Senin, 27 Februari 2017

Catatan Kecil dari WISATA SEJARAH MA. NURUL MAARIF PARIANGAN-LUYO (2)


”Situs Ondongan dan Peluang Wisata Terpadu Bukan Sekedar Omongan”
 (Bagian 2 –Selesai)


Catatan : Muhammad Munir

Tepat Pukul 16.00 Wita, para peserta Wisata Sejarah Madrasah Aliayah Nurul Maarif tiba disebuah bukit dipusat kota Majene. Rombongan Kepala Sekolah dan guru-guru tiba bersamaan dengan pemandu yang terdiri dari Tammalele, Thamrin, Ifrat dan Penulis. Bukit kecil tersebut berada diantara area Rujab Bupati Majene dan Taman Kota Majene. Para pengunjung lebih mengenalnya sebagai Situs Ondongan yang didalamnya ada sekitar 480 buah makan raja-raja, pejabat dan kerabat raja Banggae.

Kompleks makam ini terletak di Kampung Ondongan, Kelurahan Pangaliali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene. Begitu tiba di kompleks, sontak para siswa-siswi segera berhamburan di areal kompleks, sekedar selfie-selfie dan mengabadikan momentum tersebut. Siapapun yang datang ke kompleks ini, pasti merasakan sesuatu yang begitu indah. Panorama birunya laut, jirat dan nisan yang menggunakan beberapa macam bahan, seperti batu cadas, andesit, dan kayu melengkapi perjalanan wisata sejarah MA Nurul Maarif sore ini.  


Kompleks Raja-Raja Banggae di Ondongan ini berderet dari timur ke barat. Thamrin dan Tammalele serta Ifrat berusaha menjadi bagian dari peramu wisata yang profesional. Mereka mengambil bagian memberi informasi kepada anak-anak yang bertanya dan atau kebetulan memperhatikan bentuk dan jirat makam yang ada di kompleks ini. Penulis yang juga menjadi bagian dalam perjalanan wisata ini mencoba memberi penjelasan kepada beberapa siswa dan guru-guru yang mengikuti penulis. Pada mereka penulis jelaskan bahwa di kompleks ini ada 480 makam yang masuk dalam inventarisasi Situs cagar budaya Ondongan di BPCB Makassar dengan nomor inventaris 151 yang terdiri dari makam makam besar dan kecil.

Adapun diantara tokoh-tokoh yang dimakamkan di kompleks ini antara lain Makkidaeng Manguju tomatindo di Lanriseng (Arajang Balanipa dan Mara’dia Banggae) cucu Arajang Balanipa ke-15, ada juga makam I Besse Kajuara anak Arung Pone yang menjadi Raja Bone ke-27 (1857—1859), ia menikah dengan Makkidaeng Manguju. Makam I Besse Sompung istri pertama Arajang Balanipa, Tomappellei Pattuyuanna juga dimakamkan disini.. Tentu saja masih banyak makam lain yang tidak diketahui siapa dan kapan dimakamkan. Menurut Thamrin, makam-makam ini pernah diberi nama-nama penghuni makam, tapi karena pertimbangan lain nama di makam-makam tersebut dilucuti satu persatu.  


Dari beberapa sumber catatan sejarah, banyak menyebutkan bahwa kompleks makam raja-raja hadat Banggae ini mulanya berpusat di Salabose atau perkampungan Salabose yang berada didataran tinggi di kota Majene ± 120 mdpl. Banggae sendiri pada mulanya adalah kelompok masyarakat yang dipimpin oleh Ketua suku yang digelar Tomakaka yang belakangan dikenal sebagai Tomakaka Poralle. Selain Tomakaka Poralle ada juga Tomakaka Pullajonga, Tomakaka Salogang, Tomakaka Totoli, Tomakaka Pepattoang yang memimpin komunitas masyarakatnya dan tinggal di sekitaran Banggae. Keberadaan Tomakaka-tomakaka itulah yang kemudian menata diri dan membentuk kerajaan Banggae.

Membincang Banggae, Topole-pole adalah nama yang familiar dikalangan masyarakat Majene. Pemilik gelar Topole-pole ini adalah salah satu pendatang dari kerajaan Majapahit yang kemudian kawin dengan Tomerrupa-rupa Bulawang, putri Tomakaka  Poralle. Topole-pole ini memiliki kecakapan dalam hal penataan masyarakat sehingga Tomakaka Poralle sepakat membentuk suatu sistem pemerintahan baru yang dikenal sebagai pemerintahan Tomakaka Poralle. Sistem pemerintahan inilah yang menjadi cikal bakal  terbentuknya Kerajaan Banggae.

Awal pembentukan sistem pemerintahan ini sempat bergejolak dengan pertentangan antara Tomakaka Poralle dan Tomakaka Totoli terkait batas wilayah. Pertentangan akhirnya bisa diselesaikan dengan cara perkawinan antara Daenta Melanto putra Tomakaka Poralle dengan seorang putri Tomakaka Totoli, yang mengakibatkan kedua pemerintahan Tomakaka berjalan aman dan damai. Dari sejarah perkembangan Kerajaan Banggae telah tercatat raja raja yang memerintah baik sebagai maradia matoa ataupun maradia malolo. Mara’dia yang diketahui hanya 25 orang mulai dari mara’dia Daenta Melanto  sampai  Rammang Pettalolo (1907-1949).


Sekilas informasi itulah yang dapat penulis sampaikan kepada para peserta Wisata sejarah. Demikian juga Tammalele, Tamrin dan Ifrat memberikan informasi kepada mereka sesuai dengan apa yang membuat para siswa penasaran dan bertanya pada pemandu. Dari pengamatan penulis, baik guru maupun siswa-siswi sangat menyenangi dan puas bisa sampai ke Ondongan ini. Mereka selain tertarik dengan wisata sejarahnya, mereka juga terpesona dengan suasana yang begitu menyenangkan di bukit ini. Panorama laut yang membentang dihadapan bukit Ondongan ini adalah daya tari tersendiri bagi mereka. Namun waktu jua yang membuat mereka terpaksa harus merelakan kenikmatan itu direnggut dan mengharuskan mereka pulang.

Hal yang menarik perhatian penulis dari keberadaan situ Ondongan ini adalah letaknya yang strategis. Ondongan juga telah dianggarkan dalam APBN melalu BPCB Makassar, mulai dari pemeliharaan sampai biaya operasional kompleks ini. Yang sedikit mengganjal adalah sikap Pemda majene yang terkesan abai pada obyek ini. Pemerintah Majene seharusnya bisa mengelola secara kereatif profesional kompleks ini. Kompleks ini sangat berpotensi dikelola oleh Pemda sebagai pusat wisata sejarah, wisata kuliner dengan memnfaatkan fasilitas BPCB. 


Sejatinya Pemda tak hanya menarik retribusi dari pengunjung, tapi pemerintah bisa membangun fasilitas wisata kuliner bagi masyarakat sekitar untuk membantu meningkatkan taraf ekonominya. Pemda bisa menarik retribusi dari para penjual yang ada dikompleks selain memungut dari pengunjung. Dan ini sangat memungkinkan mengingat banyaknya pengunjung yang datang dari berbagai daerah dan setiap hari jumlah kunjungan ini puluhan bahkan ratusan orang yang datang. Ini tentu menjadi peluang untuk meningkatkan PAD dan pendapatan warga disekitar kompleks.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar