Rabu, 04 Mei 2016

NAPAK TILAS SEJARAH KERAJAAN SENDANA (Bagian 6) " Persekutuan Bocco Tallu Adalah Kerjasama Pertahanan dan Ekonomi "


0leh: Muhammad Munir-Tinambung
Pada mulanya, semua kerajaan yang ada di Mandar belum terjalin dalam satu persekutuan atau kerjasama antar kerajaan. Masing-masing  kerajaan sendiri  dan memerintah serta berdaulat penuh diwilayah kerajaannya sendiri tanpa  ada hubungan kerjasama dengan kerajaan lain, baik yang ada di kawasan Mandar, terlebih kerajaan yang ada di luar wilayah Mandar. Masing-masing kerajaan berusaha memperluas wilayah kekuasaan, sehingga sering terjadi perselisihan yang berlanjut pada perang  antara kerajaan. Upaya menghancurkan kerajaan lain dengan tujuan menjadi terkuat dan terbesar adalah kejadian rutin pada saat itu. Puncak kekacauan terjadi ketika munculnya peralihan kekuasaan melalui kudeta di kerajaan Passokkorang. Passokkorang dengan kekuatan militer dan kekayaan yang melimpah membuat keonaran hampir disetiap kerajaan  yang ada di Mandar.
                Salah satu wilayah yang tak mampu ditaklukkan oleh Pasokkorang adalah wilayah persekutuan Bocco Tallu, yaitu Sendana, Alu dan Taramanu. Salah satu strategi yang bisa membentengi wilayah ini adalah kekuatan persekutuan yang tercermin dalam ikrar puraloa di Sibunoang. Ikrar Bocco Tallu itu begitu mengakar dan disakralkan oleh masyarakat yang ada diwilayah tersebut. Bahkan perjalanan sejarah keruntuhan Passokkorang oleh Sekutu Balanipa tidak terlepas dari campur tangan Alu yang berhasil menyusup masuk ke wilayah Passokkorang dan menjadi duri dalam daging, sehingga Raja Passokkorang tidak menyadari bahwa orang yang masuk sebagai dukun sakti itulah yang mengantarnya menemukan takdirnya untuk berakhir dalam kebesaran dan keberlimpahannya.
                Tak dapat disangkal, apa yang tertuang dalam ikrar puraloa itu bukan saja sebentuk kalimat yang terdiri dari susunan kata biasa, tapi ia adalah akumulasi dari mantra, sumpah yang kerap dibathinkan oleh semua warga yang berada di garis batas Bocco Tallu itu. Untuk tidak membuat tulisan ini sekedar menjadi bacaan yang lumrah, menarik kita telisik kembali bunyi yang terkadung dalam perjanjian di Sibunoang itu. Ini penting, agar kita semakin yakin bahwa sesungguhnya leleuhur kita bukanlah sekumpulan manusia yang tak tahu apa-apa, disamping itu, ikrar tersebut diharapkan bisa menjadi spirit bagi kita menemukenali kesejatian Mandar yang kita jadikan sebagai identitas.
                Inilah ikrar puraloa di Sibunoang yang dikenal dengan Assitalliang Bocco Tallu Pertama: Madzondong duang bongi anna dziang mappasisala Pattallumboccoang, ongani balimbunganna baoangi arianna. Iya-iyannamo tau mambueq puraloa meppondoq diallewuang di Pattallumboccoang mendaung raqbas, mettaqe sapeq, pappang naola pappang raqba, buttu naola buttu latta, puppus sorokawu mangandeapi dipennannaranna tomamboeq pura loa.
“Besok lusa bila ada yang memecah belah persekutuan Bocco Tallu, Balikkan bubungan rumahnya kebawah dan tiangnya keatas. Barang siapa diantara kita mengingkari perjanjian dan membelakangi kesepakatan dalam persekutuan Bocco Tallu, berdaun gugur bertangkai jatuh,  lembah diallui lembag runtuh, gunung dilalui gunung terpotong. Hidupnya terkutuk bagai api membakar turun temurun yang ingkar pada perjanjian” .
Adapun butir butir perjanjian yang disepakati dalam pertemuan ini merupakan hasil pemikiran Puatta di Saragiang dan Daeng Palulung yang tertulis dalam lontar Sendana Mandar sebagai berikut :
Nauamo Daeng Palulung: “Tallumi tau anna mesa, mesami anna tallu, Sendana, Alu, Taramanuq. Litaq silambang tassipomalla, tassitundang matadzang tassiroyong masandeq, tautta sisolong tassisawaq, mesa balami tanni atonang, Sendana,  Alu, Taramanuq di Puang di Kondo Budata, mate simateang tuo situoang”.
Berkatalah Daeng Palulung: ”Kita adalah tiga menjadi satu, satu tapi tiga. Sendana, Alu, Taramanuq. Pemimpin saling menyebrang tak keberata, tak saling mengingatkan dengan keras apalagi kasar, rakyat saling mengunjungi dengan aman. Kitasudah satu pagar tak berbatas, Sendana, Alu, Taramanuqbagi pemimpin dan bagi rakyat. Mati satu mati semua hidup satu hidup semua”.
Nauamo Puatta di Saragiang: “Mammesa puammi tau mammesa tau, maqjuluq sara maqjuluq rio, mammesa pattuju dilatte sallambar siola paqdisang. Daqdua memmata di Sawa, mesa memmata di mangiwang, monasisaraq tubhu anna nyawa tassisaraqi Alu, Taramanuq, Sendana. Tassipaoro di adzaq, sipalete di rapang, padza nipeadzaq adzaqta, padza niperapangi rapattaq, tasibore-boreang gauq tassipolong tanjeng,tassiraqba tanang-tanang, sitaiang apiangan tassitaiang adzaeang”.
Berkatalah Puatta I Saragian: “Bangsawan kita sudah menyatu rakyat juga jadi satu menghadapi kesusahan dan kebahagiaan, menyatukan keinginan diatas tikar selembar sebantal bersama. Dua mengawasi ular satu mengawasi ikan hiu. Walau terpisah tubuh dengan nyawa, Alu, Taramanuq dan Sendana tidak akan terpisahkan. Tidak saling mencampuri urusan adat dan aturan masing-masing, menjalankan adat dan kebiasaan serta hukum dan peraturan masing-masing, tidak saling keras mengerasi, tidak salingmerusak tanaman, saling membawa pada kebaikan, saling menghindarkan dari keburukan”.
Nauwa bomo Daeng Palulung: “Mate arawiang Alu Taramanuq, mate di baya-bayai Sendana. Sara pole sara nisolai, leboq tanni joriq, uwai tanni latta, buttu tanni polong dilalanna Bocco Tallu”.
Berkata Daeng Palulung: “Bila Alu dan Taramanuq mati diwaktu sore, Sendana mati diwaktu pagi. Kesusahan yang datangkesusahan yang dibagi, kebahagiaan yang datang kebahagiaan yang kita bagi. Laut tidak kita garis, gunung tidak kita potong di wilayah Bocco Tallu”.
Melihat latar belakang pembentukan serta butir kesepkatan yang ada di dalamnya, dapat disimpulkan bahwa Perjanjian Bocco Tallu pertama dibentuk untuk membangun satu kekuatan dengan melihat situasi dan kondisi di Mandar pada saat itu. Sangat jelas dalam butir kesepakatan bahwa pertahanan dan keamanan merupakan prioritas utama disamping kerjasama pada bidang ekonomi. Ini merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya perang saudara antara Sendana, Alu dan Taramanuq yang bisa saja terjadi akibat hasutan dan strategi adu domba yang dijalankan oleh orang-orang Passokkorang pada saat itu.
Kalimat daqdua memmata disawa mesa memmata di mangiwang adalah kalimat kiasan yang memiliki makna; Dua kerajaan (Alu dan Taramanuq) yang menjaga dan mengawasi musuh dari arah gunung atau hutan, dan satu kerajaan (Sendana)yang mengawasi musuh yang datang dari laut atau pesisir. Kesepakatan ini lahir dengan melihat letak geografis wilayah masing-masing, dimana Alu dan Taramanuq merupakan kerajaan yang ada dipegunungan dan Sendana adalah kerajaan yang berada di daerah pesisir atau pantai.  Ini berarti, keamanan atas ancaman musuh yang datang dari arah hutan menjadi tanggung jawab kerajaan Alu dan kerajaan Taramanuq sementara musuh yang datang dari arah laut atau pesisir menjadi tanggung jawab kerajaan Sendana.
Persekutuan Bocco Tallu bertahan sampai pada abad XV masehi dan baru mulai memudar seiringdengan terbentuknya persekutuan Pitu Baqbana Binanga.

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar