PERIODE KERAJAAN DI MANDAR
Wacana mengenai sejarah kerajaan di Mandar pada umumnya
dimulai dari terbentuknya kerajaan Balanipa pada pertengahan abad
ke-16,sekalipun terdapat suatu kerajaan besar yang menonjol sebelumnya yaitu
kerajaan Passokkorang (di mapilli,Polewali Mandar),kerajaan Talotu
(Malunda,Majene) dan Kerajaan Baras (di Pasang Kayu,Mamuju Utara).
Periode kerajaan di Mandar kita mengangkat kerajaan Balanipa
sebagai pelopor dari sejumlah fakta sejarah dari peralihan periode tomakaka ke
periode kerajaan yang dipimpin oleh seorang Mara’dia.Disamping itu Balanipa
juga memiliki nilai budaya tinggi untuk menjadi rujukan di bidang hukum(adat),pemerintahan,kepemimpinan
bagi orang-orang Mandar.Kehadiran Balanipa dianggap sebagai titik balik
peradaban Mandar setelah berhasil mengalahkan kerajaan Passokkorang yang
dikenal sangat kejam dan jahat.
I Manyambungi atau Todilaling adalah putra satu-satunya
Tomakaka Napo yang menghabiskan masa remaja dan mudanya di kerjaan Gowa (milai
dari raja ke-7,Karaeng Batara Gowa),sampai raja ke-9 (Karaeng Tumapqrisi
Kallona) dan raja ke-10 (Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng).Dengan
pengalaman sekitar 20 tahun sebagai pimpinan perang,penasehat kerajaan,pemimpin
ekspedisi dan bahkan kawin dengan kemanakan Raja Gowa yang bernama I
Surya,Putri Karaeng I Sanrabone,kembali
ke Mandar dan lansung dilantik sebagai raja Napo yang kemudian menjadi
Mara’dia I kerajaan Balanipa.
Todilaling banyak mengadopsi pelaksanaan hukum dari kerajaan
Gowa yang kemudian dikenal sebagai peletak dasar pemerintahan yang demokratis
dan mewariskan pesan-pesan dan pengalaman kepemimpinan yang sarat dengan nilai
kemanusiaan dan keluhuran budi.
Pada era Todilaling ini banyak wilayah yang di
taklukkan,wilayah yang berada dibawah kekuasaannya inilah yang kemudian menjadi
wilayah kerajaan Balanipa.
Setelah beliau mangkat,Billa-Billami atau dikenal dengan
Tomepayung diangkat menjadi maraqdia Balanipa
ke-2 yang kemudian menjadi Arajang Balanipa I.Sepeninggal ayahnya,Tomepayung
kemudian meneruskan upaya ekspansi perluasan wilayah dan pada masa Tomepayung
inilah Mandar mencapai puncak kejayaannya dan Balanipa menjadi titik balik
relasi antara PUS (Pitu Ulunna Salu) dan PBB (Pitu Baqbana Binanga),relasi yang
semula diwarnai dengan konflik berkepanjangan di akhiri dengan relasi
persaudaraan sejati.
Hal ini terlihat dari persekutuan antar wilayah kerajaan
baik yang ada di wilayah PUS maupun PBB dan Karua Tiparitti’na Uhai .Tak ada
satu wilayah yang menguasai wilayah lainnya.Setiap wilayah memiliki derajat
yang sama,yang membedakan hanyalah tugas dan fungsi masing-masing wilayah.
PITU
ULUNNA SALU :
•
Tabulahan (Digelari Indo Litaq)
•
Rantebulahan (Digelari Tomaqdua
Takin tomaq tallu sulekka
•
Mambi (Digelari indona lantang kada
nenek)
•
Aralle (Digelari indona kada nenek)
•
Matangnga (Digelari andiri
tattepponna ullunna salu)
•
Tabang (Digelari Baka disuraq
gandang diroma)
PITU BAQBANA BINANGA :
•
Balanipa sebagai Ayah
(Passambolangiq atau Kamaq),
•
Sendana sebagai Ibu(Lita’atau Indo),
•
Banggae sebagai Putra Pemberaninya
Balanipa(Ana’masonga-songanai Balanipa)
•
Pamboang sebagai anak perempuan dari
Balanipa (Ana’tobainena Balanipa)
•
Tappalang
•
Mamuju
•
Benuang
KARUA TIPARITTIQNA UHAI :
•
Mamasa (Digelari Rambu Saratu)
•
Osango (Digelari Tokerang)
•
Malaqboq (Digelari Tandu kaluaq
Talasan Maroso)
•
Messawa (Digelari Talingarara’na Ulusalu)
•
Lakkese (Digelari Kulambu suraq)
•
Tuqbi (Digelari Karihatana Ulusalu)
•
Taramanu (Digelari Tutuq baqbana Ulu
salu)
Ulumandaq (Digelari Sulluran bassinna ulusalu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar