Rabu, 04 Mei 2016

M. Sukhri Dahlan: Bahasa Cinta pada Cak Nun, Masyarakat dan Pemerintah Sulawesi Barat !


Emha Ainun Nadjib biasa dipanggil Emha atau Cak Nun adalah “Idola” bagi masyarakat Mandar. Ia selalu ditunggu kedatangannya. Dan bila ia datang, maka masyarakat akan menyambutnya dengan luapan gembira yang tak bisa digambarkan. Cak Nun dan masyarakat Mandar seakan telah menyatu dalam sosok Cak Nun. Hal itu tergambar dari kedatangannya pada Minggu, 30 April di Lapangan Sepak Bola Desa Bala Kec. Balanipa. Manusia berbondong-bondong,menyemut memenuhi lapangan tersebut. Entah ia petani, nelayan, pelajar, mahasiswa, anak-anak, remaja sampai orang tua. Bahkan pejabat dan Wakil rakyat sekalipun tak mau ketinggalan momentun untuk menyaksikan penampilan Kyai Kanjeng dan siraman rohani dari Emha Ainun Nadjib.

Tak terasa, emapat tahun setelah kedatangannya di Mandar. Tahun ini Cak Nun menyambangi Jamaah Maiyah Mandar dengan mengusung topik “RISALAH CINTA DI JAZIRAH MANDAR”. Meski kedatangannya atas inisiatif dan prakarsa dari Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat melalui jasa aspirasi Syamsul Samad, Anggota DPRD Provinsi, namun tak menyurutkan niat untuk bahu-membahu menyambut dan menyaksikan sosok idaman yang kerap dirindukan itu. Masyarakat dan Flamboyant ikut menjadi penyaksi atas kedatangan Maha Guru itu di Mandar. Cak Nun dan Flamboyant adalah sebuah kesatuan yang utuh dan integral. Tak bisa dipisahkan dan tak seorangpun mampu mengubah keutuhan cinta tersebut.

Cak Nun tampil memukau dan menggugah lewat ceramah berisi guyonan yang masuk akal. Sehingga guyonan tersebut tidak sekedar menjadi banyolan-banyolan liar,  namun sangat inspiratif serta menjadi spirit yang menancap ke hati. Cak Nun dengan piawai menguasai ribuan manusia tanpa sekat, menyatu dengan penonton tanpa jarak. Sangat kontras ketika menyaksikan konser-konser artis papan atas. Siapa yang tak kenal dengan sosok Cak Nun, siapa yang tak mengakui bahwa Cak Nun lebih populer dibanding artis selebriti nasional?. Cak Nun adalah fenomena zaman yang mungkin setelahnya tak akan lahir sosok yang multi talenta ini.

Atas nama penulis, saya ingin menghaturkan ribuan rasa terima kasih kepada Cak Nun, kepada masyarakat, kepada pemerintah, wabilkhusus kepada panitia dan Syamsul Samad atas segala bentuk upaya dan perhatian untuk memenuhi keinginan kami bertemu dengan sosok yang kami cintai dan kami rindukan. Kepada Cak Nun yang mendaulat Cammana sebagai kekasih Cammanallah, menjadikan Flamboyant sebagai rumahnya di Mandar. Sebegitu dalam keinginan kami menggambarkan kecintaan kami lewat narasi cinta, namun bahasa saja tak mampu mewakili rasa itu, akhirnya kami mewakili segenap masyarakat Mandar, Sulawesi Barat memohon maaf atas ketidak mampuan kami menarasikan cinta lewat kata. Namun yang pasti, setelah Allah dan Rasul-Nya, maka engkaulah muara dari Cinta dan kerinduan kami.

Wassalam bilmaaf dari Luluare Mandar-mu,



M. SUKHRI DAHLAN (Dewan Kehormatan Flamboyant Mandar)

       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar