Sabtu, 24 Mei 2014

PERIODE PONGKA PADANG DAN TORIJEQNEQ



PERIODE PONGKA PADANG DAN TORIJEQNEQ
Pada konsepsi Tau Pitu,salah seorang diantaranya adalah Pongka Padang yang pergi dan menetap di Tabulahan.Pongka Padang  dalam berbagai literatur menjadi populer dengan hadirnya Torijeqneq sebagai sosok perempuan yang sangat cantik dan Pongka Padang sebagai lelaki yang tangguh.Torijeqneq sendiri merupakan simbol dari kehidupan air dari daratan rendah (laut dan sungai) karena memang ia diksahkan berasal dari dalam air sehingga disebut Torijeqneq.
Pertemuan antara Pongka Padang dan Torijeqneq ini melahirkan sebuah kesepakatan untuk menikah dan menetap di tabulahan.Dari hasil pernikahan keduanya,lahirlah tujuh orang anak yang merupakan cikal bakal lahirnya sejarah Mandar selanjutnya.
Ketujuh orang anak tersebut adalah :

          Daeng Matangnga (laki-laki)
          Mana Dahodo (laki-laki)
          Simbak Datu (perempuan)
          Pullao Mesa (laki-laki)
          Daeng Lumalle (laki-laki)
          Buraq Lebo (perempuan)
          Patta Nabulan (laki-laki)

Versi lain menyebutkan bahwa anak dari Pongka Padang adalah :

          Daeng Matangnga (laki-laki)
          Manala Saqbi (laki-laki)
          Pullao Mesa (laki-laki)
          Simbak Datu (perempuan)
          Buraq Lebo (perempuan)
          Pattanan Bulawan (laki-laki)
          Buntu Bulo (laki-laki)
Kedua anak perempuan Pongka Padang yaitu Simbak Datu dan Buraq Lebo dinikahi oleh saudaranya Daeng Matangnga dan Mana Dahodo.Dan dari pernikahan ini melahirkan ketrunan yang berjumlah sebelas orang atau dikenal dengan Tau Sappulo Mesa,yaitu :
          Demmattanan/Dettumanan (tinggal dan menetap di Tabulahan)
          Tammiq/Ampu Taije (tinggal dan menetap di Bambang)
          Demmalona/Daeng Matana (pergi dan menetap di Mambi)
          Makkedaeng (pergi dan menetap di Mamuju)
          Daeng kamaru/Daeng Marambu (pergi dan menetap di Matangnga)
          Tambuli Bassi (pergi dan menetap di Tappalang)
          Tangkara Bulu/Tangkara Batu (pergi dan menetap di Sendana/Balanipa)
          Daeng Mangulun (pergi dan mentap di Ulumandaq dan Pamboang)
          Sahalima (pergi dan menetap di Tabang/koa)
          Talaqbinna (pergi dan menetap di Mangki tua/Lohe)
          Tomematakalakian (pergi dan menetap di daerah Hau/Sampaga)

Keturunan dari hasil pernikahan putra-putri Pongka Padang dan Torijeqneq yang berjumlah 11 orang inilah yang kemudian menyebar dan mendiami wilayah-wilayah yang dikenal dengan sebutan Pitu Ulunna Salu Pitu Baqbana Binanga dan Karua Tiparittiqna Uhai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar