Tampilkan postingan dengan label Literasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Literasi. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 April 2024

BUNYI MANDAR ITU APA? (Bagian 2)

"BUNYI MANDAR ITU APA? (Bagian 2)
(Bamba, Pelloa, Loa adalah Bunyi)
Oleh: Sahabuddin Mahganna

"Pelloa juga bunyi" sering kali diucapkan dalam bahasa Mandar, menunjukkan bahwa bunyi adalah hal yang umum dan tidak tabu bagi semua umat manusia di muka bumi ini. Bahasa orang Mandar kadang-kadang digunakan sebagai medium untuk menyampaikan kebaikan melalui bunyi murni. Namun, tidak semua kalimat dalam bahasa Mandar dianggap suci atau murni. Terkadang, bunyi dalam bahasa Mandar merujuk pada bunyi yang murni, seperti ketika kita berteriak, bersin, batuk, atau menangis. Bunyi semacam ini dikategorikan sebagai bunyi murni. Abdul Chaer (2003) dalam karya Busrah dan Bustan. Kemungkinan dapat dinilai dari alam sebabnya, bukan sebagai hasil tindakan sengaja, melainkan muncul secara alami.

Dalam "Pelloa", merujuk pada benda atau sesuatu yang mengeluarkan bunyi, tanpa kata secara eksplisit dari manusia. Jadi, "pelloa" dan "loa" sepertinya memiliki makna yang berbeda, yang sebenarnya dipisahkan. "Loa" mungkin merujuk pada ucapan atau kalimat yang menyertai bunyi, sedangkan "pelloa" mengacu pada benda atau bunyi tanpa kata dari manusia. Ketika ditambahkan awalan "pe-" untuk menghubungkannya dalam fonem Mandar, "pelloa" secara konseptual memperjelas bahwa itu adalah bunyi yang dihasilkan. Dari sini, kita dapat memahami bahwa orang Mandar mungkin memahami bahwa sesuatu yang menghasilkan bunyi juga mungkin menyertakan ucapan atau kalimat yang tidak selalu dapat dipahami secara langsung oleh manusia, tetapi hanya bisa dipahami melalui perasaan. Untuk menandai bunyi, ada juga istilah "Bamba" dan "Matte'".

"Bamba" digunakan untuk menandai suara atau bunyi. Dalam beberapa kamus, "bamba" dikategorikan sebagai suara besar, sementara yang lain hanya menyebutnya sebagai suara tanpa penjelasan lebih lanjut. Ini mungkin karena suara dipahami sebagai warna vokal atau jenisnya, di mana "bamba" berdiri sendiri sebagai predikat suara yang sangat dipengaruhi oleh bunyi. Sehingga untuk memperjelas penggunaan "bamba", kadang-kadang diperlukan penambahan kata-kata tertentu seperti "Napowambai" (terdengar seperti itu), "Dipowambai" (kita bersuara dan berbunyi), "Membamba" (berbicara atau bersuara), dan "pebamba" (bersuara). Namun, penafsiran ini mungkin menjadi subjektif dan abstrak tergantung pada konteksnya.

"Matte'" adalah kata yang sulit dijelaskan dan sering kali dipahami sebagai mengenai sasaran atau kosong. Biasanya, "Matte'" terjadi setelah adanya benturan antara benda, ketika bunyi yang dihasilkan hanya satu atau tidak ada lagi. Dalam kamus Mandar, "Matte'" digambarkan sebagai tiruan bunyi, seperti ketika terkena lemparan.

Dengan demikian, "loa" yang terkait dengan "pelloa" biasanya memiliki kata atau kalimat yang jelas, sedangkan "bamba" mungkin tidak memiliki teks yang terukur tetapi tetap memiliki bunyi yang jelas. "Pelloa" memperjelas bahwa dalam "loa" ada bunyi yang dapat didengar, begitu juga dengan "bamba" yang mudah dipahami jika ada bunyi.

(Bersambung)

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (29)


Sudah Benarkah Kembali Seperti Bayi?

Di suatu majelis Nasaraddin Hoja bergumam: "Kebenaran adalah sesuatu yang berharga bukan hanya secara spritual tetapi juga memiliki harga material." 

Mendengar pernyataan Nasaruddin Hoja, seseorang pun berdiri dan bertanya: "Wahai tuan, mengapa kita harus membayar untuk sebuah kebenaran,?"

Kata Nasaruddin Hoja: "Ya, kita harus membayar sebab kadang-kadang kebenaran itu harganya mahal."

Orang itu kembali bertanya: "Mengapa kita harus membayar dan kebenaran itu harganya mahal?"

Nasaruddin Hoja menjawab: "Kalau engaķau perhatikan, harga sesuatu itu dipengaruhi oleh kelangkaannya. Makin langka sesuatu itu makin mahal lah ia. Barang yang dibuat ribuan tahun lampau, kini mungkin sudah sedikit adanya dan barang itu akan menjadi antik dan mahal harganya."

Dari dialog diatas, jika dihubungkan dengan bulan ramadhan, maka puasa bisa dimaknai sebagai training untuk membiasakan melakukan kebenaran, melatih diri melepas kemelekatan perbuatan  buruk.

Dengan puasa kita membiasakan melakukan kebenaran karena mingkin selama ini kita sering kali membenarkan kebiasaan. Kebiasaan melayani hasrat nafsu, kebiasaan memuaskan kecenderungan semua panca indera kita yang lebih kepada hal-hal negatif.

Hari ini, kebenaran mungkin sulit karena yang sering muncul kepermukaan adalah sesuatu yang seakan-akan benar, merasa benar, kebiasaan menyalahkan orang lain, kebiasaan menuduh orang lain sesat dan kitalah yang paling benar.

Kelangkaan kebenaran disebabkan orang-orang enggang mencari kebenaran. Cukup percaya pada satu kebenaran maka kemungkinan kebenaran yang berseberangan dengan paham kita pun dianggap salah. 

Kelangkaan kebenaran dan mahal harganya karena malas mencari informasi kelanjutan serta klarifikasi dari suatu peristiwa. 

Kelangkaan kebebanaran karena tidak mau mengkaji apakah informasi itu mengandung kebenaran atau tidak tetapi sudah menyebarkannya begitu saja.

Puasa tidak hanya mengajarkan menahan makan dan haus tetapi juga mengajarkan untuk tidak cepat tanggap terhadap berita atau suatu informasi. Puasa mendidik kita selama satu bulan pada dasarnya melatih kita untuk membiasakan kebenaran karena selama ini kita sudah sering membenarkan kebiasaan.

Salah satu tokoh spritual muslim. Abu Hasan Asy-Syadzili berkata: "kita hidup di zaman, dimana kemaksiatan itu dipertontonkan, oleh karenanya terladang ketaatan itu perlu dipertontonkan di tengah zaman maksiat."

Kebenaran apa yang telah kita peroleh selama berpuasa satu bulan penuh, kebiasaan apa yang telah kita dapatkan selama melatih diri untuk tidak makan dan tidak minum. Jika selama satu bulan penuh hanya menahan makam dan minum tetapi tidak menahan perkara-perkara ssperti menyebarluaskan aib-aib, kesalahan-kesalahan orang lain. Tentunya kita masih berputar-putar pada pembenaran kebiasaan bukan membiasakan kebenaran.

Hingga sampai pada finish Idul Fitri yang diartikan sebagai kembali berbuka atau kembali kepada fitrah, diibaratkan seperti bayi yang baru lahir. Sudah benarkah kita seperti bayi? Seperti bayilah mereka yang telah tertatih dan terlatih membiasakan kebenaran selama satu bulan penuh sampai setelah idul fitri dan kembali bertemu bulan puasa berikutnya. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 29

اَللَّهُمَّ غَشِّنِيْ فِيْهِ بِالرَّحْمَةِ وَ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ التَّوْفِيْقَ وَ الْعِصْمَةَ وَ طَهِّرْ قَلْبِيْ مِنْ غَيَاهِبِ التُّهَمَةِ يَا رَحِيْمًا بِعِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah, lingkupilah aku di bulan ini dengan rahmat-Mu, anugrahilah aku taufik dan penjagaan-Mu. Sucikanlah hatiku dari benih-benih fitnah/kebencian, Wahai yang Maha Pengasih terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman.

Minggu, 07 April 2024

PROF. QURAISH SHIHAB DIMATA PROF AHMAD M. SEWANG


PROF. DR. H.M. 0URAISH SHIHAB, M.A. DI PENTAS MUBALIG

FOOTNOTE HISTORIS:
By Ahmad M. Sewang 

Prof. Quraish Shihab, seorang cendekiawan Muslim terkemuka di Indonesia, juga sering tampil di pentas mubalig. Dengan keilmuannya yang luas dalam bidang agama dan ke ahlianya di bidang ilmu tafsir Al-Quran, beliau memberikan ceramah dan kuliah yang mendalam tentang ajaran Islam serta nilai-nilai spiritual. Prof. Quraish Syihab sepanjang bulan Ramadan ini tampil di Metro tv membawakan pengantar berbuka puasan, dengan judul, "My Shariah First." Quraish Shihab adalah keluarga terpelajar, bapaknya 
Prof. Abdurrahman Syihab juga seorang ulama dan mantan Rektor IAIN Alauddin Makassar yang dhormati. 

Saya bersyukur karena selama
diamanahkan sebagai Direktur PPs UIN Alauddin Makassar saya menemani beliau dan manfaatkan kepintaran beliau tenagai dosen Tafsir dan mubalig di DPP IMMIM. Beliau adalah doktor pertama tafsir di al Azhar University untuk Asia Tenggara. Jadi beliau dikenal talenta sebagai ulama mufassir, pendidik, dan mubalig. Sebagai mubalig ia  menembus segala lapisan masyarakat; mulai dari Presiden sampai ke umat lapisan bawah. Beliau juga dikenal moderat dalam membawakan materi dakwahnya disertai bahasa santun. Saya manfaatkan kesempatan menemani beliau dengan banyak belajar.  Menurut pengalaman almarhum Prof. Syuhudi Ismail yang pernah menjadi mahasiswanya, "Jika ada pertanyaan dari mahasiswa pada Prof. Quraish Shihab yang levelnya agak tinggi, beliau menjawab lebih tinggi lagi, sebaliknya jika pertanyaannya itu rendah, maka jawabannya juga diturunkan," kata Syuhudi suatu waktu pada penulis. Jadi kemampuan penyesuaian diri yang tinggi, membuat beliau surviva sampai kini. Saya juga pernah belajar pada beliau beberapa semester dalam mata kuliah tafsir dan hadis di PPs IAIN Syarif Hadayatullah Jakarta.

 Prof. Quraish Shihab tampil di berbagai kesempatan telah menginspirasi dan memberikan pemahaman mendalam tentang ajaran Islam pada masyarakat Indonesia.

Wasalam,
Kompleks GPM, 8 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (27)


Perempuan Menjelang Lebaran

Manusia tidak bisa memahami realitas secara utuh, kita hanya mampu menciptakan cara untuk menjalin hubungan dengan realitas secara baik (itupun kalau mampu) dengan segala upaya yang sungguh-sungguh. Ini disebabkan karena kebenaran dari realitas itu sendiri bukan hanya soal pengetahuan melainkan juga dengan penghayatan dan keterbukaan.

Perempuan merupakan bagian dari realitas, jadi benar kalau perempuan memang selalu unik untuk dibahas dan tidak ada habisnya untuk terus diperbincangkan. Apakah memahaminya dari sudut pandang ekonomi, politik, seni atau sebagai aib?  

Perempuan, dilihat dari tingkah lakunya (kebanyakan) melihat dirinya sendiri sebagai sebuah seni sehingga diperlihatkan sana sini untuk dipertontonkan, ada juga yang melihat realitas dirinya sendiri sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain sehingga dipoles sebaik mungkin.

Tubuh perempuan yang dilihat secara seksual semata, akan membawa kesadaran kita menjadi kesadaran binal. Kesadaran binal disini adalah kesadaran yang pusat perhatian hanya tertuju pada kenikmatan seks belaka. Sehingga kebenaran dari tubuh perempuan tertutupi karena yang ada adalah bagaimana cara meraih pengalaman erotis dari tubuh perempuan itu sendiri. Otak kita menjadi binal yang menjelma menjadi otak pedofil.

Lekuk pada tubuh perempuan memang sangat mendominasi dibandingkan dengan lekuk yang ada pada laki-laki. Bagi laki-laki- maaf, fakta bahwa melihatnya saja membuat erotis apalagi membelainya. 

Ditambah kehadiran teknologi dengan slogannya "hisap sebanyak mungkin dari modal sesedikit mungkin" dari sini pun perempuan kerap dimanfaatkan sebagai sumber pengahasilan misalnya digunakan dalam iklan fashion, baik itu pakaian ataupun perhiasan. Kekayaan eksistensi dari tubuh perempuan memang sangat rumit dan juga agung sekaligus menggiurkan.

Keindahan perempuan tidak lagi dilihat sebagai anugerah yang harus dijaga eksistensinya akan tetapi dilihat sebagai obyek untuk memeras keuntungan sebanyak-banyaknya yang akibatnya merugikan perempuan. Jangan heran, apabila banyak di media pemberitaan terkait dengan pemerkosaan telah terjadi dimana-mana.

Tidak hanya pada tubuh perempuan, segala bentuk realitas yang ada pun dilihat sebagai obyek keuntungan alias pengumpulan modal. Merusak alam adalah salah satu akibatnya. Bagaimana tidak, keindahan alam tidak lagi dilihat sebagai keindahan sebagaimana mestinya akan tetapi dilihat sebagai obyek pariwisata yang banyak menguntungkan bagi pengelolanya.

Betulkah laki-laki masa kini lebih memilih wanita seksi dari pada perempuan cantik? Dalam jaringan kapitalisme, perempuan telah dikendalikan oleh ideologi kepentingan pasar. Tubuh yang merupakan bagian privat perempuan sudah menjadi milik publik, membangkitkan fantasi disebabkan gaya dan cara berpakaian menjadi banyak variasi.

Dalam basis politik emansipasi, perempuan dipotret menjadi makhluk penggoda sehingga terjadi pergeseran prilaku real menjadi citra, etika menjadi estetika, prestasi menjadi frustrasi.

Mengapa seks seringkali terjadi? Karena Fashion menjadi kebutuhan dari seluruh populasi perempuan yang diciptakan terus menerus oleh pasar kecantikan (Kapitalis-Seksualis). 

Secara terbiasa, perempuan telah hanyut pada sebuah keadaan yakni sibuk menciptakan kecantikan mitosnya, sifat alami kecantikan sudah benar-benar tidak mampu membuat perempuan cantik. 

Pada kenyataanya menuju lebaran selain pakaian, juga begitu banyak lipstik dan alat-alat kecantikan lainnya terjual laku. Hari lebaran adalah hari pamer kecantikan, pamer penampilan dan juga pamer keunggulan. Wallahu a'lam bisshowab.

(Tulisan di 21 Mei 2022)

Doa Hari ke 27

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ فَضْلَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَ صَيِّرْ أُمُوْرِيْ فِيْهِ مِنَ الْعُسْرِ إِلَى الْيُسْرِ وَ اقْبَلْ مَعَاذِيْرِيْ وَ حُطَّ عَنِّيَ الذَّنْبَ وَ الْوِزْرَ يَا رَؤُوْفًا بِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah, berkahilah aku di bulan ini dengan mendapatkan lailatul qadr. Ubah arah hidupku dari hidup yang susah menjadi mudah. Terimalah segala permohonan maafku dan hapuskan dosa-dosa dan kesalahanku. Wahai Yang Maha Penyayang terhadap hamba-Nya yang saleh.

Jumat, 05 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (26)


Jamaah Medsosiyyah part 2

Refleksi Kecemasan

Bersinggungan dengan virtual berarti berbicara mengenai nyata dan tidak nyata, antara makna dan simbol, antara nilai dan kebenaran atau antara kebutuhan dan gaya hidup. Virtual dalam catatan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti a (secara) nyata. Dapat diartikan sebagai sesuatu yang sifatnya seolah-olah, seakan-akan, atau hyperrealitas dengan kata lain melampaui kenyataan tapi seakan-akan nyata. Dalam teori Jean Baudrillard, filsuf asal Prancis ini menyebutnya dengan istilah Simulacra yang berarti dunia simulasi (dunia kosong) sementara Sayyed Husein Nasr menyebutnya sebagai Scentia Sacra (kenestapaan manusia modern). Virtual merupakan bermain-mainya manusia dengan dunia maya.

Pertama yang ingin saya sampaikan bahwa, ada banyak pergeseran budaya atau tradisi secara signifikan ketika era virtual mulai mempersembahkan aromanya pada generasi millenial. Diantaranya adalah virus virtual dalam kehidupan saat ini sudah menjadikan kita tidak hanya menjadi warga Indonesia saja melainkan sudah menjadi warga Dunia. Segala aktivitas kita sudah mendunia dan menjadi keniscayaan hubungan kita dengan warga dunia lainnya. Cukup hanya dengan memotret aktivitas kemudian dimasukkan ke media sosial maka penduduk dari manapun dapat melihat aktivitas tersebut.

Kedua, era virtual telah mengalihkan titik fokus kita dari makna menjadi simbol. Manusia hanya sibuk mencari simbol tanpa memerhatikan makna dibalik simbol tersebut sehingga berkah akan hidup pun menjadi kurang bahkan tidak ada sama sekali.

Ketiga, munculnya jarak sosial (distingsi). Iwan Fals menyebutnya dengan ''Menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh". Adanya jarak sosial mengakibatkan manipulasi konteks makin meningkat, artinya dalam menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya disampaikan secara esensial. Sebagai contoh dalam seminar tentang "Kesetaraan Gender" misalnya tapi yang dibesar-besarkan pada penyampai di media sosial malah tentang cara penyampaian dari narasumber padahal yang harus difokuskan adalah esensi dari seminar tersebut bukan eksistensinya. 

Selanjutnya, jarak sosial justru seakan-akan memutarbalikkan makna. Misalnya tentang makna hadits أنظر ما قال ولا تنظر من قال (lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang berkata) menjadi أنظر من قال ولا وتنظر ما قال (lihatlah siapa yang berkata dan jangan lihat apa yang dikatakan). Konteks hari ini telah mengcover demikian. Karena jarak sosial mengakibatkan tidak adanya kedekatan secara langsung (fisik) sehingga kepribadian seseorang pun tidak bisa dinilai secara parsial (keseluruhan). Akibatnya, makna menjadi abstrak karena karena kalah dari simbolnya. Lebih jelasnya, kita menilai seseorang karena retorikanya atau karena tampilannya bukan karena kepribadiannya atau akhlaknya. Parahnya otak tidak difungsikan lagi apapun yang dikatakan panutan atau orang yang dianggap Mursyid maka wajib diikuti tanpa menelusuri benar tidaknya terlebih dahulu.

Keempat, hadirnya masyarakat epilepsi. Masyarakat epilepsi adalah masyarakat yang kecenderungannya hanya pada sesuatu yang konotasinya menggugah atau kata kerja mulut "wawwwww" membuat mata terbelalak karena dianggap sesuatu yang luar biasa. Akibatnya masyarakat tidak lagi melihat benar salahnya karena telah terhipnotis dengan tingkatan bombastisnya.

Kelima, adanya efek kecabulan. Era virtual juga telah membuat penikmatnya tidak ada lagi yang perlu dirahasiakan. Semua kegiatan pun diakses ke media sehingga orang lain dapat menyaksikan. Apakah itu kesuksesan, kegiatan keagamaan, kegalauan, ulang tahun seseorang, pernikahan dan lain sebagainya. Parahnya masyarakat virtual pun tanpa ragu sedikitpun memposting hal yang sifatnya sangat rahasia. 

Kelima diatas hanya sebagian kecil dampak dari pada penggunaan virtual secara negatif. Menggunakan hal kearah negatif mengakibatkan matinya makna, ketidakstabilan, chaos (kekacauan), tidak pastinya tujuan, fungsi dan makna. Kalahnya esensi karena eksistensi. Yang terakhir adalah komunikasi menjadi massif dengan kata lain cepat namun dangkal dalam makna. Wallahu a'lam bisshowab

Doa Hari ke 26

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ سَعْيِيْ فِيْهِ مَشْكُوْرًا وَ ذَنْبِيْ فِيْهِ مَغْفُوْرًا وَ عَمَلِيْ فِيْهِ مَقْبُوْلاً وَ عَيْبِيْ فِيْهِ مَسْتُوْرًا يَا أَسْمَعَ السَّامِعِيْنَ

Artinya :

”Ya Allah, jadikanlah setiap lampah usahaku di bulan ini sebagai ungkapan rasa syukur dan dosa-dosaku terampuni, amal-amalku diterima dan seluruh aib kejelekanku ditutupi. Wahai Yang Maha mendengar dari semua yang mendengar.

(Tulisan lama diadopsi dan diedit kembali)

Kamis, 04 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (25)


Jamaah Medsosiyyah

Adanya internet menandakan kehidupan surga semakin terbayang. Bayankan! Belum bangkit dari tempat tidur pun di pagi hari kita sudah kebanjiran informasi. Notifikasi dari grub WhatsApp, pemberirahuan dari aplikasi Facebook, iklan-iklan di Tik-tok, berita-berita terbaru dari Instagram dan twitter, line, Youtube dan masih banyak aplikasi-aplikasi lainnya yang memuat banyak informasi.

Harus diakui kalau hari ini, di zaman sekarang. Kebanjiran informasi sangat membludak. Kita bisa dapatkan informasi lebih banyak dari yang kita butuhkan. Entah informasi itu berupa propaganda, hoax, iklan, fake news yang bisa saja membuat kita tergoda untuk mengghibah, menfitnah, dan juga menjadi pelaku penyebar hoax dan semacamnya.

Tidak semua informasi yang kita dapatkan dari media sosial itu berguna bahkan lebih banyak informasi sampahan. Layaknya sampah, kita harus pandai memilih sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Tidak menyaring sebelum sharing membuat hanyut kebanjiran sampah informasi dan ikut menjadi sampah.

Diakui memang, dengan adanya internet dan informasi yang serba cepat bak kilat petir menyambar membuat kita jadi lebih mudah berinteraksi, bisa mengetahui lebih banyak hal. Misalnya tidak tau jalan tinggal tanyakan ke Google Maps, mau makan tapi malas masak tinggal buka aplikasi ojek online, mau belanja tinggal buka aplikasi shoppie dan masih banyak aplikasi lainnya. 

Semuanya serba dimudahkan, mungkin bisa dikatakan zaman modern adalah gambaran kecil dari hidup di surga. Semuanya sudah serba instan tanpa menguras tenaga. Terlepas dari itu, dibalik kemudahan ada juga sisi buruknya. Contoh paling rillnya, dengan ikut jamaah medsosiyyah akan membantu kita mendekatkan yang jauh pada saat yang sama menjauhkan yang dekat. Kita sibuk bermain di dunia maya tapi melupakan dunia nyata di sekitar kita. Kelihatannya fisik brrsama dengan orang lain tapi ruh entah kemana. Saya menyebutnya ada tapi tidak hadir.

Begitu banyak berita yang belum jelas kebenarannya, mengundang banyak prasangka. Dengan gadget seorang lebih mudah mendatangkan prasangka, dulu dari mulut kemulut orang baru bisa bergosip tapi sekarang cukup dengan jari kita sudah mampu bergosip dan memperluas seluas luasnya. Dulu, mulutmu adalah harimaumu, sekarang jarimu adalah harimaumu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞ ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

Sadar atau tidak, menjadi jamaah medsosiyyah sangat besar kemungkinanya menjadi pelaku timbulnya banyak prasangka bahkan kita sudah menjadi mata-mata media sosial untuk menyebarkan berita-berita hoax, berita-berita yang mengandung keburukan orang lain. Hal ini rentang terjadi karena adanya gadget yang smart tapi pemilikmya tidak smart. Mungkin bagusnya sekali-kali kita ritual puasa medsos setidaknya sedikit mengurangi prasangka kita kepada berita-berita yang tidak terlalu berguna.

"Kelak akan ada banyak kekacauan dimana didalamnya orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berusaha (dalam fitnah). Siapa yang menghadapi kekacauan tersebut maka hendaknya dia menghindarimya dan siapa yang mendapati tempat kembali atau tempat berlindung darinya maka hendaknya dia berlindung." (HR Bukhari Muslim). Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 25

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مُحِبًّا لِأَوْلِيَائِكَ وَ مُعَادِيًا لأَعْدَائِكَ مُسْتَنّا بِسُنَّةِ خَاتَمِ أَنْبِيَائِكَ يَا عَاصِمَ قُلُوْبِ النَّبِيِّيْنَ

Artinya :

”Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini lebih mencintai para wali-Mu dan memusuhi musuh-musuh-Mu. Jadikanlah aku pengikut sunnah Nabi penutup-Mu. Wahai yang menjaga hati para nabi.

BUNYI MANDAR ITU APA? (Bagian 1)

BUNYI MANDAR ITU APA? (Bagian 1)
(Loa Dalam Makna Ganda)
Oleh: Sahabuddin Mahganna

Syuman Saeha menggelitik dengan pertanyaan, lalu saya menjadikan judul di atas, ini menarik. Mandar yang boleh jadi melakukan atas dasar aksi, melakukan tindakan, atau gerakan spekulatif, lalu menjadi nyata dan serius dalam menjalaninya, sebagai percobaan untuk menemukan sebuah kehidupan. Aksi dalam hal ini bukan dipahami atau dibatasi pada bentuk permainan dan pertunjukan saja, melainkan tindak atau laku secara langsung, terbuka dan terpercaya. Aksi-aksi itu kemudian nyata hingga menemukan kebenaran.

Ketika pendahulu Mandar melakukan ekspedisi, membuka lahan baru dan mencoba untuk menerapkan tata nilai dan aturan, kemudian disepakati sebagai jalan untuk menentukan sikap orang Mandar. Tentu saya akan mengarah atau melibatkan orang dalam memahami bunyi Mandar, meski ini sangat rumit menjelaskan dan sedikit dilema. Pelibatan dalam hal ini, orangnya yang berbunyi, begitupun jika menaruh kata-di-“jelas menadai wilayah”. Siapa orang Mandar? dan di mana wilayahnya? Jika ada orang Mandar menempati suatu wilayah maka tentu punya bahasa.

Busrah Basir ditemani dengan rekannya Bustan Basir, telah menafsir bahasa Mandar adalah suatu bunyi, dalam tulisnya secara teknis merujuk pada catatan Kridalaksana dalam Abdul Chaer (2003), bahwa bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Lanjut ia tambahkan bahwa bunyi tersebut dapat bersumber pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang dan manusia, namun menurutnya terjadi pengklasifikasian terhadap bunyi, bahwa yang terjadi pada manusia atau lambing bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan jika tidak dihasilkan dalam ucap pada manusia, bukan kategori bunyi bahasa. 

Kalimat-kalimat dalam bahasa Mandar yang diucapkan kadang kita temukan bermakna ganda, sebut saja ketika tinjauannya berada pada dua pernyataan pragmatik oleh George Yule (1996), bahwa pragmatik adalah suatu kajian bahasa yang berkenaan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi atau tidaknya yang dikomunikasikan, kemudian yang kedua bahwa pragmatik adalah telaah makna tuturan (utterence), yang menggumuli makna yang terikat oleh konteks (konteks-Dependent). Dari pragmatik ini, seakan bunyi orang Mandar adalah bunyi berbau sikap dan sifat. 

Tindak tutur orang Mandar dalam Lokusi yakni tindak tutur yang dilakukan untuk melakukan sesuatu, merupakan makna dasar dari tindak tutur tersebut (The Act Of Saying Something). Sebagai contoh Mammisi Uwai ( Air ini Manis) tidak ada maksud apa-apa sekadar menyatakan sesuatu itu. Kemudian Ilokusi berkata sesuatu, atau mengatakan sesuatu, sekaligus menindakkan sesuatu (The Act Doing Something). Pada kaitan ini, boleh jadi kalimat “Nawwatomitia ri’e pelloana to Mandar” adalah bahasa yang bermakna (Ini Bunyi Orang Mandar) sementara kata (Loa/Pau) dan lakunya orang Mandar adalah Kebenaran.

Pandangan ini, ilokusi tidak semata melihat loa atau Pau sebagai ucapan dalam arti secara langsung, melainkan sebagai pemaknaan atau bunyi tak terlihat, atau hanya pendengaran yang mampu menangkapnya kemudian menelaah apa maksud perkataan itu. Sementara dalam audio, manusia harus puas pada kepentingan rasa, sama ketika meninjau kebenaran sikap dan sifat, sasarannya kembali kepada rasa. Dan dengan pendekatan rasa inilah, memahami loa secara ilokusi sebagai sesuatu yang abstrak. Loa dalam pandangan sikap dan sifat, itu sangat tergantung pada bunyi lontaran, tidak bisa diterjemahkan atau dimengerti secara langsung, namun rasalah yang menentukan, sehingga boleh jadi pemahaman loa secara ilokusi dalam kalimat “nawwatomi tia ri’e pelloanan to Mandar”, ketentuannya merujuk pada perlakukan sikap dan sifat yang lurus, sama seperti Loa atau bunyi yang tak pernah ditemukan kebohongannya. (bersambung)

Rabu, 03 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (24)


Bedoalah! Niscaya Aku kabulkan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186)

Pada ayat sebelumnya (qs al-baqarah: 183-185) berbicara terkait puasa kemudian di ayat berikutnya berbicara tentang doa (qs al-baqarah: 186) Tidak ada momen yang paling membahagiakan ketika tercapai apa yang kita inginkan namun faktanya kita selalu merasa seakan-akan doa kita masih sangat jauh untuk dikabulkan atau bahkan merasa tidak akan pernah di acc oleh Allah Swt. Padahal ayat diatas kejelasan akan tetap terkabulkan apa kemauan kita.

Betulkah setiap doa kita dikabulkan? Berdasarkan ayat diatas, pasti doa kita dikabulkan tapi kok rasa-rasanya puluhan doa kita belum ada yang diijabah? Kita pasti ragu untuk menjawab bahwa setiap keinginan sudah pasti dikabulkan.

Ada satu percakapan menarik antara Ali bin Abi Thalib dengan sekelompok orang yang tidak mau pergi berjihad. Ali bin Abi Thalib bertanya kepada mereka, "mengapa kalian tidak pergi berjuang membantu pasukan muslimin dan bergabung kedalam barisan mereka?" Mereka menjawab, "kami lebih suka beribadah dari pada berperang; kami tidak mau tangan kami kotot dan ternoda oleh darah manusia." Sebagian yang lain menjawab: "kami akan berkumpul di mesjid dan berdoa untuk kemenangan pasukan muslimin; bukankah doa juga merupakan jalan keluar dari masalah? Nah kami akan menbantu para pahlawan Islam di medan laga dengan doa."

Dalam ilmu ushul, terdapat pembahasan terkait aham dan muhim. Aham berarti "sangat penting" sementara muhim artinya "penting". Sangat penting lebih didahulukan tentunya dari pada penting. Jihad fi sabilillah umumnya berhukum fardhu kifayah sementara doa adalah amalan yang mustahab. Jika dibandingkan antara jihad dengan doa maka jihad termasuk dalam ketegori aham (sangat penting) dari pada doa yang statusnya muhim (penting). Doa itu penting tapi jihad lebih penting lagi.

Sebenarnya yang ingin saya sampaikan disini terkait riwayat diatas adalah ada kalanya apa yang kita minta dikabulkan oleh Allah dan adakalanya juga tidak dikabulkan dan jika doa kita tidak dikabulkan pasti diganti dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita minta. Kenapa demikian, karena kita berdoa tidak terlepas juga dari kehendak-Nya untuk kita berdoa artinya karena Allah sendirilah yang menggerakan hati kita untuk berdoa kepada-Nya.

Kita selalu merasa doa-doa kita tidak dikabulkan padahal urgensi dari pada sebuah doa kita adalah mendahulukan meminta yang lebih penting dari pada yang penting. Tentu Allah mengabulkan jika kita minta yang lebih penting. Artinya kalau doa kita tidak dikabulkan berarti kita meminta sesuai keinginan bukan sesuai dengan kebutuhan.

Berdasar pada pengertian ini, apabila kita berdoa dengan cara yang benar alias meminta sesuai kebutuhan maka pasti dikabulkan toh sebelum meminta pun kebutuhan kita sudah dipenuhi oleh Allah. Ketahuilah bahwa Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya sesuai porsi kebutuhannya bukan sesuai porsi keinginan. Allah mengabulkan sesuai keinganan-Nya bukan sesuai keinginan hamba-Nya. 

Jadi, berdoa sebenarnya menyesuaikan keinginan kita dengan keinginan-Nya bukan memaksakan keinginan kita dan menabrak keinginan-Nya (itu tidak mungkin). Ali bin Abi Thalib berkata: "bersyukurlah ketika doamu dikabulkan karena Allah memenuhi keinginanmu dan bersyukurlah ketika doamu tidak dikabulkan karena Allah menghendaki keinginan-Nya." 

Dapat dipastikan akan dikabulkannya doa apabila kita meminta dengan cara yang benar, yakni dengan makrifat, dengan taqarrub dan dengan kehadiran kalbu tetapi sebaliknya apabila dengan riya atau ingin pamer, hanya sekedar keinginan syahwat maka tidak ada jaminan untuk diijabah sebab Allah begitu menyayangi hamba-Nya. Ali bin Abi Thalib pernah ditanya: "mengapa sebagain doa tidak dikabulkan?" Ali menjawab: "sebab tidak dikabulkannya sebagian doa adalah adanya aib dalam perbuatan kalian." Wallahu a'lam bisshiwab.

Doa Hari ke 24

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ فِيْهِ مَا يُرْضِيْكَ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِمَّا يُؤْذِيْكَ وَ أَسْأَلُكَ التَّوْفِيْقَ فِيْهِ لأَنْ أُطِيْعَكَ وَ لاَ أَعْصِيَكَ يَا جَوَّادَ السَّائِلِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah aku memohon pada-Mu di bulan yang suci ini dengan segala sesuatu yang medatangkan keridhaan-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari hal-hal yang mendatangkan kemarahan-MU, dan aku memohon kepada-MU kemampuan untuk mentaati-MU serta menghindari kemaksiatan terhadap-MU, Wahai Pemberi para peminta.

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (23)


Semangat Konsumtif Umat

Life style menjadi tradisi tertentu di bulan ramadhan menjelang idul fitri. Terutama dari kalangan perempuan plus yang sudah punya anak. Meskipun puasa itu belajar manahan dari segala hal yang sifatnya kesenangan fisikal tapi hal yang satu ini justru sangat menggiurkan untuk tetap nimbrung berbelanja. 

Apa yang membuat kebiasaan berbelanja ini sangat menggoda? Tentunya tidak bisa dipungkiri bahwa televisi, media promosi di media sosial seperti facebook, tiktok, shoopie dan media soial lainnya ikut andil membentuk budaya konsumtif masyarakat. Budaya konsumtif ini membentuk pada bukan lagi apa yang dibutuhkan (needs) tetapi apa yang diinginkan (wants).

Dari budaya konsumtif ini telah membentuk otak kita dari iklan-iklan produk konsumtif dengan senantiasa memikirkan bagaimana cara memperoleh barang yang diinginkan apalagi iklan promosi barang hari ini sangat kreatif dan sangat menggoda. Rasa-rasanya tiada hari tanpa berbelanja, tiada hari tanpa membeli.

Sekali lagi, sekalipun kita pahami bahwa puasa mendidik kita untuk berprilaku sederhana, tidak berlebih-lebihan namun nyatanya tetap saja semangat untuk terus berbelanja ada. Ini tentunya paradoks sekaligus kontradiktif dengan nilai semangat puasa ramadhan.

Al-qur'an telah memperingati kita untuk tidak membudayakan sifat berlebih-lebihan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 31)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) , konsumtif artinya bersifat konsumsi, yaitu hanya memakai dan tidak menghasilkan sendiri. Jadi, prilaku konsumtif adalah prilaku seseorang yang suka berlebih-lebihan, sulit membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan, berbelanja kepada sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting, pengontrolan pada nafsu belanja tidak bisa diatasi. 

Sikap berlebih-lebihan dalam hal berbelanja nampak jelas menjelang lebaran. Faktornya karena waktu lebaran adalah momentum saling pamer memamer. Lihat saja di waktu lebaran sikap kita seperti apa. Pasar rame membludak, rumah-rumah pada di renovasi, pakaian baru. Intinya di hari lebaran kita bisa tampil seelegan mungkin di depan keluarga dan orang lain.  Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 23 

اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ فِيْهِ مِنَ الذُّنُوْبِ وَ طَهِّرْنِيْ فِيْهِ مِنَ الْعُيُوْبِ وَ امْتَحِنْ قَلْبِيْ فِيْهِ بِتَقْوَى الْقُلُوْبِ يَا مُقِيْلَ عَثَرَاتِ الْمُذْنِبِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosa dan bersihkanlah diriku dari segala aib/ kejelekan.Tanamkanlah ketakwaan di dalam hatiku. Wahai Penghapus kesalahan orang-orang yang berdosa.


Selasa, 02 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (22)

Bercita-cita jadi Pengemis

Saya yang statusnya sebagai seorang suami tentu bahagia ketika melihat istrinya bahagia. Untuk sedikit menyenangkan istri tercinta, kuajaklah pergi ngabuburit diluar sambil nunggu buka puasa berdua layaknya sepasang kekasih remaja. Ya hitung-itung dapat pahala nyenangin istri. 

Setelah bukber bareng istr,i ngobrol sebentar, minum kopi dan ngerokok sebatang. Kuajaklah balik pulang karena sudah menunjukkan arah jarum jam di pukul 19.13. Berusaha menikmati perjalanan. Tiba-tiba mataku tertuju ke seseorang yang mendorong gerobaknya yang berisi sampah.

Aku singgah sebentar lalu perhatiin. Kelihatannya beliau itu sudah lelah karena sudah cukup tua. Setiap kali ia menemukan tempat sampah, ia kesitu dan mencari-cari sesuatu yang mungkin masih bisa ia manfaatkan.

Sekian lama aku perhatikan di sepanjang jalan. Takut kehilangan jejaknya, karena sudah  lumayan jauh dari pandangangan, aku pun segera ngajak istri untuk mengikutinya dari belakang. Dari belakang kuucapkan salam ke belau sambil memberinya uang yang nominalnya tidak seberapa. Bukannya senang tapi aku menyesal karena tidak bisa memberi banyak.

Aku salut sama orang tua itu, kerja banting tulang padahal umurnya sudah lumayan tua, kulitnya sudah mulai keriput. Ia memang cukup tua tapi ia tetap menjunjung tinggi "tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah."

Sebenarnya bukan cerita diatas yang ingin aku tekankan disini. Tapi sesekali kita menyorot ke kehidupan pengemis. Di kota-kota, menjadi pengemis termasuk pekerjaan yang menjadi alternatif menarik bagi yang merasa tidak memiliki keahlian pada suatu pekerjaan.

Di Kota, coba sesekali kita perhatikan di sekitaran mal-mal, restouran-restoran, di lampu merah, di warung-warung rame pembelinya, di tempat-tempat wisata. Begitu banyak pengemis yang sebenarnya kalau dilhat postur tubuhnya masih kuat kerja dan umurnya juga masih terbilang muda. 

Menjadi pengemis masih mental dominan di Negeri ini. Sebagian dari kita bangga menjadi pengemis, di kota atau pun di pelosok desa ribuan orang antre berjam-jam demi mendapatkan sumbangan, sedekah, THR atau semacamnya. Dan ini tidak terhitung dari golongan usia sebab tua, muda semuanya ikut antri.

Di bulan ramadhan adalah momentum paling pas untuk para pengemis karena mereka tahu kalau di bulan ini adalah bulan ibadah, bulan dimana orang-orang berlomba memamerkan kebabaikan-kebaikannya. Di bulan ramadhan termasuk bulan pengemis yang mengalami peningkatan pendapatan yang cukup signifikan.

Di tahun 2023 Kompas.com berhasil merangkum 9 pengemis kaya. Para pengemis ini rata-rata memiliki ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Terdapat pengemis mampu menghasilkan uang 15 juta rupiah per bulannya. Pertanyaannya, mengapa banyak memilih hidup menjadi pengemis? Karena menjadi pengemis merupakan pekerjaan paling ringan, tidak buang banyak tenaga. Cukup dengan memelas saja, pasang muka murung dan tidak butuh banyak keahlian sudah mampu menghasilkan banyak uang.

Bukan maksud mengkritisi pengemis, tapi lebih kepada kejelian kita melihat, memahami sejatinya pengemis itu seperti apa. Banyak memilih jalan pengemis bukan karena benar-benar butuh dan tidak ada jalan lain tetapi hanya sekedar memilih jalan pintas memenuhi kebutuhannya. Pengemis seperti ini merendahkan dirinya serendah-rendahnya sehingga harga dirinya selalu dikali nol alias nihil. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 22

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ فِيْهِ أَبْوَابَ فَضْلِكَ وَ أَنْزِلْ عَلَيَّ فِيْهِ بَرَكَاتِكَ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِمُوْجِبَاتِ مَرْضَاتِكَ وَ أَسْكِنِّيْ فِيْهِ بُحْبُوْحَاتِ جَنَّاتِكَ يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّيْنَ

Artinya :
”Ya Allah bukakanlah lebar –lebar pintu karunia-Mu di bulan ini dan curahkan berkah-berkah-Mu Tempatkan aku di tempat yang membuat-Mu ridho padaku. Tempatkan aku di dalam Surga-Mu. Wahai Yang Maha menjawab doa orang yang dalam kesempitan.


Senin, 01 April 2024

AHMAD M. SEWANG || DARWIS HAMZAH YANG SAYA KENAL


MUH. DARWIS HAMSAH YANG SAYA KENAL
(Disampaikan pada Hari Haul almarhum 2 April 2024)

Di dunia Barat lebih banyak dikenal Harlah atau Peringatan hari lahir seseorang, untuk mengingatkan hari lahir seseorang dan apa yang perlu dilakukan dalam memaknai hari lahir itu. Sedang di kalangan masyarakat muslim yang banyak dilakukan hari Haul (Hari ulang Tahun Kematian Seseorang). Haul almarhum untuk mengingatkan jasa apa yang perlu diingat dan dilanjutkan yang pernah almarhum ukir dimasa hidupnya yang perlu dilanjutkan dan dikembangkan.

Semakin banyak jasa seseorang berbanding lurus dengan panjangnya waktu hari haul itu. Baru-baru ini DPP IMMIM memperingati satu abad H. Padli luran karena beliau dianggap meninggalkan jasa besar, yaitu perlunya persatuan umat di tengah-tengah masyarakat sedang berpecah belah dalam masalah furu. Perpecahan umat itu telah berlangsung sepanjang sejarah dimulai setelah era Nabi saw., yaitu terutama di era khulafah al Rasyidin. Jika Nabi berhasil mempersatukan umat pada Periode Madinah dari masyarakat yang hidup berkabilah-kabilah ke masyarakat ukhuwah. Di masyarakat sebelum Nabi mereka bangga hidup dalam berkabilah dan bersuku-suku. Sekarang di masyarakat Nabi bangga hidup dalam masyarakat ukhuwah atau persaudaraan, baik persaudaraan sesama muslim, persaudaraan sesama umat, dan persaudaraan sesama satu bangsa. Mengingat masyarakat yang dibangun Nabi di Madinah adalah masyarakat plural yang penduduknya berbagai agama: Islam, Yahudi, Kristen, dan paganism atau penyembah berhala. Masyarakat Madinah hidup bersuku-suku;  yaitu Hasraj  dan Aus. 

Mengingat jasa besar Nabi itu, maka setiap tahun diperingati Haulnya yang kita kenal Maulid. Walaupun disebut maulid artinya hari lahir, tetapi yang diperingati bukan hanya hari lahir tetapi meliputi seluruh perjuangan Nabi dari lahir sampai wafat. Kita baru saja memperingati hari maulid Nabi ke 1445 H.

Sekarang Muh. Darwis Hamsah muncul pertanyaan, apa jasa besar yang beliau tinggalkan? Almarhum di samping sebagai Ketua IMMIM Cabang Polmas juga sebagai Ketua SI Cabang Polmas. Beliau meneruskan perjuangan dan cita-cita Guru bangsa HOS Tjokroaminot yaitu:
Het hoogste kennisniveau, puur als puur monotheïsme, is net zo slim als slimme tactieken (Belanda).
“Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.”
Pesan ini sengaja saya tulis, walaupun aslinya dari  Tjoroaminoto. Tetapi saya langsung terima dari almarhum.
1. Setinggi-tinggi ilmu maksudnya jika ingin selamat dunia dan akhirat, maka milikilah ilmu pengetahuan (kata Ali bin Abi Thalib), 
2. Semurni-murni Tauhid, anda tidak akan pernah tersesat selama-lamanya, sedang,
3. Sepintar-pintar siasat, agar kita tidak pernah tertipu di dunia terutama politisi yang tidak bermoral. Inilah pesan universal yang langsung saya terima dari beliau ketika pelatihan di PGA Yapis Polewali saat itu, perlu diteruskan untuk generasi masa kini.

Wasalam,
Kompleks GPM, 2 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (21)


Mudik ke Kampung Halaman

Mudik menjadi tradisi tahunan di Indonesia ketika menjelang bulan suci ramadhan atau menjelang hari raya idul fitri. Di bulan ramadhan orang-orang berlomba-lomba memesan tiket untuk pulang ke rumah. Baik itu tiket kereta ataupun tiket pesawat. Rupanya semakin jauh jarak perantauan seseorang dari kampung halamannya, semakin tinggi niatnya untuk mudik. Ya hitung-hitung kesempatan bersilaturrahmi dengan keluarga, tetangga dan teman-teman kampung.

Mudik berarti kembali ke kampung halaman, kembali ke tempat dimana kita pertama kali menghirup udara kehidupan, kembali ke tempat dimana kita pertama kali mengeluarkan suara tangisan, pertama kali membuka mata dan melihat orang-orang menyambut dengan senyum bahagia. Itulah kampung dimana kita dilahirkan akan tetap indah seribu kali lipat meskipun di tanah orang hujan rupiah, banjir emas.

Dalam mudik tentunya membutuhkan kesiapan mental dan fisik serta finansial yang cukup namun yang namanya kampung halaman menyimpang masa lalu atau tidak lebih dari sebuah memori yang menyenangkan dan tentunya juga tidak bisa ditakar-ditukar dengan harga apapum. Mudik memiliki kebahagiaannya tersendiri yang sulit dibahasakan.

Kalau tempat tinggal kita yang fana itu begitu kita rindukan sehingga melakukan berbagai macam cara untuk bermudik, lalu bagaimana dengan asal kita yang sebenarnya. Begitu bahagianya ketika mampu bermudik ke kampung halaman hakiki kita itu. Tapi nyatanya? Kita lupa jalan ke kampung halaman kita yang sebenarnya. Padahal sudah jelas kendaraan kita menempuh kesana adalah kematian. Sudah siapkah kita bermudik ke kampung halaman hakiki kita melalui kendaraan kematian?

Disini, bukan maksud meminta untuk cepat-cepat mati ya! Sama sekali bukan kesana maksud saya. Jangan salah paham nanti puasanya makruh. Tradisi mudik tentu layak dipelihara karena menjadi tradisi baik dan pertanda kasih sayang seseorang kepada orang tuanya, keluarga, teman-temannya dan juga kepada kampung halaman. Mudik menjadi wahana tali silaturrahmi tetap terjalin. Tapi lebih dari itu, ada mudik yang tentu lebih kita persiapkan yang melalui kendaraan kematian.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرًا لَّهُم ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110)

Mudik yang sebenarnya adalah perpulangan ke tempat sejati kita berasal. Puasa adalah pengajaran untuk mempersiapkan bekal perjalanan mudik menuju tempat kampung halaman kita yang sebenarnya. Allah sendiri mengakui bahwa umat Islam ini adalah umat terbaik. Oleh karena itu, tentunya kita berupaya semaksimal dan semampunya menjadi lebih baik agar tempat hakiki kita tidak kecewa ketika waktunya tiba kita dimudikkan kesisi-Nya. Iman dan takwa adalah bekal terbaik yang diajarkan dalam puasa agar mudik kita sempurna kesisi-Nya dan itulah yang telah diajarkan dalam ibadah puasa di bulan ramadhan. Wallahu a'lam bisshowab. 

Doa Hari ke 21

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ فِيْهِ إِلَى مَرْضَاتِكَ دَلِيْلاً وَ لاَ تَجْعَلْ لِلشَّيْطَانِ فِيْهِ عَلَيَّ سَبِيْلاً وَ اجْعَلِ الْجَنَّةَ لِيْ مَنْزِلاً وَ مَقِيْلاً يَا قَاضِيَ حَوَائِجِ الطَّالِبِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, tuntunlah aku di bulan yang mulia ini untuk mendapat keridhaan-Mu, Dan janganlah adakan celah bagi syetan untuk menggodaku. Jadikan surga sebagai tempat tinggal dan bernaungku. Wahai yang memenuhi hajat orang-orang yang meminta.

Minggu, 31 Maret 2024

FAKTA TENTANG KA'BAH



"Pelafalan lengkap: al-Kaʿbah al-Musyarrafah (ٱلْكَعْبَة ٱلْمُشَرَّفَة)  -  populer dituturkan: Kaʿbah  -  baca: Kabbah  -  asal kata dari: Ka'bu  -  ejaan: Kabbu  -  arti: Kubus  -  bermakna: Mata kaki, tempat kaki berputar atau bergerak untuk melangkah || Lazim disebut: Kabbain  -  artinya: Dua mata kaki, mata bumi, sumbu bumi atau kutub putaran utara bumi ----- dalam dialek Hijaz, bahasa Arab di Kota Suci Makkah, Provinsi Makkah, Kerajaan Arab Saudi, Jazirah Timur Tengah."

Profesor Hussain Kamil, selaku Kepala Bagian Ilmu Bumi di Universtas Riyadh, Saudi Arabia ----- telah menemukan suatu fakta menghebohkan, bahwa sebenarnya kota suci 'Makkah adalah pusat dari bumi.' Pada mulanya, ia meneliti suatu cara untuk menemukan 'arah Kiblat' pada kota-kota besar di dunia. Selanjutnya, ia menarik garis pada peta dan setelah itu ia mengamati dengan seksama posisi ke tujuh (7) benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang. Setelah dua (2) tahun dari pekerjaan sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer buat menentukan jarak-jarak benar dan variasi-varisi berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dan takjub setelah menemukan sesungguhnya 'Makkah adalah pusat bumi.'

Lalu, mengapa Makkah disebut dalam Alquran dengan Ummul Quro? Mengapa juga Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, menyebut daerah lain dan selain Makkah dengan kalimat: Ma Haulahaa?

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, dalam Alquranulkarim: “Demikianlah kami wahyukan kepadamu Alquran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura - arti: Penduduk Makkah dan penduduk negeri-negeri sekelilingnya.” Qur'an Surah: Asy-Syura, Ayat: 7.

Secara bahasa ‘Ummul ----- artinya: Ibu adalah sosok menjadi sumber keturunan.' Sehingga Makkah disebut: Ummul Qura - berarti: Makkah adalah sumber dari semua negeri lain.

Pertanyaan dan kajian, pada akhirnya sedikit demi sedikit mulai terjawab melalui berbagai penemuan ilmiah. Sesungguhnya, tahapan eksprimen tentang hal ini sudah dipublikasikan pada tahun 1978 Masehi, melalui keterangan Dr. Husain dan hasil studi kemudian diterbitkan pula diberbagai majalah sains dikawasan Barat.

Bersama rekan-rekannya, Dr. Husain menemukan bahwa ditilik dari sudut geografis (ilmu bumi) dan geologis (ilmu tanah) terbukti bahwa Makkah adalah pusat bumi. Kemudian pada tahun 2009 Masehi, hasil penemuan ilmiah itu kembali dipublikasikan dalam konferensi ilmiah bertajuk 'Makkah sebagai Pusat Bumi: Teori dan Praktik.' Konferensi digelar di Kota Dhoha, Negara Qatar ----- memperkuat hasil penemuan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Selanjutnya, Konferensi menelurkan rekomendasi berisi ajakan, agar umat Islam mengganti acuan waktu dunia selama ini merujuk pada Greenwich di Negara Inggris, menjadi Makkah di Negara Arab Saudi.

Beragam argumentasi ilmiah membuktikan bahwa 'wilayah nol bujur sangkar melalui kota Makkah' dan tidak melewati Greenwich di Negara Inggris. Dan Kota Suci Makkah ----- berada di titik lintang persis lurus dengan titik magnetik di Kutub Utara.'

Kondisi ini tak dimiliki oleh kota-kota lainnya, bahkan Greenwich ditetapkan sebagai meridian nol. Konon, GMT - akronim: Greenwich Mean Time, dipaksakan ----- ketika mayoritas negeri berada dibawah jajahan dan kolonialisme bangsa Inggris. Dan penemuan ilmiah tentang fakta Kota Suci Makkah ----- sebagai pusat bumi diterapkan, mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat, sekaligus akan mengakhiri kontroversi lama dimulai empat (4) dekade lalu tentang rujukan waktu dunia.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, menyiratkan fakta: 'Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan energi.' Qur'an Surah: Ar-Rahman, Ayat: 33.

"Aqthar ----- adalah bentuk jamak dari kata: Qutr - berarti: Diameter dan ia mengacu pada langit dan bumi mempunyai banyak diameter." Hal diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada ditengah-tengah bumi, maka itu berarti: Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan langit. Selain itu ada tertulis dalam Hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwasanya: "Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka'bah berada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan pembentuk bumi."

Informasi terkait Ka'bah, tidak atau belum kita ketahui sebelumnya, yaitu:

-

Makkah ----- adalah wilayah memiliki gravitasi paling stabil.

-

Tekanan gravitasinya tinggi dan disitulah berpusatnya kebisingan membangun yang tak bisa didengar oleh telinga.

-

Tekanan gravitasi tinggi berdampak langsung pada sistem imun tubuh untuk bertindak sebagai pertahanan dari segala serangan penyakit.

-

Gravitasi tinggi sama dengan elektron ion negatif berkumpul, maka disitu tinggi sama dengan doa akan maqbul, karena tempat gema atau ruang dalam waktu bersamaan.

-

Apa diniatkan di hati adalah gema tidak bisa di dengar, tapi dapat terdeteksi frekuensinya. Karena pengaruh elektron menyebabkan kekuatan internal kembali tinggi, penuh semangat untuk melakukan ibadah, tidak ada sifat putus asa, mau terus hidup, penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa.

-

Gelombang radio tidak bisa mendeteksi poisisi Ka'bah.

-

Bahkan teknologi satelit pun tidak mampu meneropong apa telah ada di dalam Ka'bah. Frekuensi radio tidak mungkin dapat membaca apa-apa ada dalam Ka'bah, karena tekanan gravitasinya tinggi.

-

Tempat paling tinggi tekanan gravitasinya memiliki konten garam dan aliran anak sungai dibawah tanah banyak. Sebab itu, jika shalat di Masjidil Haram, meskipun di tempat terbuka tanpa atap, masih terasa dingin lantainya.

-

Ka'bah bukan sekadar bangunan hitam empat persegi, tetapi satu tempat ajaib karena disitu pemusatan energi, gravitasi, zona magnetisme nol dan tempat dirahmati.

-

Tidur dengan posisi menghadap Ka'bah secara otomatis neuron-neuron otak akan terangsang sangat aktif sampai tulang belakang dan menghasilkan sel darah.

-

Pergerakan mengelilingi Ka'bah ----- arah lawan jam memberikan energi hidup (life force energy = chi = chakra) alamiah dari alam semesta. Semua sudah ada di alam ini bergerak menurut lawan jam, Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, telah tentukan hukumnya begitu.

-

Peredaran darah atau apa saja dalam tubuh manusia sesuai lawan jam. Justru dengan mengelilingi Ka'bah menurut lawan jam, berarti sirkulasi darah pada tubuh meningkat dan sudah tentu akan menambah energi. Sebab itu orang berada di Makkah selalu bertenaga, sehat dan panjang umur.

-

Sedangkan bilangan tujuh (7) itu adalah simbolik tak terhingga banyaknya. Angka tujuh (7) berarti: Tidak terbatas atau terlalu banyak. Dengan melakukan tujuh (7) kali putaran sebenarnya kita mendapat ibadah tidak terbatas jumlahnya.

-

Larangan memakai topi, songkok atau menutup kepala ----- karena rambut dan bulu roma (pria) adalah ibarat antena untuk menerima gelombang baik dipancarkan langsung dari Ka'bah. Sebab melakukan ibadah haji atau umrah, kita seperti dilahirkan kembali sebagai manusia baru, karena segala hal buruk telah ditarik dan diganti dengan 'nur atau cahaya.'

-

Setelah selesai, baru bercukur atau tahallul. Tujuannya untuk melepaskan diri dari pantang larang dalam ihram. Namun, rahasia disebaliknya adalah untuk membersihkan antena atau reseptor kita dari segala kotoran, sehingga hanya gelombang baik akan diterima oleh tubuh kita.

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَاللهُ أَكْبَرُ.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ.

Terjemahan: Subhanallahu Walhamdulillah Walaa Ilaaha Illallahu Allahu Akbar. Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika lak.

Artinya: Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar. Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.

----- Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, mengatakan bahwa rangkaian kalimat tersebut diatas lebih disukai daripada dunia dan segala isinya.

Catatan kaki:

Ummul Quro ----- artinya: Ibu atau Induk dari kota-kota di dunia.

Ma Haulahaa ----- artinya: Negeri-negeri sekelilingnya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ka%27bah 

https://id.wikipedia.org/wiki/Makkah 

https://www.kompasiana.com/.../bahasa-arab-terdapat... 

https://www.freedomsiana.id/subhanallah-walhamdulillah... 

https://www.detik.com/.../arti-labbaik-allahumma-labbaik... 

Dokumen foto: Davaynwa ----- Ka'bah - yaum Ahad, almanak 21 Ramadhan 1445 Hijriah - hari Minggu, tertanggal 31 Maret 2024 Masehi, sumber Walpaper Cave.

Terima kasih.

#KoPigiKeliling Berkabar Berita, Berbagi Hidup.

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (20)


Kesadaran Lailatul Qadar

Puasa sebagai treaning spritual menuju tangga pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dengan malam Lalilatul Kadar sebagai Milad Al-Qur'an, milad peradaban, dan miladnya segala nilai-nilai ajaran sakral Tuhan yang terjadi pada malam hari sebagai waktu yang paling tepat untuk komunikasi spiritual bersama-Nya 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّا سَنُلۡقِي عَلَيۡكَ قَوۡلًا ثقِيْلاً إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيۡلِ هِيَ أَشَدُّ وَطۡئًا وَأَقۡوَمُ قِيلًا
  
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan."(QS. Al-Muzzammil 73: 5-6)

Bangun malam di malam yang lebih baik dari seribu bulan (malam lailatul kadar) untuk membaca ulang sejauh mana hubungan kita dengan Al-Qur'an dan sejauh apa tingkat pemahaman kita terhadap Firman-Nya, semestinya tidak hanya dirangkaikan dengan acara seremonial-seremonial. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
"sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan." (QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 3)

Lailatul qadar secara bahasa berarti malam (lail) dan ukuran (qadar). Dalam riwayat disebutkan bahwa tanda turunnya lailatul qadar dengan langit yang cerah, suasananya tenang dan sunyi, dan tidak panas dan juga tidak dingin (sejuk). Dari tanda-tanda ini, saya lebih menelisik kedalam diri. Dengan petunjuk puasa hingga membentuk ukuran tertentu menuju kesadaran tertentu. Artinya lailatul qadar berarti terbentuknya kesadaran baru setelah melepas identitas kebinatangan dengan membelenggu nafsu kita.

Turunnya lailatul qadar adalah kesadaran ilahi yang terpatri dalam diri kita sehingga kita mampu merasakan kehadiran Tuhan. Juga dikatakan bahwa malam lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Adakah yang lebih baik ketika kesadaran ilahi kita menyatu dalam diri kita. Adakah yang lebih baik ketika kita mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam diri kita. Lailatul qadar adalah malam dimana sampah-sampah dalam diri seperti sampah kemarahan, sampah kebencian, sampah kemunafikan, sampah riya, sampah kesombongan, sampah ke-aku-an telah kita singkirkan dengan berpuasa. 

Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al-Quran, artinya ssya lebih memaknai bahwa ketika sampah-sampah telah disingkirkan kemudian kesadaran ilahi masuk ke dalam kesadaran kita maka, ia akan mewujud menjadi firman ilahi yakni al-Quran. Akhlak kita menjadi akhlak al-quran. Ruhani kita menjadi nur. Pada akhirnya menjadi sejahtera sampai terbit fajar.

سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
"Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr 97: Ayat 5)

Wallahi a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 20

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ فِيْهِ أَبْوَابَ الْجِنَانِ وَ أَغْلِقْ عَنِّيْ فِيْهِ أَبْوَابَ النِّيْرَانِ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ يَا مُنْزِلَ السَّكِيْنَةِ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, bukakanlah bagiku di bulan ini pintu-pintu menuju surga dan tutupkan bagiku pintu-pintu neraka. Berikanlah kemampuan padaku untuk menelaah Al qur’an di bulan ini. Wahai yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin.

Sabtu, 30 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (19)


Perlunya Puasa Bicara 2

Menurut Syaikhul Akbar Ibnu Arabi, diam adalah salah satu jalan menempuh kebahagiaan. Dalam terjemahan kitab Nashaih Al-Syaikh Al-Akbar Ibn 'Arabi oleh Arif Maftuhin. Pada nasehat keempat disebutkan bahwa ada dua macam diam yaitu diamnya lisan dalam arti tidak berbicara tentang selain Allah Swt dengan oknum selain Allah secara sekaligus; kedua diam hati dari hal-hal yang muncul di hati terkait maujud (diam sama sekali).

Ibnu 'Arabi berkata barang siapa lisannya diam tetapi hatinya tidak, maka dosanya akan ringan. Barang siapa lisannya diam dan juga hatinya diam, maka yang rahasia akan jelas baginya, dan Allah akan menjadi jelas pula baginya. Barang siapa hatinya diam tetapi lisannya tidak, maka dia akan berkata dengan kata hikmah. Barang siapa yang lisan dan hatinya tidak diam, maka itu adalah kekuasaan setan dan ia tunduk kepadanya.

Menurut Ibnu Arabi, diam lisan adalah diamnya seseorang yang sedang berusaha menempuh perjalanan ruhani sementara diamnya hati adalah sifatnya orang-orang yang sudah muqorrabin yaitu orang yang sudah dekat dengan Allah, sifatnya orang musyahadah (seseorang dalam kondisi ruhaninya mampu menyaksikan kebesaran Allah Swt).

Diamnya orang awam minimal akan menyelamatkannya dari bahaya fitnah sekaligus menyelematkan mulutnya menfitnah,  menghibah, sombong sementara diamnya para orang yang muqorrab akan menimbulkan percakapan hati dengan Tuhannya yang lentur dan asyik.

Pentingnya menjaga lisan, sebagaimana Rasulullah berkata kepada Mu'adz bin Jabal:"Maukah kuberitahu tentang semua kunci perkara itu? Jawabku: ia wahai Rasulullah." Maka Rasulullah pun memegang lidahnya kemudian bersabda: "jagalah ini." Aku bertanya, "Waha Rasulullah, apakah kami dituntut disiksa karena apa yang kami katakan?" Maka beliau menjawab: "celaka engkau, adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?" (HR Tirmidzi).

Rasulullah juga bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah baik dan jika tidak, maka diamlah." (HR Bukhari Muslim).

Ibnu Arabi berkata: "Barang siapa yang menjalankan diam dalam semua keadaan, maka ia tidak akan sempat lagi betbicara kecuali dengan Tuhannya. Sebab diam sama sekali bagi manusia dalam dirinya sendiri adalah mustahil. Jadi memang diam ini adalah suatu perkara yang sulit ditaklukan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ  إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ
"dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya, tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)," (QS. An-Najm 53: Ayat 3-4).

Perkara diam termasuk perkara paling penting disisi para pesuluk (pejalan menuju Allah) karena pembicaraan yang benar merupakan hasil diam dari kesalahan. Pembicaraan yang benar adalah wahyu, berbicara yang benar akan jadi perkataan mengandung hikmah dan diam akan mengahsilkan makrifat kepada Allah Swt. Banyak diam akan mendapatkan bisikan wahyu sementara banyak bicara akan mendapatkan bisikan syetan. 

Diriwayatkan dari Bukhari Muslim dari Aisyah ra, berkata: "Sesungguhnya Nabi apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada yang menghitungnya niscaya ia dalat menghitungnya." Wallahu a'lam bisshwab.

Doa Hari ke 19

اَللَّهُمَّ وَفِّرْ فِيْهِ حَظِّيْ مِنْ بَرَكَاتِهِ وَ سَهِّلْ سَبِيْلِيْ إِلَى خَيْرَاتِهِ وَ لاَ تَحْرِمْنِيْ قَبُوْلَ حَسَنَاتِهِ يَا هَادِيًا إِلَى الْحَقِّ الْمُبِيْنِ
Artinya :

“Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini lebih bisa menikmati berkat-berkat-Mu dan mudahkanlah jalan-ku untuk mendapat kebaikan-kebaikannya. Jangan Engkau haramkan aku untuk menerima kebaikan-kebaikannya. Wahai Pemberi Petunjuk kepada jalan yang terang.

Kamis, 28 Maret 2024

FOOTNOTE HISTORIS || SHALAT TARAWIH SEPERSONIK

By Ahmad M. Sewang 

Setiap tahun saya menulis tentang salat tarawih supersonik. Disebut supersonik karena begitu cepatnya, bayangkan 23 rakat diselesaikan dalam waktu sesengkat-singkanya hanya tujuh menit. Salat ini diselenggrakan di sebuah pesantren di Jombang dan di Cerbon. Yang menarik karena semakin banyak jamaanya dari generasi muda, ada juga orang tua yang ikut, tetapi karena begitu cepat berlangsung, maka mereka hanya bisa mengikuti dengan salat duduk.

Salat tarawih supersonik ini setiap tahun di rewriting. Tahun ini d sengaja di rewriting sekedar menyambut himbauan Mentri Agama RI yang menekankan bahwa hendaknya MUI sebagai khadimul ummat, memperhatikan salat tarawih kilat ini. Saya juga tidak tahu bahwa salat tarawih kilat yang mereka lakukan banyak yang menganggap kontroversi, pengasuhnya sendiri menganggap sah. Alasannya rekun dan syaratnya tidak ada yang dikurangi, sedang para ahli mempertanyakan bahwa salat itu harus ada tuma'ninanya, Apalagi Tarawi, tarawih artinya santai atau istirahat.  Salat tarawih semacam ini sama sekali tidak punya istirahatnys atau tuma'nina. Karena itu, orang tua tidak bisa mengikuti maka terpaksa salat duduk bahkan orang Ambon mengatakan ini adalah "salat bola". Bola jika dijatuhkan ke tanah. Semakin cepat jatuh ke tanah semakin cepat lagi melanting ke atas, maka digelar salat bolah.

Akhirnya segaja tulisan ini diekspos ke publik, agar dapat respon dari MUI untuk mendapatkan bimbingan. Jangan membiarkan masyarakat lepas dari bimbingan. Bukankah MUI sebagai khadimul ummah?

Kenapa setiap tahun tulisan  semacam ini dipublish. Saya teringat kisah lucuh dari sebuah kampung. Penduduknya begitu kritis dalam menghadapi seorang mubalig yang materi dakwahnya cuma satu tema sepanjang Ramadan yang dibawa keliling ke banyak masjid. Kebetul ada jamaah yang mengikutinya. Setelah tiba di masjid kampung yang kritis itu, Mendengar namanya dipersilahkan oleh protokol masjid kampung itu. Jamaah masjid kampung itu ramai-ramai berkata serentak, bagai paduan suara, "Pasti judulnya KUTIBA". Sang mubalig bukannya tersinggung bahkan dengan tersenyum lebar berkata; "Saya juga bosan membawakan judul ini, jika ingin berubah judul nasehat saya, maka ubah dahulu prilakumu. Ini malam kamu ubah, ini malam Juga judul nasehat ini pasti saya ubah. Jika para jamaah bosan mendengarnya, lebih lagi saya sebagai penasehat," katanya santai.

Wasalam, 
Kompleks GMP, 29 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (18)


Perlunya Puasa Diam

Ketika puasa disyariatkan Allah Swt kepada kaum yang beriman "Wahai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." Ada satu prilaku puasa yang rentang umat Islam melupakannya yang hari ini tidak kalah pentingnya untuk dilakukan. Prilaku ini adalah puasa untuk tidak bicara. 

Di era yang makin canggih ini, soal bicara tidak melulu pada mulut untuk menyampaikan maksud kita. Lewat jari pun sudah mampu mengutarakan maksud dan tujuan kita ke orang lain. Jangankan orang terdekat, orang paling jauh sekalipun sudah mampu mengetahui tujuan dan maksud kita cukup ketik dan upload ke media sosial.

Tujuan puasa yang secara gamblang disebutkan dalam al-Quran adalah agar bertakwa sementara salah satu tanda ketakwaan seorang mukmin dapat dilihat dari perkataannya. Berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berbicara. 

Coba kita renungkan sejenak beberapa pertanyaan berikut ini:
1. Seberapa yakin perkataan kita dalam setiap harinya tidak menyinggung perasaan orang lain? 
2. Berapa persen perkataan kita mengandung kebenaran saat berkata-kata (qaulan sadida)? 
3. Berapa persen perkataan kita mengandung kebaikan saat berkata-kata (qaulan ma'rufa)? 
4. Berapa persen perkataan kita mengandung perkataan mulia saat berbicara (qaulan karima)? 
5. Berapa persen perkataan kita mengandung kelembutan saat bicara (qaulan layina)? 
6. Berapa persen perkataan kita mengandung kegembiraan saat bicara (qaulan maisura)? 
7. Berapa persen perkataan kita menyentuh ketika bicara (qaulan baligha)?

Di dalam mulut ada lidah yang tak bertulang, artinya ucapan yang baik akan tergolong amal ibadah dan tentu mendapatkan pahala namun sebaliknya  perkataan yang buruk akan dinilai dosa. Sering dijumpai, biasanya berkumpul untuk ngerumpi (semasa di pondok sering diistilahkan ngerumpi ini dengan kata qiila wa qoola) biasanya lebih banyak dosa bicara yang didapat. Sungguh lidah ini tidak tahan untuk tidak bicara setiap menitnya. Ngerumpi atau qiila wa qoola adalah senang membicarakan seluk-beluk seseorang.

Banyak riwayat terkait keburukan dari pada bicara. Misalnya diriwayatkan dari Bukhari Muslim dari Aisyah ra, berkata: "Sesungguhnya Nabi apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada yang menghitungnya niscaya ia dalat menghitungnya." Abu Hurairah berkata: "Tidak ada baiknya orang yang banyak bicara." Umar bin Khattab berkata: "Barangsiapa yang banyak bicaranya akan banyak kesalahannya." Riwayat Muslim, Nabi bersabda: "Cukuplah seorang itu berdusta, jika ia membicarakan setiap apa yang didengarnya." 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَكُلِي وَٱشۡرَبِي وَقَرِّي عَيۡنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلۡبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِيٓ إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيًّا
"Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini." (QS. Maryam 19: Ayat 26)

Ayat ini mengisahkan Ibunda Maryam di tengah carut-marut persoalan kehamilannya. Allah menyuruhnya puasa diam ketika kehebohan bani israil mempertanyakan kehamilannya. Artinya pada saat itu., meskipun ibunda Maryam berusaha menjelaskan, juga tidak akan diterima kaumnya pada saat itu dan juga pelajarannya adalah tatkala bicara itu tidak ada manfaatnya lagi bagi si pendengar maka dia adalah solusinya. Soekarno berkata: ketika kata tak lagi bermakna maka diam adalah emas.

Lalu, hari ini perlukah kita puasa diam? Bersambung

Doa Hari ke 18

اَللَّهُمَّ نَبِّهْنِيْ فِيْهِ لِبَرَكَاتِ أَسْحَارِهِ وَ نَوِّرْ فِيْهِ قَلْبِيْ بِضِيَاءِ أَنْوَارِهِ وَ خُذْ بِكُلِّ أَعْضَائِيْ إِلَى اتِّبَاعِ آثَارِهِ بِنُوْرِكَ يَا مُنَوِّرَ قُلُوْبِ الْعَارِفِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah sadarkanlah aku untuk mengetahui berkat yang ada pada waktu sahur. Terangilah hati-ku dengan cahaya-Mu yang lembut. Jadikanlah seluruh anggota badanku dapat mengikuti cahaya itu. Wahai Penerang hati sanubari. 

Rabu, 27 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (10 - Selesai)

By Ahmad M. Sewang

Pilihlah sahabat yang mampu membawa prospektif ke depan. Sejak kecil saya berusaha bersahabat yang menurut saya bisa membimbing ke arah lebih positif tanpa memandang firqah keagamaan yang dianut. Karena itu berbagai kajian  saya ikuti, mulai PII, SEPMI,  IPNU, IPM. 

Berpikir secara positif, selalu ada rezikonya, apalagi berpikir negatif. Suatu ketika teman-teman NU, mengetahui bahwa saya mengikuti kegiatan di SEPMI, saya dipanggil ketua Majlis Syariah NU K.H. Muhsin Tahir dan ditanya, "Kenapa ikut SEPMI? Saya jawab dengan polos bahwa mereka juga muslim. Kemudian beliau menegur saya bahwa jawaban itu sudah mulai salah. Tetapi itulah pandangan apa adanya saat itu.

Beda ketika mulai kuliah di Makassar, saya tidak lagi aktif di organisasi  mainstrem melainkan di pengajian kitab kuning seperti di KH Mustari Pasar Terong dan di masjid Raya Makassar. Selain itu, saya aktif di pengajian Aqsha dan di DPP IMMIM. Pengajian Aqsha adalah umumnya menghimpun para dokter yang ingin belajar agama. Di pengajian ini sangat terkenal ketika itu. Ia satu level dengan pengajian Salahuddin UGM dan ITB Bandung. Ia pernah dikunjungi Prof. Buya Hamka, Prof. Yagub Vredenberg dari Belanda, Prof. Nurchalis Madjid, Prof. Baharuddin Lopa, Prof. Harun Nasution, dan hampir semua tokoh populer dari IAIN, IKIP, UNHAS, dan UMI pernah jadi nara sumber di pengajian ini . Di sini saya bergabung sebagai sekertaris harian. 

Menurut penelusuran buku tentang fikih persaudaraan yang saya tulis bahwa Nabi di antaranya yang berhasil mempersaudarakan kaum Muslim dari masyarakat Arab sebelumnya dalam sistem kabilah mengubahnya kepada sistem ukhuwah. Setelah Nabi wafat sistem gabilah ini kembali lagi kambuh terutama di masa khalifah Usman yang disebut dalam sejarah alfitnatul kubah yang diterjemahkan dalam bagasa Indonesia Malapetaka Besar, disebut demikian karena masih berlangsung dalam lintasan sejarah sampai sekarang. Lihat saja kondisi umat sekarang orang lebih suka bertengkar dari pada bersatu hanya masalah furu. (Habis)

Wasalam,
Kompleks GPM. 28 Maret 2024

Selasa, 26 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGi SEJARAH (9)

By Ahmad M. Sewang

Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya hendaknya mengingatkan sebuah hadis Nabi bahwa ini  adalah pelajaran sejarah yang perlu dipertimbangkan mana yang segera diambil sebagai pelajaran dan mana yang tidak perlu, mengingat kita sedang berada dalam sebuah dinamika perubahan yang terus-menerus, sedang dalam ilmu sejarah mengajarkan sejarah penguasa. Artinya, sejarah masyarakat Pambusuang selama ini tidak lebih adalah sejarah siapa yang sedang berkuasa menentukan apa yang bernilai monumental yang perlu dilestarikan untuk generasi kita dan yang akan datang. Kita tidak  pernah (melangsungkan pameran Sejarah di sekitar awal abad ke-20) dikuasai oleh papazan (papadang artinya para pedagang yang berlayar sampa ke Padang, Minangkabau.)

Saya merasa beruntung karena ketika melakukan penelitina S1  masih bertemu Hj. Asia (Amma Kanung). Dari sanalah banyak memperoleh informasi tentang para pedagang Mandar. Para pedagang berphoto di Padang tahun 1923. Mereka mengelilingi Abd. Muis (pinpinan pusat SI). Mereka menyebut diri sebagai Syarikat Mandar. Saya meminta agar photo ini bisa di simpang dengan baik untuk dipelihara karena di antara bukti sejarah yang bernilai dan masih terpelihara sampai sekarang, menunjukkan bahwa Pambusuang memiliki sejarah gemilang masa lalu. Saya berpendapat photo itu masih tersimpan dengan baik di rumah annanguru Hawu di Polewali. Mungkin annaguru Hawu menyimpang banyak dokumentasi yang bisa di pamerkan pada hari haul Darwis Hamsa.

 Perlu diketahui ada beberapa orang yang tergabung dalam photo Syarekat Mandar itu di antaranya ada dari Pambusuang, Karama, dan Babarura. Dengan demikian hari haul Darwis Hamsa memiliki makna historis dan nilai tambah dengan adanya pameran itu. Saya pernah diberitahu Darwis Hamsa ketika beliau masih hidup bahwa akan memberikannya pada orang yang terlibat pada Syarikat Mandar itu sebagai pahlawan. Tetapi beliau terlanjur wafat dan saya pikir  cita-cita luhur almarhum bisa dilanjutkan oleh para penerusnya. Sebenarnya, adalah kebanggaan warga Pambusuang kalau bisa dipastikan kontroversi bahwa Darwis Hamsa adalah kelahiran Pambusunag. Saya sebagai warga dan kelahiran Pambusuang sungguh merasa sangat bangga.

Wasalam,
Kompleks GPM, 27 Maret 2024

TENTANG NUZULUL QUR'AN

Peristiwa Turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) dan Keutamaannya
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Peristiwa Turunnya Al-Quran – Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam dan kitab suci ini diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an juga menjadi pedoman bagi semua Islam dalam menjalani kehidupan ini. Dengan Al-Qur’an, maka hidup yang dijalaninya bisa lebih terarah dan terhindar dari perbuatan dosa.

Namun, peristiwa turunnya Al-Qur’an mungkin jarang ada yang mengetahuinya. Jangan khawatir karena pada artikel ini, kita akan membahas lebih jauh tentang peristiwa turunya Al-Qur’an. Namun, sebelum membahas peristiwa turunnya Al-Qur’an, ada baiknya kalau kita membahas tentang pengertian Al-Qur’an terlebih dahulu.

Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam yang menjadi pegangan dan dasar bagi kehidupan. Dalam sejarah, tercatat bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus kepada Rasulullah SAW. Ayat-ayat Al Qur’an diturunkan secara bertahap, sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Salah satu peristiwa yang terkait dengan sejarah turunnya Al-Qur’an ke bumi adalah Nuzulul Qur’an.

Fungsi Diturunkannya Al-Qur’an
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti ada manfaat dan fungsinya. Al-Qur’an mengandung banyak pokok ajaran, sehingga seluruh hidup dan kehidupan ini menjadi teratur. Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti ada manfaatnya. Al-Qur’an mengandung banyak pokok ajaran sehingga seluruh hidup dan kehidupan ini menjadi teratur. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang fungsi Al-Qur’an, seperti dikutip dari buku Al-Qur’an dan Hadits karya Muhaimin yaitu:

1. Sebagai Petunjuk bagi Manusia
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang beriman dan bertaqwa dalam hidup dan kehidupan.

Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam Surat Al A’raf ayat 52:

Artinya: “Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (AlQur’an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan Rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS Al A’raf ayat 52)

Hal ini dapat terlihat bagi siapa saja (manusia) yang mengikuti petunjuk Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan, kejayaan, keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

2. Sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam
Sumber pokok ajaran Islam adalah Al-Qur’an. Sebab, dari Al-Qur’an-lah diambil dari segala pokok syariat dan dalil-dalil syar’i yang mencakup seluruh aspek hukum bagi manusia dalam menjalani hidup di dunia atau akhirat.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Surat An Nisa ayat 105:

Artinya: “Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (AlQuran) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat”.

3. Sebagai Pengajaran bagi Manusia
Al-Qur’an adalah pengajaran bagi manusia. Oleh karena itu, manusia mengetahui jalan yang haq dan batil, antara yang benar dan yang sesat lainnya.

Hal ini tercantum dalam Surat Yunus ayat 57:

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta Rahmat bagi orang yang beriman”. (QS Yunus ayat 57).

Dengan fungsi Al-Qur’an itulah Al-Qur’an memiliki peran yang sangat penting dalam menjalani hidup. Tujuannya agar hidup berjalan kebenaran dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Peristiwa Turunnya Al-Qur’an atau Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Secara bahasa, Nuzulul Qur’an berasal dari dua kata yaitu Nuzulul (menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah) dan Al-Qur’an (kitab suci umat Islam). Jadi, Nuzulul Qur’an dapat diartikan sebagai peristiwa turunnya Al-Qur’an dari tempat yang tinggi ke muka bumi.

Sedangkan makna secara lengkap, Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk digunakan sebagai petunjuk bagi umat Islam. Umat Islam berlomba-lomba untuk mendapatkan malam Nuzulul Qur’an. Malam Nuzulul Qur’an didapat di bulan Ramadhan tanggal 17.

Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Keutamaan Nuzulul Qur’an
Berikut ini adalah keutamaan malam Nuzulul Qur’an, peristiwa turunnya Al Qur’an ke bumi pada 17 Ramadhan, yaitu:

1. Lebih Baik dari 1000 bulan
Disebut lebih baik dari seribu bulan memiliki makna bahwa amalan dan ibadah yang dilakukan dalam malam Nuzulul Qur’an lebih baik dari amalan yang dilakukan selama seribu bulan. Hal itu didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surat Al Qadr ayat 3.

2. Diampuni Segala Dosa
Orang yang menghidupkan malam Nuzulul Qur’an akan mendapatkan ampunan dosa dari Allah SWT hingga diibaratkan seperti bayi yang baru saja lahir ke dunia.

3. Sebagai Malam Penuh Berkah
Malam Nuzulul Qur’an juga menjadi salah satu malam yang penuh berkah. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Surat Al-Dukhan ayat 3. Selain itu, disebut malam penuh berkah karena Al-Qur’an diturunkan ke bumi dalam satu malam di bulan Ramadhan.

Keistimewaan Nuzulul Qur’an
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Adapun keistimewaan Nuzulul Qur’an yaitu sebagai berikut:

Keistimewaan Nuzulul Qur’an yang pertama adalah peristiwa ini telah menguatkan hati Rasulullah SAW dan para sahabat untuk terus berjuang dalam berdakwah dan menyebarkan agama Islam kepada semua orang. Meskipun saat itu, Rasul dan para sahabat banyak mendapat cemoohan, ejekan, hinaan serta siksaan dari pembenci Islam.
Keistimewaan selanjutnya adalah Nuzulul Qur’an merupakan sebuah tantangan serta pertolongan dari Allah SWT untuk umat muslim untuk terus berjuang dijalan Allah SWT dan mengharap ridho Allah SWT.
Nuzulul Qur’an juga memiliki keistimewaan di mana ia merupakan peristiwa turunnya wahyu Allah yang berupa Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan jawaban atas segala pertanyaan manusia mengenai berbagai hal mulai dari fiqih, hukum hingga hal lain yang sangat penting.
Teori Nuzulul Qur’an
Istilah Nuzulul Qur’an ini biasa diperingati pada malam tanggal 17 Ramadhan, sebagai malam dimana pertama kali Al Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira melalui malaikat Jibril. Ada sejumlah teori bagaimana tahapan Al Qur’an diturunkan hingga menjadi utuh. Berikut teori tentang Nuzulul Qur’an:

1. Teori Pertama
Pada malam Lailatul Qadar, Al Qur’an dalam jumlah dan bentuk yang utuh dan komplit, diturunkan ke langit dunia. Setelah itu, dari langit dunia, Al-Qur’an diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai kebutuhan selama 20/23/25 tahun.

2. Teori Kedua
Makna Nuzulul Qur’an dijelaskan juga bahwa Al Qur’an diturunkan ke langit dunia selama 20 malam Lailatul Qadar dalam 20 tahun (Lailatul Qadar hanya turun sekali dalam setahun). Setelah itu, dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW sesuai kebutuhan.

3. Teori Ketiga
Al-Qur’an turun pertama kali pada malam Lailatul Qadar. Selanjutnya, Al Qur’an diturunkan ke bumi secara bertahap dalam waktu berbeda-beda.

Amalan yang Bisa Dilakukan Saat Nuzulul Qur’an
Diriwayatkan dalam Hadits Bukhari

“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah SAW pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Al-Qur’an bersamanya”.

Amalan yang bisa dilakukan di malam nuzulul Qur’an, antara lain:

Amalan nuzulul Qur’an yang pertama adalah istiqomah membaca Al Qur’an. Setidaknya cobalah khatam membaca Al Qur’an satu kali selama bulan Ramadhan ini.
Selanjutnya, amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur’an adalah melakukan I’tikaf atau berdiam diri di masjid pada malam hari. Melakukan I’tikaf sebagai amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur’an bukan berarti hanya diam dan tidur tiduran saja di masjid, tetapi mengisi malam tersebut dengan kegiatan berzikir kepada Allah SWT ataupun membaca Al Quran.
Selanjutnya, Anda bisa juga mengisi malam nuzulul quran dengan memperbanyak shalat malam dan berdoa. Amalan yang dilakukan di malam nuzulul quran ini bisa membuat lebih menghayati betapa sakral dan pentingnya peristiwa turunnya Al Quran yang menjadi pedoman seumur hidup bagi umat islam ini.
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Ayat Al-Qur’an pertama yang turun adalah surat Al Alaq ayat 1-5. Turunnya ayat ini menjadi tanda awal kenabian Muhammad SAW. Selain itu, turunnya Al Qur’an menjadi awal dari perjuangan menyebarkan agama Islam di jazirah Arab. Al Qur’an pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah utara Mekkah pada 17 Ramadhan 610.

Oleh karena itu, Nuzulul Qur’an diperingati oleh umat Muslim pada malam ke-17 Ramadhan. Dasar dari peringatan Nuzulul Qur’an pada 17 Ramadhan adalah tafsiran dari Surat Al-Anfal ayat 41.

Dalam proses turunnya Al Qur’an sendiri dibagi menjadi dua tahap, yakni:

1. Al Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfuz ke langit dunia
Al-Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfuz ke langit dunia. Al-Qur’an diturunkan ke Nabi Muhammad SAW secara bertahap atau berangsur-angsur. Turunnya Al-Qur’an dibagi lagi ke dalam dua periode, yakni periode Mekkah yang disebut dengan ayat Makkiyah dan periode Madinah yang dikenal dengan ayat Madaniyah.

Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah (paham terkait keimanan) atau tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini, terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan. Sedangkan ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan Muamalah (hubungan manusia sebagai makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam), dan hukum Islam. Pada periode setelah Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, terdapat 28 surat yang diturunkan selama sembilan tahun sembilan bulan. Ayat terakhir Al Qur’an yang turun adalah surat Al Maidah ayat ke-5.

2. Usai diturunkan ke langit dunia, Al Qur’an diturunkan ke Nabi Muhammad SAW secara bertahap melalui malaikat Jibril
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 saat berada di Gua Hira pada tahun 610 M. Turunnya Surat Al Alaq ayat 1-5 menjadikan awal kenabian Muhammad SAW.

Selain itu, waktu turunnya Al Qur’an juga menjadi awal penyebaran agama Islam. Saat itu, Nabi Muhammad sedang menyepi untuk menenangkan hati. Pada saat wahyu pertama ini turun, Rasulullah SAW tidak bisa membaca. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk membaca melalui surat Al-Alaq.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Firman Allah SWT dalam surat Al Alaq ayat 1-5, ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan. Surat Al Alaq ayat 1-5 juga menjadi penanda diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul.

Setelah ayat ini, Al-Qur’an turun secara bertahap. 
Total Al Qur’an turun selama kurang lebih 23 tahun. Setiap ayat diturunkan menyesuaikan dengan problematika sosial, krisis moral, keagamaan, kisah-kisah para Nabi terdahulu hingga hikmah yang terjadi di masa nabi.

Peristiwa Nuzulul Qur’an adalah peristiwa bersejarah dalam agama Islam. Pada tahun 1442 Hijriah, Nuzulul Qur’an diperingati setiap hari Kamis, 29 April 2021. Nuzulul Qur’an adalah proses turunnya ayat Al Qur’an dalam menyempurnakan ajaran Islam sebagai petunjuk umat manusia.

Selain itu, sejarah turunnya Al Qur’an dibagi menjadi dua periode yaitu periode Mekkah (sebelum hijrahnya Nabi) dan Madinah (setelah hijrah). Al Qur’an pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah Utara Mekkah pada 17 Ramadhan 610 M. Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah (paham terkait keimanan) dan tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan.

Sedangkan ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan muamalah (hubungan manusia sebagai makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam) dan hukum Islam. Pada periode setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ini, terdapat 28 surat yang diturunkan dalam kurun waktu 9 tahun 9 bulan.

Ayat Al Qur’an yang terakhir yang diturunkan adalah surat Al Maidah ayat 5. Ayat terakhir yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah adalah surat Al-Maidah ayat 5. Ayat ini turun sesudah waktu Ashar pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji terakhir.

Pembukuan Al-Qur’an
Ketika Wahyu pertama kali diturunkan, Rasulullah SAW, yang tidak bisa membaca dan menulis, membacakannya kepada para sahabat. Oleh karena itu, saat pertama kali Al-Qur’an diturunkan, tidak langsung dibentuk kitab seperti sekarang ini. Setelah dibacakan Nabi Muhammad SAW, ayat Al-Qur’an ada yang dihafalkan, ada yang langsung ditulis.

Ayat Al-Qur’an yang turun, di tulis di berbagai tempat, seperti di pelepah pohon kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit binatang, kayu, pelana, hingga potongan tulang binatang. Selepas Nabi Muhammad SAW wafat pada 632 M, umat Islam dipimpin oleh Abu Bakar sebagai Khalifah bagi umat Islam.

Dalam pemerintahan Abu Bakar, banyak terjadi gejolak berupa pemberontakan dan ekspansi wilayah yang menimbulkan pertempuran. Akibatnya, banyak para penghafal Al-Qur’an yang gugur. Hal itu menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya Al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin Khattab merasa perlu untuk membukukan Al-Qur’an dan mengusulkannya kepada Khalifah Abu Bakar.

Khalifah Abu Bakar kemudian menunjuk Zaid Bin Tsabit untuk memimpin proyek pembukuan Al-Qur’an. Usai Al-Qur’an berhasil dibukukan kemudian dilakukan standarisasi pada masa pemerintahan Khalifah Utsman Bin Affan. Selain itu, karena banyak terjadi perbedaan dialek di kalangan umat Islam, Khalifah Utsman memerintahkan untuk diseragamkan. Al-Qur’an yang sekarang ini dijadikan pedoman menggunakan cara penulisan Utsmani atau Rasm Utsmani.

Sumber: Laman Facebook Biografi Ulama.