku Bupati Mamuju pada saat itu bahkan tak pernah menyebut nama Abdullah Rasyid dalam rekomendasi suratnya kepada Meneteri Dalam Negeri. Orang yang paling berjasa justeru tidak direkomendasi oleh Bupati induk menjadi sebuah keresahan tersendiri sekaligus mengundang polemic dari berbagai kalangan.
 Abdullah Rasyid tak merasa resah, sebab pada saat itu justru HZB Palguna, Gubernur Sulawesi Selatan ketika itu sudah mempersiapak jabatan sebagai Kepala Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan. Gerbong Muda yang dimotori oleh Agus Ambo Djiwa menemui senior dan Aras Tammauni, tokoh Mamuju yang juga punya hubungan dengan Buapti Mamuju Al Malik Pababari. Dari gerbong muda dan Aras ini mengubah rekomendasi Al Malik Pababari dengan merekomendasikan nama Ir. Abdullah Rasyid, MM. sebagai pejabat Bupati Mamuju Utara. Alhasil Mendagri pada saat itu, Hari Sabarno menerbitkan SK kepada Abdullah Rasyid sebagai Pajabat Bupati Mamuju Utara sampai dua tahun sebelum tiba masa pilkada.
Abdullah Rasyid menjalankan amanah Undang-Undang dengan sangat baik sampai menjelang Pilkada yang kali ini menggunakan system pemilihan langsung. Dalam pilkada langsung ini, Abdullah Rasyid harus mundur dari jabatan pejabat bupati sebab akan maju bertarung dalam Pilkada Mamuju Utara pada tahun 2005. Dengan menggandeng Agus Ambo Jiwa ia resmi diusung oleh PDI-Perjuangan, partai yang dipimpin oleh Agus Ambo Jiwa untuk bertarung pada Pilkada Matra pada 27 Agustus 2005. Dan hasilnya adalah pada tanggal 5 Oktober 2005 pasangan Abdullah Rasyid dan Agus Ambo Jiwa ini resmi menjadi Bupati Mamuju Utara periode 2005-2010.
Sebagai Buapti, ia berusaha mempersatukan kekuatan dan membangun komunikasi dengan lawan-lawan politinya. Lobi-lobi anggaran ke pusat semakin gencar ia lakukan untuk membangun infrastruktur Mamuju Utara. Hasilnya sangat mencengangkan. Mamuju Utara yang sebelumnya memperoleh DAU 55 miliar kini menjadi 146,3miliar. Begitu juga DAK dari 11 miliar sebelumnya menjadi 25 miliar rupiah. 
            Salah satu komitmen dasar Abdullah Rasyid pada 5 tahun periodenya sebagai bupati adalah menjadikan Mamuju Utara setara dengan kabupaten lain di Sulawesi Barat. Untuk itu, 40 M segera digelontorkan untuk pembangunan Kantor Bupati, Kantor DPRD dan Rumah Jabatan. Proyek ini dilaksanakan dengansistim full financial, uang diserahkan pada saat bangunan jadi. Dalam kota Pasangkayu, ibukota Mamuju Utara jalanannya diaspal hotmix  termasuk sarana vital public lainnya masuk dalam garis kebijakan seperti penerangan jalan, PLN dan air bersih yang sebelumnya sudah dianggarkan.
       Pemerintahan Abdullah Rasyid dan Agus Ambo Jiwa mengusung visi menciptakan Kabupaten mamuju Utara sebagai Kota Agropolitan. Untuk mencapainya itu misi yang diemban adalah membangun sector pertanian dengan konsep yang mantap, irigasi harus tersedia untuk menambah luasan persawahan dua kali lipat. Dalam program ekstensif memang sangat tergantung pada musim hujan, sehingga bangunan irigasi mutlak menjadi prioritas utama. Dan itu dibuktikan dengan dibangunnya waduk dengan desain saluran-saluran air bisa mengairi persawahan hingga 1700 ha.
            Mamuju Utara juga dijadikan sebagai daerah penghasil jeruk manis terkemuka di bagian barat pulau Sulawesi dengan luas lahan 10.000ha dan sudah berproduksi sekitar 2500 ha dan masing-masing bisa berproduksi 40 ton perhektar. Selain jeruk, tanaman unggulan lain yang dikembangkan adalah sawit dan kakao.
            Sektor kesehatan juga begitu diperhatikan dengan mebangun rumah sakit besar di pusat kota serta menyediakan puskesmas di empat kecamatan untuk memudahkan bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung menikmati pelayanan kesehatan. Fasilitas rawat inap dan penyediaan mobil ambulance disetiap puskesmas. Target itu telah selesai semua di tahun ketiga.
            Membangun SDM juga tak tanggung-tanggung. Pendidikan diinternal birokrasi dilakukan dengan menyekolahkan birokrasinya untuk peningkatan kapasitas pelayanan kepada masyarakat. Membangun kerjasama dengan perguruan tinggi bonafide di Makassar adalah agenda mendesak agar di Pasangkayu terdapat fasilitas perguruan tinggi sebagai instrument penting dalam mencetak sumber daya manusia yang handal dan siap pake.
           Capaian-capaian itu membuktikan bahwa Abdullah Rasyid tidak hanya berhasil mengayuh hidupnya dari sejak kecil hingga dewasa.  Himpitan kesulitan yang menderanya pada dekade 80-an berhasil ia lalui dengan cara menikmati kesulitan itu. Pertemuannya dengan Hj. Bulaeng dalam sebuah akad menjadikan hidupnya praktis mengalami perubahan dan menuai kebahagian sampai pada puncaknya, yaitu menjadi Buapti mamuju Utara yang pertama. Pernikahannya denga Hj. Bulaeng ini dikaruniai 4 orang anak, seorang putrid dan 3 orang putra.
            Abdullah Rasyid hanya bisa memerintah sebagai bupati defenitif selama satu periode, sebab pada periode keduanya, Agus Ambo Jiwa ternyata mengambil peluang untuk bisa bertarung di pilkada kedua sebagai Calon Bupati dengan menggandeng M. Saal sebagai wakilnya. Betapapun Abdullah Rasyid juga berusaha melawan, namun akhirnya takdir mempertemukannya untuk kembali menerima kenyataan mengakui Agus Ambo Jiwa sebagai pemenang.
            Agus Ambo Jiwa sebagai Bupati Mamuju Utara yang sampai pada periode keduanya, tak mampu terkalahkan. Dalam pilkada serentak pada 2015 kemarin, Abdullah Rasyid kembali melawan dan menjadi rival dari Agus. Tapi lagi-lagi, Abdullah Rasyid untuk kedua kalinya tak mampu mengungguli Agus Ambo Jiwa. [1]



[1] Diolah dari tulisan Sarman Sahuding, 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar