Senin, 25 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (8)

By Ahmad M. Sewang

Dalam ilmu budaya, selalu diingatkan bahwa kita sedang menghadap ke depan menuju hidup yang lebih comport. Jika dahulu cukup sekolah paling tinggi PGA 6 Tahun. Itu pun ikatan dinas. Nanti pada periode saya, baru dibuka jalan melanjutkan studi ke PPS agama dan tempatnya cukup jauh di Syarif Hidayatullah Jakarta dan Yogyakarta, itupun lewat seleksi yang sangat ketat. Bandingkan sekarang PPs sudah ada di depan pintu rumah, misalnya di STAIN Majene.

Demikian pula pengangkatan dosen dahulu masih mudah. Dosen saya waktu masuk studi 1973 masih banyak tamatan BA. Kemudian sesuai perkembangan harus
sarjana dahulu atau Drs. Saya sendiri dosen tahun 1982 baru saja selesai sarjana. Ketika diangkat alhamdulillah sebagai dosen, terdapat tiga lembaga bersamaan: yaitu BKKBN Kendari, Kanwil Departemen Agama Sulawesi Selatan dan dosen di IAIN Alauddin Makassar. Berdasarkan petunjuk warek II, Drs. Muhammad Ahmad saya pilih masuk IAIN. Jika mengisahkan ini menggambarkan dahulu untuk PNS masih mudah. Sekarang persyaratan jadi dosen sharus magister. Magister sekarang sudah over capasity. Menurut pridiksi ke depan untuk jadi dosen harus doktor. Jadi untuk sekolah semakin mudah tetapi semakin panjang jalan yang ditempuh. Jadi studi semakin lama dan sulit sebagai persyaratan jadi PNS.

 Jadi sekali lagi,i di antara yang selalu saya pedomanI adalah menghadap ke depan untuk selalu bersemangat optimis. Adapun sekali-sekali melihat ke kaca spion ke belakang adalah agar tidak tertabrak kendaraan dari belakang atau untuk meluruskan perjalanan ke depan. Jadi tu melihat ke belakang agar meluruskan perjalanan ke depan.

Melihat ke depan dengan berani menembus batas, dan berani menerobos sekat-sekat yang kita ciptakan sendiri. Beranilah bersahabat dengan orang-orang pintar. Jika ingin mengetahui orang bisa dipercaya, maka kenallah sahabatnya lebih dahulu. Di Makassar agar menemukan sahabat yang baik maka saya bergabung di Pengajian Aqsha, disana tergabung umumnya, alumni kedokteran yang ingin mendalami pengetahuan agama, tampak perlu tahu latar belakang organisasi Islamnya, di Jakarta  bergabung di Paramadina dan bersahabat dengan Nurchalis Madjid, setelah kembali ke Makassar memimpin PPs saya bersahabat dengan Prof. Quraish Syihab, Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat, dan Husni Djamaluddin. Khusus yang disebut terakhir begitu dekatnya sama dengan keluarga sehingga waktu melamar berangkat dari rumah beliau. Bersahabat orang baik sama dengan menemukan prosfek lebih baik di masa depan. Mohon maaf, jika ini dikisahkan dengan maksud agar bisa dicontoh hal yang positif. Saya lebih mudah rasanya mengisahkan pengalaman pribadi daripasa pengalaman orang lain.

Wasalam,
Kompleks GPM, 26 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (15)


Benarkah, tidur orang puasa adalah ibadah?

Ketika Rasullullah pada kesempatannya mengatakan bahwa tidur di bulan ramadhan adalah ibadah, banyak yang memperbanyak tidurnya di siang hari dengan alasan ibadah. Lebih baik tidur dari pada ngegosip, ngabuburead yang ngga jelas. Tidak salah tapi mengenai sabda Rasul, coba kita tanyakan ulang tidur yang bagaimana maksud Nabi? Takutnya sudah menganggap tidur kita itu sudah ibadah padahal malah menjadi tidur yang memakruhkan puasa.

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ 

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).

Kalau kembali pada tujuan luhur puasa yakni usaha menekan syahwat lahir, sementara tidur bagian dari syahwat lahir manusia, maka tentu yang dimaksud nabi adalah tidur yang berkualitas bukan tidur yang kita pahami pada umumnya sebagaimana tidur seperti biasanya. 

 موتوا قبل أن تموتوا
"Matilah sebelum kamu mati".

Di hadits ini terdapat dua kata mati. Tentu kata mati yang pertama dengan mati yang kedua berbeda. Pada kata pertama dalam hadits ini "Matilah" yang dimaksud disini adalah mati secara batin sementara kata "mati" yang kedua adalah mati secra fisik.

Kira-kira apa maksud Nabi menyuruh kita mati sebelum mati? Karena mati yang pertama bermakna batin maka yang dimaksud Nabi kira-kira adalah mematikan semua panca indra kita kepada hal-hal yang negatif. Mematikan pandangan untuk tidak melihat tontonan senonoh, mematikan telinga untuk tidak mendengar yang kurang baik, mematikan mulut untuk bercerita aib, mematikan tangan dan kaki menuju maksiat dan mematikan semua panca indra untuk tidak memuaskan nafsu syahwat kita.

Karena puasa adalah training menekan dan mematikan kemauan-kemauan negatif panca indra kita maka tidur yang dimaksud adalah menidurkan atau menghentikan segala aktivitas-aktivitas negatif indrawi kita. Orang sedang tidur sebenarnya sedang mengistirahatkan segala aktivitas indrawinya tetapi pada saat yang sama tidur pada posisinya memuaskan kenyamanan syahwat tidur. Tidak relevan apabila di bulan puasa memperbanyak tidur karena nilai perjuangan menekan syahwat tidur tidak dijalankan.

Selanjutnya, coba kita tanyakan kembali kualitas tidur kita di bulan ramadhan. Apakah tertidur karena puasa atau tidur karena kelaparan? Ataukah tidur kita karena ingin bermalas-malasan? Tentu tidur ini tidak memiliki nilai ibadah. Tidur karena kelaparan berarti tidur yang disebabkan karena nafsu sementara tidur orang yang berpuasa adalah tidur dengan tujuan istirahat untuk memperoleh kembali kekuatan menjalankan ibadah-ibadah lainnya, tidur semata-mata karena kehendak-Nya, serta tidur karena tagihan fisik yang sudah tidak sanggup lagi menahan kantuk.

Imam al-Ghazali menjelaskan:

بل من الآداب أن لا يكثر النوم بالنهار حتى يحس بالجوع والعطش ويستشعر ضعف القوي فيصفو عند ذلك قلبه

“Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumid Din, juz 1, hal. 246).

Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 15

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ طَاعَةَ الْخَاشِعِيْنَ وَ اشْرَحْ فِيْهِ صَدْرِيْ بِإِنَابَةِ الْمُخْبِتِيْنَ بِأَمَانِكَ يَا أَمَانَ الْخَائِفِيْنَ 

Artinya : Ya Allah, Mohon anugrahkan padaku di bulan ini dengan ketaatan orang-orang yang khusyu serta lapangkanlah dadaku dan dengan taubat orang-orang yang rendah diri. Dengan kekuatan-Mu. Wahai tempat berlindung bagi orang-orang yang ketakutan. 

SELAMAT JALAN BANG SYAM

Adi Arwan Alimin 

Innalillahi wainna ilaihi rajiun
Selamat jalan Kak Syamsuddin Idris. Beliau akrab dalam sapaan Bang Syam sebagai salah satu abang senior kami di Wonomulyo.

Saya mengenalnya sejak puluhan tahun lalu, saya seletting adiknya di SMP 1 Wonomulyo. Kami tetanggaan, rumah kami diantarai ledeng dan trans Sulawesi.

Sosok ini amat familiar. Selalu fokus pada isu apapun yang berkaitan kepentingan orang banyak. Jejak juangnya tercatat dalam proses perjuangan pembentukan Provinsi Sulawesi Barat, juga apa yang sedang ditunggu rakyat banyak: Kabupaten Balanipa.

Saya bersaksi Bang Syam Orang Baik. Telah menjadi Kakak, Sahabat bahkan sparring pada beberapa wacana kerakyatan. Bila dihitung-hitung rahimahullah lebih banyak menelepon ke saya, dibanding saya yang menghubunginya. Ini menandaskan beliau lebih care, lebih sayang. 

Saya bahkan sering membiarkanya memberi kritik diam-diam via telepon. Saya menganggapnya abang jadi patuh mendengarnya. 

"Jangan berhenti bergerak, lakukan sesuatu bagi kepentingan orang banyak." Dan, kita tidak pernah tahu selama ini rupanya dia banyak mengurusi anak-anak pesantren, dan masjid. 

Hari ini, setelah melewati sahur, Allah memanggilmu pergi saat matahari baru beranjak dari Syuruq. Bang Syam engkau hanya 'mudik" lebih awal Ramadan Ini. 

Di sini kami menangisi segala budi baikmu. 
Innalillahi abang Syam.

Mamuju, 25 Maret 2024
~DengAdi~

Minggu, 24 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (7)

By Ahmad M. Sewang

Sejak pertama kali
menginjakkan kaki di PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1986 sudah menggariskan sebuah kaidah sebagai pedoman hidup dalam beragama bahwa semua mazhab, aliran, dan organisasi dalam Islam sepanjang secara tulus berpegang pada al Quran dan hadis sebagai premis utama, mereka itu adalah saudara sesama muslim yang tidak bisa dikeluarkan dari Islam, sekali pun berbeda firqah. Menurut yang saya pahami sampai sekarang kaidah tersebut terus dikembangkan di PPs PTKIN seluruh Indonesia.

 Umat masih terperangkap dengan sekat-sekat sempit yang diciptakannya sendiri. Mereka menganggap dirinya sendiri dan kelompoknyalah paling benar, sedang kelompok lain tidak ada benarnya. Klaim kebenaran inilah membuat stagnan umat berabad-abad. Sebagai contoh, saya sendiri mengalaminya. Pernah dalam sebuah seminar saya mengutip pendapat seorang ilmuwan, Dr. Firanda Andirja Abidin, Lc., M.A., Alumni universitas Madinah, kemudian segera mendapat teguran dari salah seorang peserta yang justru sudah menyandang gelar professor riset. Alasaannya,  melarang mengutip ilmuwan itu karena dia berfaham Wahhabi. Menurut saya, tidak semua ajaran Wahabi negatif yang harus dihindari, tetapi sebaliknya ada pula positif. Di antara jasa besar Dr. Firanda adalah satu-satunya orang Indonesia dipercaya pemerintah Arab Saudi membawakan pengajian di Masjid Nabawi dalam bahasa Indonesia, dan membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa ke dua di Arab Saudi. Saya mengenal beliau ketika di Madinah. 

Karena itu umat harus memiliki kemanpuan selelktif kepada pendapatnya yang positif. Pendapatnya yang negatif tentu tidak perlu diterima. Sebaliknya tidak semua  pendapat kelompok sendiri lebih baik dibanding dengan yang lain. Bahkan pendapat sendiri bisa ditolak jika membawa mudarat atau bikin  keonaran dalam masyarakat. Masih ada sebagian masyarakat muslim lebih leluasa mengutip pendapat ilmuwan non Muslim daripada sesama muslim sendiri hanya karena beda mazhab. Seperti saya temukan pada sebuah komunitas Muslim Indonesia di pinggiran kota Melbeurne, Australia. Mereka sengaja kami datangi bersama Zamahsary Dzafir dan kawan-kawan lainnya. Komunitas tersebut sementara mengajarkan Tafsir al Misbah, karya Prof. Quraish Shihab. Ketika saya tanyakan kelebihan dan kekurangan tafsir itu. Menurutnya, kelebihannya terletak pada bahasa yang digunakan, lebih mudah diterima masyarakat Muslim Indonesia di Melbourne, tetapi kekurangannya, karena penafsirnya banyak mengutip pendapat al-Tabataba'i, sedang at-Tabataba'i adalah penganut mazhab Syiah. Namun, setelah saya tanyakan pada Prof. Quraish Syihab setiba di Indonesia, beliau menjawab, kenapa jika mengutip pendapat Plato, Agustinus dan Goerge Sarton tidak dimasalahkan? Mendengar itu, saya terdiam tak menjawab. Seperti halnya, di Unhas saya sering diundang menguji di universitas ini. Mereka sering mengutip pandangan Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Ibn Khaldun. Bagi Unhas pendapat siapapun yang relevan harus diakomodir, tetapi sebaliknya, walaupun pendapat sendiri jika tidak relevan, apalagi bikin kacau masyarakat, maka hindari jangan dikutip.

Mengutip pendapat mazhab lain bukan berarti sesuatu yang terlarang, seperti mengutip pendapat non muslim langsung menjadi non muslim juga, melainkan menunjukkan keberanian menembus batas demi memperluas wawasan, seperti pendapat Prof. Quraish Shihab, "Semakin luas wawasan seseorang ilmuan berbanding lurus dengan sikap keterbukaan dan ketidakfanatikan pada seseorang." Ini juga menunjukkan kebesaranng hati dan penghormatan pendapat sesama muslim walau beda mazhab. Ketiga, pendapat lain dikutip karena dianggap lebih relevan dan lebih kontektual. Terkadang ada sebagian orang karena fanatik pada paham mazhabnya, membuat mereka terperangkap pada sekat-sekat sempit yang diciptakannya sendiri. Sehingga mereka tak peduli lagi pada pandangan ulama lainnya. Grand al Azhar, Pimpinan Pusat Muhammadiah, Prof. Din Syamsuddin dan almarhum mantan Ketua PB NU, KH Hasyim Muzadi serta 150 ulama se dunia, mereka ikut menyetujui risalah Amman. Salah satu  keputusannya bahwa tidaklah adil jika melakukan generalisasiasi pendapat satu kelompok kecil dari Sunni atau Syiah, kemudian dinisbahkan secara keseluruhan ke seluruh mazhab itu. Inilah sebuah kesalahan fatal dan salah satu faktor rumitnya membangun persatuan umat.

Keengganan bergabung secara struktural pada organisasi mainstream dimaksudkan agar bisa menjadi media untuk mempersatukan umat walau pada skala kecil seperti IMMIM. Sebagai mantan ketua umum  DPP IMMIM saya telah berusaha menghimpun anggota tanpa memandang latar belakang mereka. Bahkan saya bisa menikmati bergaul dengan sahabat-sahabat yang berbeda latar belakang organisasi tersebut. Saya pun patut bersyukur karena keinginan itu saya bisa inpelementasikan dengan menulis sebuah buku di tengah  era masih timbulnya perbedaabn. Buku itu berjudul, "Persatuan Islam dan Saling Menghargai Perbedaan." Buku itu berkesimpulan kita hanya bisa bersatu bila siap menghargai perbedaan dalam masalah furu'. Sebab perbedaan semacam ini adalah sunatullah, sebuah kekayaan dan rahmat untuk umat. dalam usaha berfastabiqul khaerat. Karena itu organisasi Islam mana pun mengundang saya dalam pengembangan Islam saya hadiri. Saya pernah diundang di kantor NU Wilayah untuk berbicara pengembangan dakwah ke depan dan saya pun penuhi. Sekarang saya diundang jadi dosen PPS, pembina mata kuliah Studi Peradaban Islam di Universitas Muhammadiyah Makassar. Saya pun menjalankan tugas itu dengan senang hati. Jadi dalam masalah akademik pasti saya penuhi pada setiap undangan, termasuk undangan seminar di HMI walau tidak pernah di kader di organisasi ini. Beberapa tahun lalu saya diundang berceramah di Unismu dan juga saya ladeni.

Akhirnya, setelah saya pulang kampung saya melihat sudah banyak perubahan yang terjadi. Sejalan dengan berjalannya waktu dan perubahan zaman. Semakin panjang bentang waktu melihatnya, semakin banyak terlihat perubahan itu. Kehidupan di kampung sudah hampir sama dengan di kota. Bahkan tidak lagi seragam paham keagamaan, tetapi sudah mulai transisi ke arah beraneka ragam. Hal ini karena sudah mulai beberapa keluarga anaknya dikirim ke kota untuk belajar. Mereka ini yang membawa paham baru ke kampung. Muhammadiyah yang dianggap paham sesat dahulu sudah mulai dianggap sebagai teman bersama mencari kebenaran. Dalam ilmu sosial dikatakan, "Tidak ada yang tetap di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri." Dalam QS al-Rahman, 26-28, dikatakan,-
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan  yang manakah yang kamu dustakan?
 Dalam ilmu budaya agama pun mengalami perubahan. Saya masih ingat waktu anak-anak, belum ada jam, radio, apa lagi tv. Beragama atau berpuasa berpedoman pada tanda-tanda alam, misalnya berbuka jika ayam sudah naik di praduan pertanda bahwa matahari sudah terbenam. Demikian pula kalau fajar sudah terbit ditandai jika ayam sudah mulai berkokok. Beragama ke depan akan mengalami perubahan.

"Sebagai tanda syukur pada-Mu ya Allah saya ingin mengucapkan terima kasih,
1. Engkau telah membukakan jalan untuk studi dan reset sampai di manca negara dan bertemu aneka macam pendapat, manusia yang cukup berarti dan memperkaya khazanah dalam menjalani samudra kehidupan. Saya berkeyakinan, andai bukan karena kehendak-Mu saya tetap tinggal di kampung seperti masyarakat kebanyakan niscaya saya akan jadi terlibat dalam professi sebagai nelayan atau petani.

2. Sebagai hamba, sepertinya merasa malu memohon lagi sesuatu yang bersifat duniawi pada-Mu, seperti panjang umur sebab jangan sampai dianggap sebagai hamba tak tahu diri dan tak tahu bersyukur, seperti Engkau firmankan secara berulang-ulang dalam QS  al-Rahman, 
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.

Wassalam,
Makassar,  25 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (14)


Puasa sebagai Obat Psikologis-Biologis

Puasa adalah rukun keempat dalam Islam setelah syahadat, shalat dan zakat. Puasa hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman sebagaimana panggilan Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa"._ Perintah untuk berpuasa ini pun telah diperintahkan Allah dari kaum terdahulu _"sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu"_ dengan tujuan _"agar kamu bertakwa". Itulah kata Allah pada surah al-Baqarah ayat 183 itu. Puasa untuk orang yang beriman dengan tujuan agar tingkat keimanannya bertambah sampai pada level takwa. Berdasarkan ayat tersebut, bahwa beriman belum tentu bertakwa oleh karenanya perintah puasa agar kita bertakwa.

Selain efek psikologis dari berpuasa (untuk takwa), puasa juga menuju kesehatan biologis, kesehatan untuk tubuh yang berpuasa.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ٱلَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّىٰكَ فَعَدَلَكَ
"Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang," (QS. Al-Infitar 82: Ayat 7)

Bisa saja kita menganggap bahwa puasa itu menyiksa karena menahan lapar dan haus akan tetapi dibalik dari lapar dan haus terdapat hikmah yang sangat dahsyat. Sebagaimana pada surah al-Infitar diatas Allah telah menjadikan tubuh manusia seimbang maka puasa termasuk salah satu cara Allah untuk tetap menyeimbangkan kondisi fisik atau tubuh manusia.

Dalam ilmu kedokteran, terdapat istilah Homeostasis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), homeostasis adalah keadaan dalam tubuh suatu makhluk hidup yang mempertahankan kosentrasi zat dalam tubuh. Menurut Agus Mustofa (penulis puluhan buku best seller) menjelaskan bahwa homeostasis merupakan mekanisme otomatis yang ada dalam tubuh manusia, ketika tidak seimbang akan gampang terserang penyakit. Beliau memberikan contoh terkait dengan homeostasis seperti ketika seseorang menggigil karena kedinginan maka tubuh akan bereaksi panas begitu pun sebaliknya ketika panas, tubuh akan bereaksi mengeluarkan keringat untuk menetralisir panas tersebut atau ketika seseorang kekurangan makanan maka reaksi perut akan lapar. Inilah sistem kerja homeostasis menurut pandangan beliau.

Apa saja yang menyebabkan ketidakseimbangan makanan dalam tubuh manusia? menurut beliau, diantara penyebabnya adalah makanan yang masuk kedalam tubuh terlalu banyak, terlalu sering makan dan jenis makanan yang tidak baik. Islam telah menjelaskan tatacara makan yang baik sebagaimana dalam surah al-a'raf.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 31)

Pertama, makan berarti memasukkan benda padat kedalam perut, kedua minum berarti memasukkan cairan dalam tubuh, ketiga jangan berlebih-lebihan yang berarti menyisakan rongga dalam perut untuk udara. Artinya minum untuk mencairkan makanan yang telah dimakan dan tidak berlebihan agar sistem kerja lambung berfungsi secara baik. Makan ibarat pabrik pembuatan jalan dengan pengecoran, apabila pabrik pembuatan jalan tersebut terlalu dipenuhi benda padat tanpa campuran air maka kemungkinan pabriknya akan rusak.

Berikutnya, menurut Agus Mustofa secara garis besar terdapat tiga tahap mekanan itu diolah dalam tubuh manusia, yaitu melalui mulut yang berfungsi sebagai pemecah makanan (amilase) dengan bantuan air liur, berikutnya melalui lambung yang berfungsi membunuh bakteri yang tersisa dari mulut (asam lambung) dan juga berfungsi untuk memecah makanan lebih kecil yang disebut dengan glukosa (amilase), yang terakhir adalah usus halus yang diedar ke seluruh tubuh yang telah diserap dengan darah sebelumnya.

Menurut para ahli bahwa munculnya banyak penyakit pada fisik manusia disebabkan karena banyaknya makanan yang dikonsumsi. Untuk itu, sebagaimana penjelasan diatas maka puasa selain berfungsi untuk meningkatkan level iman ke level takwa juga berfungsi untuk membersihkan saluran pencernaan yang terlalu banyak makanan yang telah kita masukkan kedalam tubuh sebelumnya dengan kata lain puasa menyembuhkan penyakit psikologis (penyakit dalam) juga menyembuhkan penyakit biologis (penyakit luar) pada diri manusia. Wallahu a'lam bisshowab.

(Dari buku Wisdom of The Moment: Usman Suil)

Doa hari ke 14

اَللَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِيْ فِيْهِ بِالْعَثَرَاتِ وَ أَقِلْنِيْ فِيْهِ مِنَ الْخَطَايَا وَ الْهَفَوَاتِ وَ لاَ تَجْعَلْنِيْ فِيْهِ غَرَضًا لِلْبَلايَا وَ الآفَاتِ بِعِزَّتِكَ يَا عِزَّ الْمُسْلِمِيْنَ

Artinya : Ya Allah! Mohon Janganlah ENGKAU tuntut dari kami di bulan ini semua kesalahan yang aku lakukan. Hapuskan seluruh kesalahan dan kebodohanku. Hindarkan aku dari bencana dan malapetaka. Demi kemuliaan-MU, Wahai sandaran Kemulian kaum Muslimin.

Sabtu, 23 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (13)


Peperangan Dua Kubu

Manusia tidak pernah berhenti bergerak untuk selalu mengindentifikasi kesempurnaanya sebagai makhluk yang sebaik-baiknya ciptaan. Namun karena manusia adalah gabungan dari jasmani dan ruhani maka geraknya pun ada yang bersifat metafisik dan kadang-kadang bersifat jasmani (fisik). Atau mungkin gerak pada tujuan jasmani lebih dominan sehingga berputar-putar pada masalah tujuan jasmani bukan tujuan ruhani.

Manusia adalah tempat berperangnya dua kutub yang saling berlawanan, yaitu jasmani dan ruhani. Perbedaan dari keduanya dapat dilihat dari tujuannya masing-masing. Tubuh yang dimiliki manusia adalah tempat gerak jasmani dan di dalam tubuh manusia ada jiwa sebagai tempat gerak ruhani. Pada dua kubu ini masing-masing memilki wilayah kekuasan. Keduanya selalu siap berperang untuk saling merebut dan memperluas kekuasaannya. Nafsu sebagai pemimpin fisik sementara jiwa dipimpin oleh hati atau fitrah. Keduanya memiliki penasehat yang sama yang berusaha bersikap netral tapi kadang-kadang menghianati satu diantara keduanya, ia adalah akal.

Akal adalah bahan jiwa menuju Allah namun juga kadang-kadang berperang sebagai bahan hawa nafsu untuk menjauh dari-Nya. Akal yang apabila disetir oleh hawa nafsu akan menjadi petunjuk jalan memperlancar kehendak hawa nafsu pada saat yang sama akal juga berperang sebagai petunjuk menuju Allah ketika yang meguasainya adalah hati. Dengan akal, hawa nafsu mampu menyerap sifat setan dan juga dengan akal, hati mampu menyerap unsur ketuhanan. Dengan kata lain, akal menjadi rebutan antara dua kubu besar yakni kubu hawa nafsu dan kubu hati.

Sebagai ilustrasi, dalam persidangan perceraian misalnya. Perdebatan antara suami istri memperbutkan hak masing-masing maka akal disini berperang sebagai pengamat. Ia senantiasa berada pada yang benar jika ia mampuenghalangi dirinya dari suap menyuap. Tapi ketika tidak maka ia akan menjadi lawan kebenaran. Artinya, akal tidak tertutup kemungkinan mengalami penyimpangan dan membela yang salah apabila tidak disuplai dari ilmu pengetahuan yang baik.

Oleh karena itu, akal membutuhkan pengetahuan terkait dengan hawa nafsu, seperti apa ia dan bagaimana wataknya dalam diri manusia. Akal mempunyai kewajiban untuk mengetahui peran positif negatif hawa nafsu serta dengan ciri-cirinya karena ia mampu membangun sekaligus meruntuhkan kehidupan manusia.

Nabi Saw bersabda: "Sekiranya anak cucu Adam mempunyai dua lembah emas, niscaya dia masih berhasrat pada lembah yang ketiga." Hadits Nabi ini memberikan satu petunjuk bahwa sifat atau watak hawa nafsu itu ekspansif (luas). Hawa nafsu yang apabila disuap satu kali akan meminta dua kali, tiga kali, seterusnya dan seterusnya. Tintutan hawa nafsu yang brrsifat mutlak ini mengakibatkan tidak memilki akhir pemuasan. Semakin mencoba untuk dipuaskan ia akan semakin memiliki banyak tuntutan untuk dipuaskan. Arti kata, ia tidak memilki batasan kepuasan.

Keinginan yang dilandasi gerak hawa nafsu mendesak seseorang untuk cepat-cepat memiliki apa yang menjadi keinginannya tersebut. Artinya selain ekspansif, hawa nafsu juga memiliki daya gerak cepat. Lihatlah pemerkosaan terjadi karena si pelaku didesak oleh nafsu syahwatnya untuk menuruti keinginannya pada seksual. Syahwat tidak akan memperhitungkan pada sah atau tidaknya karena yang ia lihat adalah bagaimana pemenuhannya dapat terpenuhi secepat mungkin. 

Ungkapan menarik dari Amirul Mukminin Ali bin AbibThalib, "Dosa-dosa syahwat tak ubahnya kuda liar yang terlepas kendalinya, ia akan dengan kencang melarikan pengendaranya ke neraka. Ketahuilah takwa adalah pengendara yang patuh. Pengendaranya dengan santai dapat memegang kendali dan ia akan membawanya masuk surga." 

Sudah jelas bahwa puasa diperintahkan sekurang-kurangnya mempersempit wilayah kekuasaan hawa nafsu sekaligus memperlambat pengendaranya menuju ke neraka. Puasa menjadi tali pengikat keliaran syahwat. Puasa adalah jalan menuju takwa agar kemudian kendaran takwa menjadi wasilah menuju surga-Nya. Wallahu a'lam bisshowab.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ  فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggal (nya)." (QS. An-Nazi'at 79: Ayat 40-41)

Doa Hari ke 13

اَللَّهُمَّ طَهِّرْنِيْ فِيْهِ مِنَ الدَّنَسِ وَ الْأَقْذَارِ وَ صَبِّرْنِيْ فِيْهِ عَلَى كَائِنَاتِ الْأَقْدَارِ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِلتُّقَى وَ صُحْبَةِ الأَبْرَارِ بِعَوْنِكَ يَا قُرَّةَ عَيْنِ الْمَسَاكِيْنِ

Artinya : Ya Allah! Mohon sucikanlah diri kami di bulan ini dari segala nista dan perbuatan keji. Berilah aku kesabaran atas apa yang telah Engkau tetapkan. Anugerahkan kepada kami ketakwaan dan persahabatan dengan orang-orang yang baik dengan pertolongan-MU, Wahai cahaya hati orang-orang yang miskin.


Jumat, 22 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (6)

By Ahmad M. Sewang

Biasanya saya istirahat menulis pada akhir pekan, sebagai mana halnya kantor berita yang saya ikuti. Tetapi khusus hari ini saya tetap menulis, sebab hari ini bersamaan hari haul Darwis Hamsa yang saya singgung di akhir tulisan.

Saat studi di S1 Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar.  Sikap saya berbeda ketika di Polewali. Kecuali  aktivitas sebelumnya yang tetap saya teruskan, yaitu megikuti kegiatan pengajian kitab kuning sebagai pesan kiyai saya di kampung, seperti akttif pengajian di Masjid Raya Makassar dan Pasar Terong, K.H. Mustari, Makassar di samping rutin mengikuti kuliah. Di Makassar tidak lagi ikut pada organisasi mainstamen Islam, kecuali hanya aktif mengikuti kegiatan ormas Islam yang independent. Saya tidak ikut di NU, Muhammadiyah dan SI. Saya hanya aktif di pengajian Aqsha, Remaja Masjid dan di IMMIM. Saya masuk di IAIN Makassar tahun 1973. Jika dibuat dalam bentuk perangkatan, saya masuk angkatan ke dua setelah angkatan pertama dari Mandar sebagai as Sabiqunal Awwalun. Dari Pambusuang yang masuk angkatan pertama: Baharuddin Lopa yang mulai kuliah di Unhas tahun 1955, Basri Hasanuddin, dan Muchtar Husein. Zaman itu termasuk zaman kesulitan. Mandar masih dikuasai 7.10 dan gerombolan bersenjata. Tetapi siapa pun yang lolos dari seleksi alam dalam studi akan langsung kerja. Saya sendiri termasuk angkatan kedua dari Pambusuang. Mulai saat itu sudah ada beberapa generasi muda kampung yang pergi studi. Bisa dilihat teman SR atau Ibtidaiyah berapa yang lanjut ke Sanawiah, dan berapa lagi yang lanjut SP IAIN dan yang bisa melanjutkan ke IAIN dari sini berapa orang seangkatan yang lanjut ke Pascasarjana dan berapa orang yang bisa jadi Guru Besar. Dari sini saya bersyukur jika saya kemukakan ini semata-mata   فامابنعمة ربك فحدث  bukan sebuah kesombongan:
1. Kamilah professor pertama di UIN Alauddin suami isteri.
2. Saya termasuk orang pertama yang bisa menyelesaikan biografi dan auto biografi di UIN Alauddin Makassar.
3. Saya juga bersyukur karena termasuk al-sabiqunal awwalun menginjakkan kaki di lima benua di dunia.
4. Saya juga termasuk di antara keluarga yang Assabigunal Awwlun melakukan perkawinan exogami. Sebelumnya perkawinan umumnya indogami mengingat pergaulan masih terbatas. Sedang pergaulan keluar terbatas karena dibatasi oleh transfort yang belum semaju seperti sekarang. Bergaul di luar suku penuh kecurigaan. Beberapa orang selalu menyuruh berhati-hati, misalnya hati-hati ke Mamuju sebab mereka punya guna-guna bikin lembek kepala atau jangan ke Papua nanti di makan, mereka pemakan manusia. Dahulu perkawinan ideal adalah sepupu. Sekarang tidak ada lagi kecurigaan semacam itu, pergaulan tambah meluas pergi studi ke mana saja, ketemu orang yang berbeda suku bisa saja kawin. Dan perkawinan lebih didominasi oleh yang bersangkutan, jika dahu didominasi keluarga. Bahkan ada kecenderungan perkawinan masa kini exogami setelah pergaulan semakin meluas. Sebagai contoh perkawinan antara negara, Prof. Dr. Andi Faisal kawin dengan muslimah Prancis setelah sama-sama studi di negara Ganada.

Saya bermukim di Belanda untuk riset selama satu tahun  di Leiden, dan naik haji pertama saya bersama isteri justru dari Belanda. Sebulan penuh riset di Mesir, seminggu short riset di Melbourne, Australia.
 Karena itu ketika saya tiba di Ibu kota dunia, New York, AS, saya langsung bersyukur dan berterima kasih pada Allah swt. dengan berkata dalam hati, "Saya dilahirkan di kampung bersahaja dan bisa menyaksikan Ibu Kota Peradaban Dunia, tempat berkantor PBB, andai saya lahir di New York, mungkin s⁰aya tidak pernah tahu budaya bersahaja di kampung.

Setelah diangkat sebagai PNS dan diutus melanjutkan sekolah di Pascasajana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari sini saya mendapat pengetahuan baru dan berpendapat, "Semua paham fikih dan teologi yang muncul dalam sejarah adalah Islam selama mendasarkan diri pada al-Quran dan Hadis dengan tulus." Paham inilah yang saya bawa melanglang buana ke manca negara. Lima benua di dunia ini sudah saya tempati untuk belajar paling kurang 14 negara saya telah lewati. Saya telah menulis buku khusus tentang in dengan judul, "Rihlah ke Mancanegara." Ketika saya tiba di air port New York sebagai Ibu kota Dunia, di sana saya bersyukur pada Allah swt. sambil berdoa, "Ya Allah saya berterima kasih pada-Mu sebab saya lahir di kampung bersahaja, kemudian Engkau telah membuka mata dan hati saya melihat peradaban dunia begitu kaya dan luas bahkan pernah hidup di Leiden, Belanda, selama satu tahun. Bayangkan, jika saya tetap di kampung mungkin tetap berpaham konservatif tradisional dalam beragama. Sebaliknya, andai kata saya lahir dan hidup di New York sebagai pusat peradaban dunia, sudah pasti saya tidak paham kehidupan kampung yang bersahaja." 

Berhubung karena ada Haul Darwis Hamsa hari ini di Pesantren Jareje Pambusuang, maka kesempatan ini saya akan menyinggung sepanjang yang saya ketahui. Selama studi di Polewali saya banyak berinteraksi dengan beliau, beliau tempat bertanya apa yang tidak diketahui. Darwis Hamsa memang tidak banyak disinggung sebelumnya karena tempat kelahirannya masih kontroversi; apakah lahir di Pambusuang atau di Pulau Sabaru? 

Yang jelas beliau termasuk tokoh yang terhormat. Darwis Hamsa Ketua Partai Syarikat Islam cabang Polmas sekaligus ketua cabang IMMIM Polmas, bahkan sebagai pernah saya singgung tempat saya pelatihan SEPMI di Polewali. Beliau Pimpinan cabang PSI Cabang Polmas adalah lanjutan Syarikat Mandar yang didirakan para pedagang Mandar yang berdagang sampai di Padang yang documen photonya masih bisa disaksikan tahun 1923. Abdul Muis Pimpinan SI Pusat Jakarta duduk di tengah-tengah di kelilingi para pedagang asal Mandar, yaitu dari Pambusuang, Karama dan Tangnga-Tangnga. Barangkali photo itu masih bisa ditemukan di rumah almarhum annaguru Hawu. Photo docomen itu sangat penting dan memiliki nilai sejarah.

Ketika saya kuliah di Jakarta saya ketemu lagi almarhum Darwis Hamsa dan beliau bekerja di Pusat Lembaga Pembangunan milik Adi Sasono. Di Jakarta beliau bergabung paguyuban asal dari Lambanan di sana beliau  mengatur pelaksanaan dakwrahnya. Dari sini beliau selalu menempatkan diri orang yang bermanfaat. Dalam suasana demikian muncul  pertanyaan besar? Mengapa orang Mandar yang tergabung dalam Syarikat Islam rata-rata orang cerdas, seperti Darwis Hams, Basri Hasanuddin, Rahmat Hasanuddin, Makmun Hasanuddin, Andi Mappatunru, dan Husni Djamaluddin?

Wasalam,
Kompleks GPM, 23 Maret 2024

TENTANG ZAKAT FITRAH

Do'a niat membayar dan menerima zakat fitrah.

1- Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri
#Bismillahhirohmaanirrohiim.

نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِىْ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN NAFSII FARDLOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah pada diri saya sendiri, fardhu karena Allah Ta'ala.

2- Niat Zakat Fitrah untuk Istri.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجَتِيْ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN ZAUJATII FARDHOL LILLAATI TA'AALAA
Artinya : Saya niat mengeluarkan zakat fitrah atas istri saya fardhu karena Allah Ta'ala.

3- Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ وَلَدِيْ... فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN WALADII (Sebutkan Nama Anaknya) FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak laki-laki saya (sebut namanya) Fardhu karena Allah Ta’ala.

4- Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ بِنْتِيْ... فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN BINTII (Sebutkan Nama Anaknya) FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak perempuan saya (sebut namanya), fardhu karena Allah Ta’ala.

5- Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِّىْ وَعَنْ جَمِيْعِ مَا يَلْزَمُنِىْ نَفَقَاتُهُمْ شَرْعًا فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'ANNII WA'AN JAMII'I MAA YALZAMUNII NAFAQOOTUHUM SYAR'AN FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Saya niat mengeluarkan zakat atas diri saya dan atas sekalian yang saya diwajibkan memberi nafkah pada mereka secara syari’at, fardhu karena Allah Ta’aala.

6- Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ (…..) فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN (Sebutkan nama orangnya) FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Niat saya mengeluarkan zakat fitrah atas (sebut nama orangnya), Fardhu karena Allah Ta’ala.

7- Doa Ketika Menerima Zakat.

آجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَبَارَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُوْرًا
AAJAROKALLAAHU FIIMAA A'THOITA WABAAROKA FIIMAA ABQOITA WAJA'ALAHU LAKA THOHUURON
Artinya : Semoga Allah memberikan pahala kepadamu pada barang yang engkau berikan (zakatkan) dan semoga Allah memberkahimu dalam harta-harta yang masih engkau sisakan dan semoga pula menjadikannya sebagai pembersih (dosa) bagimu.

''Allahumma shalli 'ala Sayyina Muhammad wa'ala Ali Sayyidina Muhammad.

Ya Allah sampaikan sholawat kmi kepada Rasulullah, dan semoga kebaikan,amal ibadah puasa kita di terima Allah Subhanahu Wat'ala.
Aamiin Yarabbal'alaamiin.

MAMUJU ETNIC || Tintilingang Sang Jawara

Dalam tradisi lisan masyarakat Mamuju kita sering mendengar nama Tintilingang yang menjadi sosok legenda Tobarani (jagoan) dari bumi Manakarra ini. Namanya yang kini diabadikan sebagai nama salah satu jalan di lingkungan Kasiwa di Kelurahan Binanga Kecamatan Mamuju ini bagi masyarakat penduduk asli Mamuju pasti pernah mendengar dan tahu bagaimana kisah kehebatan Sang Jawara tersebut. 

Dikisahkan bahwa sosok Tintilingang ini berpostur tubuh kecil dan berkulit hitam dan memiliki kesaktian yang tinggi dan merupakan pendekar tak tertandingi dikalangan Tobarani dikerajaan Mamuju. Tidak banyak informasi tentang sosok ini hidup di masa siapa raja yang berkuasa saat itu, kuat dugaan bahwa beliau hidup di masa kejayaan kerajaan Mamuju yaitu Maradika Tomatindo disambayanna atau Lasalaga di tahun 1500.M. 

Tintilingan hanyalah nama gelar yang disandangkan padanya yang berarti "PanTinting Talingang" yang diartikan dengan "orang yang menenteng telinga", digelar dengan Pantinting Talinga karena dikisahkan bahwa setiap telinga musuh musuh yang dikalahkan dalam perjalanannya akan dipotong dan diikat pada seutas tali dari kulit kayu kemudian dibawa pulang ke Mamuju sebagai pembuktian kepada Maradika Mamuju bahwa baginya tidak satupun jagoan mulai dari kerajaan Gowa sampai ketanah Mandar yang mampu menandingi kesaktiannya. 

Diceritakan bahwa suatu saat dimasa itu Raja Mamuju diundang oleh raja Gowa untuk datang menghadiri suatu gelaran adat di Kerajaan Gowa dan raja Mamuju pun berniat datang menghadirinya dengan membawa serta beberapa punggawa dan anggota keluarga kerajaan. 

Dan sebagai seorang punggawa kerajaan tentunya Tintilingang tidak mau ketinggalan untuk hadir, namun keinginannya itu tidak mendapat restu dari raja karena raja tahu bahwa Tintilingang punya sifat tempramen dan suka berkelahi dengan siapapun yang dianggapnya sok jagoan. Alhasil raja pun menolak Tintilingan ikut dalam rombongan tersebut.

Singkat cerita rombongan kerajaan Mamuju pun telah sampai dipelabuhan Gowa dengan perahu besar beserta Punggawa dan keluarga kerajaan, tapi alangkah kagetnya mereka tiba tiba sesosok manusia melompat keluar dari bawah buritan perahu yang tak lain adalah Tintilingang. Raja dan anggota kerajaan lainnya kaget dan heran melihat keberadaannya yang tiba tiba muncul dari bawah perahu tersebut, raja tentu saja marah dan mengingatkan Tintilingang untuk menjaga kehormatan kerajaan Mamuju dengan tidak berbuat sesuatu yang bisa merusak hubungan dengan kerajaan Gowa.

Melihat kehadiran Tintilingang dikerajaan Gowa para jagoan dan pendekar Gowa yang telah mendengar ketenaran Tintilingang ini ingin mencoba bertarung dengannya. Mereka berupaya menggoda Tintilingang dengan berkokok layaknya ayam jago yang bermakna isyarat untuk memancing siapapun untuk masuk arena untuk berduel jika ada yang menyahuti kokokan itu. Para punggawa kerajaan Mamuju dan berapa undangan dari kerajaan kerajaan lain tahu makna kokokan dari jagoan Gowa tersebut. Punggawa dan jagoan kerjaan Mamuju tidak mau terpancing dan berusaha menahan diri agar tidak terprovokasi dan berusaha menenangkan Tintilingang agar tenang dan bersabar. Semakin lama kokokan sang pendekar pendekar dari kerajaan Gowa ini membuat Tintilingang tak mampu menahan diri lagi, dengan suara lantang ia pun membalas kokokan tersebut. Semua undangan kaget dan tahu bahwa tidak lama lagi pasti terjadi pertarungan duel antar jagoan ini, dan benar saja akhirnya pertarunganpun terjadi.

Alhasil jagoan kerajaan Gowapun tumbang ditangan Tintilingang dan ini membuat raja Mamuju semakin murka melihat kelakuan Tintilingang yang telah mencoreng kehormatan raja Mamuju di gelaran adat yang seharusnya penuh dengan kedamaian. Namun raja Gowa menganggap itu hal yang pantas bagi jagoannya karena telah lebih dulu memancing situasi jadi kacau balau. Raja Mamuju akhirnya menghukum Tintilingang agar tidak ikut dalam perahu dalam perjalanan pulang ke Mamuju, sebagai hukuman Tintilingang harus berjalan kaki lewat darat jika ingin kembali pulang ke Mamuju seorang diri, dan harus membawa potongan telinga setiap jagoan dari kerajaan lain untuk membuktikan kasaktian dan keberanian yang dimilikinya. Lama berselang kemudian telah tersiar kabar akhirnya sang jagoan ini telah tiba di tanah Mamuju kembali.

Dan tentunya kedatangannya juga untuk membuktikan kepada Maradika (raja) Mamuju bahwa dia telah berhasil pulang dengan membawa seuntai telinga yang telah dipotong untuk membuktikan kesaktian dan keberanian Tintilangan Sang Jawara dari tanah Mamuju tidak tertandingi siapapun saat itu. (Arman Husain2018).

Sumber : informasi dari penutur yang dapat dipercaya. Kisah ini ditulis bukan maksud apapun melainkan sebagai upaya pelestarian budaya dan sejarah di Mamuju, adapun jika cerita dari versi kami ada kekeliruan mohon untuk dikoreksi. Wassalam..

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (12)


Puasa Menyingkap Tiga Perkara Gaib

Singkatnya, gaib adalah apa yang luput dari indra kita, tidak dapat dilihat oleh mata meskipun hati meyakininya. Beriman pada perkara gaib merupakan bagian dari orang yang bertakwa sebagaimana kata Allah dalam firman-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلۡمُتَّقِينَ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَٰوةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ

"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2-3)

Spectrum otak kita terkontaminasi otomatis ke jin, setan atau makhluk abstrak lainnya ketika mendengar kata gaib. Penulis mencoba memaknai kata gaib disini lebih kepada gaib abstrak akhlaki bukan gaib abstrak makhluk yang mempunyai sosok yang menakutkan.

Puasa dilakukan sebagi energi untuk menghidupkan hati, meningkatkan kesensitifan spritual. Dengan puasa perhatian kepada hal-hal yang tersembunyi seperti iri, dengki, sombong, tamak dan sifat buruk lainnya akan menjadi penyebab hidupnya hati seseorang. Seribu lebih baik memerhatikan aib diri dari pada mengintip keburukan-keburukan orang lain.

Dalam kitab Al-Hikam Ibnu Athaillah Assakandari berkata: "Perhatianmu untuk mengetahui aib-aib yang tersembunyi dalam dirimu adalah lebih baik daripada perhatianmu menyingkap perkara gaib yang tersembunyi darimu." Banyak dari kita selalu disibukkan untuk mengetahui perkara tersembunyi dari orang lain. Mencari-cari aib orang lain adalah perkara yang dapat menyebabkan matinya hati.

Banyak orang yang melakukan ibadah puasa misalnya puasa hari senin-kamis, puasa patih geni, puasa mutih hanya untuk dapat menyingkap perkara gaib. Padahal tujuan puasa sebenarnya untuk menyingkap perkara gaib akhlaki, adapun perkara gaib makhluk abstrak seperti malaikat hanyalah bonus. 

Menyadari aib diri sendiri tentu lebih baik dari pada kemampuan melihat malaikat. Kemampuan melihat aib diri yang tersembunyi (gaib) tentu lebih baik daripada kemampuan dapat melihat takdir atau masa depan seseorang, karena akan menjadi penyebab rusaknya hati seperti munculnya rasa sifat sombong, merasa lebih baik dari yang lain.

قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُ ۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٍ يُؤۡمِنُونَ

"Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 188)

Wahab bin Munabbah meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang laki-laki dari bani israil melakukan ritual puasa selama tujuh tahun berturut-turut. Dalam setahunnya membatalkan puasanya hanya enam hari. Setelah tujuh tahun berlalu, lelaki tersebut memohon kepada Allah agar dapat mengetahui seberapa besar kekuatan setan menguasai manusia. Namun permintaannya itu tidak kunjung dikabulkan.

Lelaki itu pun berkata: sekiranya tujuh tahun itu aku gunakan untuk mengoreksi seberapa besar kesalahan dan dosaku kepada tuhanku, maka niscahya hal itu akan lebih baik untukku dari pada apa yang aku cari selama ini.

Tida lama kemudian setelah ucapannya itu, Allah mengutus malaikat dan berkata kepada lelaki itu: "Allah mengurusku untukmu dan mewahyukan bahwa ucapan yang engkau ungkapkan belum lama ini lebih baik dari pada ibadah puasa yang kau lakukan selama ini Allah juga telah membukakan mata hatimu, lihatlah sekelilingmu!!!".

Betapa terkejutnya lelaki itu sebab iblis dan setan bertaburan dimana-mana, segala penjuruh arah dan tempat. Tidak hanya itu, ia juga terperangah karena tidak ada satupun manusia kecuali di sampingnya terdapat setan-setan seperti halnya lalat. Kemudian malaikat pun berkata lagi: "Tuhan mana yang akan menyelamatkan dari hal ini?"

Puasa sebenarnya memerangi tiga aib dalam diri manusia. Ketika tidak, makan, tidak minum, tidak jima' maka sebetulnya kita sedang memerangi aib diri (syahwat). Selanjutnya ketika kita berusaha untuk menekan syahwat gila akan pangkat atau kedudukan, gila akan kemuliaan, iri, dengki, sombong dan semacamnya maka kita sedang menyingkap tabir gaib kita dengan memerangi aib hati. Lebih dari pada itu , juga harus memerangi aib ruh kita seperti ingin balasan surga, bidadari, ingin punya karomah dan sejenisnya. 

Puasa datang untuk menyingkap perkara gaib kita (yang selama ini kita abaikan) dalam tiga bentuk aib yang telah disebutkan diatas; aib diri, aib hati dan aib ruh. Menyibukkan diri dalam usaha mencari-cari tiga macam aib kita serta berusaha untuk membersihkannya adalah lebih baik dari kesibukan mencari tahu rahasia alam gaib yang tersembunyi dari luar kita. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قَدۡ أَفۡلَحَ مَن تَزَكَّىٰ
"Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman)," (QS. Al-A'la 87: Ayat 14)

Wallahu a'lam bisshiwab

Doa Hari ke 12 

اَللَّهُمَّ زَيِّنِّيْ فِيْهِ بِالسِّتْرِ وَ الْعَفَافِ وَ اسْتُرْنِيْ فِيْهِ بِلِبَاسِ الْقُنُوْعِ وَ الْكَفَافِ وَ احْمِلْنِيْ فِيْهِ عَلَى الْعَدْلِ وَالإِنْصَافِ وَ آمِنِّيْ فِيْهِ مِنْ كُلِّ مَا أَخَافُ بِعِصْمَتِكَ يَا عِصْمَةَ الْخَائِفِيْنَ

Artinya : Ya Allah, mohon hiasilah aku di bulan ini dengan penutup aib dan kesucian. Tutupilah diriku dengan pakaian kecukupan dan kerelaan diri. Tuntunlah aku untuk senantiasa bersikap adil dan taat. Selamatkanlah aku dari segala sesuatu yang aku takuti. Dengan Perlindungan-MU, Wahai tempat bernaung bagi mereka yang meminta pertolongan.