Catatan Waktu Luang Muhammad Rahmat Muchtar
Kredo
pemikiran apa lagi yang mesti kita terapkan dalam hidup bermasyarakat terutama
hal membangun. Kawan satu mengatakan pembangunan ekonomi lebih utama, sedang
kawan dua menguatkan pembangunan SDM. Kawan tiga pun berkilah : “Contohnya saya yang tak dapat menempuh pendidikan tinggi
karena ortu tidak mampu secara material“. Tekanan ekonomi akibat SDM ?. Kawan
empat tak mau kalah : “ Cuma inilah yang mampu kami kerjakan karena SDM
terbatas “. Tekanan SDM akibat ekonomi ?. segalanya teramat berarti. Hematku,
dikampung-kampung banyak manusia potensial yang berkepribadian kuat tanpa
pendidikan tinggi tapi tidak mendapat ruang. Itu berarti pembangunan SDM macet !
Banyaknya sarjana-sarjana yang menganggur tanpa dapat membuka peluang
kemandirian & kesejahteraan. Apakah penyebabnya daya pembangunan ekonomi
atau SDM? Cari sendiri.
Teman
lainnya berceloteh : keduanya model pembangunan diatas tidak bisa mantap tanpa
ulama dan mubaligh serta orang-orang bertaqwa. Nah, kalau demikian apakah tugas
ulama dan mubaligh dalam pembangunan? Saya kira tugas mereka adalah: menolong
membangkitkan dan mengerahkan potensi-potensi dalam diri manusia agar bisa
semaksimal mungkin mampu mengembangkan diri dan menjawab problem-problem
lingkungannya. Jadi ulama dan mubaligh bertugas untuk memperkaya rohani manusia
agar menjadi sadar dan kemanusiaannya. Partisipasi mereka bukanlah mencangkul,
membangun pabrik, berdemonstrasi atau membuat partai, Fungsi mubaligh
hakekatnya adalah fungsi kebudayaan (spiritual culture) atau fungsi mentalitas.
Hanya sayang, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa fungsi mental para mubaligh,
ulama atau rohaniawan tersebut telah digunakan untuk memundurkan mental bangsa
dan bukan memajukannya. (Ahmad Wahib : Pergolakan Pemikiran 1971)
Saudara
sekampung menimpali : berarti yang belum tuntas terjamah adalah pemberdayaan
atau pembangunan “spiritual”..? batinku, mana aku tahu sebab ialah yang maha
tahu ! Ada baiknya kita kaji
apa itu pembangunan material dan apa itu pembangunan spiritual. Bagi saya
pembangunan material ialah : pembangunan ekonomi, teknologi, pengajaran,
keahlian, ketrampilan dan manajemen. Sedang pembangunan spiritual ialah
pembangunan politik, kebudayaan, pengembangan kesenian, filsafat dan penyuburan
hidup berkeTuhanan. Bagi saya-andaikata keduanya tidak terpisah hanya secara
teoritis –pembangunan spiritual jelas setidak-tidaknya tidak dibawah pembangunan
material. Untuk bangsa Indonesia yang masih tradisional, bagi saya pembangunan
spiritual menjadi lebih penting. Fungsi pembangunan spiritual dalam ikut
melancarkan pembangunan material ialah mengembangkan potensi dalam diri manusia
dan dalam bimbingan antar manusia agar secara maksimal mendorong pembangunan
material.
Fungsi
pembangunan material dalam ikut melancarkan pembangunan spiritual ialah
menyediakan fasilitas-fasilitas material agar pembangunan spiritual itu bisa
terjadi dan lancar. Jadi pembangunan spiritual berfungsi mendidik dan
mengarahkan manusia-manusia agar semaksimal mungkin mampu mengeksploitir
kemungkinan-kemungkinan material di sekitarnya. Jelas dengan begitu pembangunan
spiritual tidak hanya identik dengan pembangunan masjid, madrasah, gereja,
Departemen Agama atau memperbanyak sarjana dan mahasiswa IAIN. Malahan bila
mendapat pengisian seperti sering terjadi sekarang ini, hal-hal seperti di atas
lebih banyak menghasilkan kemerosotan spiritual. Terus terang aku sangat curiga
dengan mereka yang menamakan diri golongan atau pejuang-pejuang spiritual
sekarang ini, sebab pada hakekatnya mereka itu adalah orang-orang atau
golongan-golongan yang secara spiritual jauh ketinggalan dari mereka yang
dituduh mengabaikan pembangunan spiritual. Ternyata pengertian spiritual di
Indonesia telah memperoleh pengertian yang salah, yaitu diluar konteks
pembangunan material-spiritual. (Ahmad Wahib : Pergolakan Pemikiran 1971)
Bila
kita lihat fenomena yang mengemuka, capaian-capaian dan pola serta cara yang berkembang
di Indonesia temporer ini, maka pra dan pasca pemikiran Ahmad Wahib ini
terlahir terasa bagus dikuliti atau dijadikan sebagai acuan untuk mencapai
jalan keluar kedepan. Tentu dengan penyesuaian kondisi perkembangan. Tapi kita
bisa lihat dan rasakan bagaimana bobot perkembangan pembangunan juga dampaknya,
baik dikampung, kecamatan, kabupaten, provinsi dan seterusnya, lewat TV,
medsos, Koran dll.
Sebagaimana
ia yakin bahwa problem pokok di Indonesia ialah problem spiritual. Problem
spiritual dan problem material memang sama-sama ada dan saling berkait. Tetapi
kesulitan-kesulitan dalam pembangunan material yang disebabkan oleh
hambatan-hambatan spiritual jauh lebih besar dari pada kesulitan-kesulitan
dalam pembangunan spiritual yang disebabkan oleh hambatan-hambatan material.
Kawan
1,2 & 3 serta teman-teman lainnya sontak sadar waktu : aiii..
Kerja…kerja…kerja, Bangun Membangun Pembangunan. “ Mupiala Boa “.
By.
Rahmat
Jakarta,
januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar