Jumat, 23 Desember 2016

Mengenang Sosok S. Mengga (3 - Selesai)


Menjadi komandan

Berdasarkan Radiogram Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) Nomor: R-03072/1969, Mayor S. Mengga dinaikkan pangkatnya menjadi letnan kolonel (letkol). Setelah itu ia diberi amanah sebagai Komandan Kodim 1409 Gowa/Takalar oleh Panglima Kodam XIV/Hasanuddin Brigjen Sayidiman.

Mengbbdi di kampung halaman lalu pensiun

Dari Kodim 1409 Gowa Takalar, Letkol S. Mengga kembali ke daerah asalnya sebagai Komandan Kodim 1402 Polmas. Jabatan yang diembannya dari tahun 1972-1974 ini, juga tidak terlepas dari sentuhan (pembangunan) seorang S. Mengga. Program partisipasi pembangunan teritorial Kodim 1402 yang dicanangkan. S. Mengga mendapat respon dan apresiasi masyarakat, serta dukungan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Polmas, Abdullah Majid. Fokus pembangunan diarahkan S. Mengga pada rehabilitasi selokan dan drainase di beberapa tempat, antara lain selokan pasar Campalagian dan pasar Tinambung.

Komandan Kodim 1402 Polmas adalah jabatan terakhir yang disandang Letkol S. Mengga sebagai militer aktif. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Nomor: SKEP. 002/XIV/II/1978, Letkol S. Mengga diberhentikan dengan hormat dari Dinas Militer, terhitung tanggal 1 Oktober 1975, dengan hak pensiun.

Pensiun dari dinas militer tidaklah berarti menyurutkan langkah pengabdian S. Mengga kepada masyarakat Mandar yang dicintainya. Setelah pensiun S. Mengga melangkah pasti ke Pare’deang, untuk mewujudkan cita-citanya sebagai petani, diatas ratusan hektar areal perkebunannya. Hasil sebagai petani, tentu saja telah memberikan kehidupan layak bagi S. Mengga dan keluarganya. Dan tidak sedikit dana pribadi S. Mengga (dari hasil bertani) telah disumbangkan untuk berbagai kepentingan pembangunan.

Dari petani ke bupati

Setelah kurang lebih lima tahun bermukim sebagai petani di Pare’deang, S. Mengga mendapat kepercayaan dari rakyat menjadi Bupati Kepala Daerah Tingkat IPolmas periode 1980-1985. Meskipun pada awalnya tidak bersedia, tetapi akhirnya ia menerima amanah rakyat itu dengan sebuah tekad: Membangun Polmas dari tidurnya yang panjang”.

Sekitar akhir tahun 1978, beberapa mahasiswa kesatuan pelajar mahasiswa Polewali Mamasa Mandar (KPMPMM) Pimpinan Drs. Nadir Arifuddin mengembangkan sebuah wacana. Isu yang diangkat adalah figur Bupati Kepala Daerah Tingkat II Polmas pasca H. Abdullah     Majid, setelah beberapa kali pertemuan (rapat) di asrama mahasiswa Balanipa II jalan rusa 22a/13 Makassar, akhirnya kelompok mahasiswa yang terdiri dari Drs. Nadhir Arifuddin, A. Sanif Aco, A. Aziz Rachmat, Alimuddin Lidda, A. Waris Hasan, A. Samad Bonang, M. Dahlan Lidda, Syahruddin Rasyid, M. Thalib Banru dan lain-lain bersepakat, bahwa figur yang akan diusung adalah letkol (purn.) S. Mengga, yang sejak pensiun dari TNI tahun 1975, bermukim sebagai petani di Pare’deang. Selanjutnya, PEPABRI secara resmi mengusulkan letkol (purn.) S. Mengga ke DPRD sebagai Calon Bupati Kepala Daerah Tingkat II Polmas periode 1980-1985.

Akhirnya, pada tanggal 30 Mei 1980 dalam suatu rapat paripurna istimewa DPRD kabupaten Polmas, dengan agenda tunggal, pemilihan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Polmas periode 1980-1985. Letkol S. Mengga memenangkan pemilihan tersebut, dengan memperoleh 27 suara, mengungguli Drs. M. Jusuf Jafar (Sekda Polmas) dan Samuel Matasak yang masing-masing hanya memperoleh 2 dan 3 dukungan suara.

Sebagai realisasi dari Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 131.53.151 tanggal 1 Juni 1980, DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Polmas hari selasa tanggal 17 Juni 1980 menggelar rapat paripurna istimewa, dengan agenda pengambilan sumpah dan pelantikan S. Mengga sebagai bupati kepala daerah, oleh Gubernur Sulawesi Selatan H. A. Oddang, menggantikan H. A. Samad Suhaeb sebagai pejabat sementara.

Kembali terpilih

Tanggal 5 Juni 1985, sidang paripurna istimewa DPRD Kabupaten Tingkat II Polmas yang dipimpin oleh H. A. Rachman Ali, memutuskan letkol (purn) S. Mengga terpilih kembali sebagai Bupati Polmas periode 1985-1990 dengan memperoleh 27 suara anggota dewan. Menyisihkan Drs. Abdullah Jaga dan Muhammad Marzuki Sammu yang masing-masing hanya memperoleh 3 dan 2 suara anggota dewan.

Terpilihnya S. Mengga untuk kembali memimpin Polmas, membuat sukacita yang mendalam di hati rakyatnya. Dihadapan rakyat Polmas, S. Mengga mengatakan:
“Bahwa rahasia suatu keberhasilan terletak pada itikad baik, kesungguhan, kejujuran, dan dukungan semua pihak. Semua orang yang mau kerja keras insyaallah akan berhasil, asal disertai keikhlasan. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh masyarakat Polmas yang telah mendukung kepemimpinan saya, serta tak lupa memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila selama ini saya melakukan hal-hal yang kurang berkenan di hati semuanya, baik disengaja maupun tidak. Yang pasti bahwa apa yang telah dan akan saya lakukan selama menjadi bupati kepala daerah tingkat II Polmas, adalah untuk kepentingan rakyat Polmas secara keseluruhan dan sama sekali bukan untuk kepentingan Mengga pribadi.”

Terpilihnya S. Mengga untuk periode kedua dipastikan dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri no. 131.53-521 tertanggal 17 Juni 1985. Keputusan Menteri Dalam Negeri ini mengesankan sebuah keistimewaan bagi S. Mengga. Bahwa dia lah satu-satunya bupati dari unsur ABRI di Sulawesi Selatan saat itu yang lolos untuk dua kali masa jabatan. Ada aturan yang melarang ABRI dipilih kembali, kecuali memang sangat dibutuhkan dan memiliki “keluarbiasaan”. Hal ini membuktikan bahwa rekomendasi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang diberikan pada S. Mengga merupakan bentuk pengakuan almamaternya atas prestasi kerja yang telah dibuatnya sepanjang tahun 1980-1985.

Bencana banjir

Tahun 1987 tepatnya bulan Desember, kabupaten daerah tingkat II Polmas dilanda bencana alam banjir dan tanah longsor di beberapa tempat. Akibat bencana ini, korban jiwa manusia tercatat 67 orang, 2.521 rumah penduduk, 60 buah kios pasar desa hancur. Selain itu, 1.100 ha. Sawah siap tanam terendam lumpur, 147 hektar tanaman kacang hijau yang siap panen, serta 81 hektar tanaman bawang merah rusak berat.

Kerusakan jalan dan jembatan yang menyebabkan hubungan Ujung Pandang-Polmas; Polmas-Majene dan hubungan Polewali-Mamasa terputus. Berhadapan dengan realitas seperti itu, S. Mengga tetap tegar. “Tuhan menguji kita!”Tetapi bukan berarti kita harus pasrah. S. Mengga dangan semangat, memotivasi rakyatnya untuk bangkit kembali di tengah-tengah puing-puing harta benda mereka.

Penghargaan Prasamya Purnakarya Nugraha “Kita tidak boleh terus meratapi tetapi harus bekerja lebih keras lagi untuk memulihkan kembali semua yang telah rusak”. Berkat kerja keras S. Mengga bersama rakyat dan jajarannya, kondisi Polmas berangsur-angsur pulih, bahkan lebih ditingkatkan lagi. Akibat kerja keras itu Kabupaten Daerah Tingkat II Polmas menjadi salah satu nominasi peraih petaka “Prasamya Purnakarya Nugraha”, di samping Kabupaten Soppeng dan kabupaten Sidrap.

Pengumuman pemerintah akhirnya menyatakan Kabupaten Daerah Tingkat II Polewali Mamasa (Polmas) sebagai peraih penghargaan Prasamya Purnakarya Nugraha. Rakyat Polmas dalam luapan kegembiraan, dan S. Mengga tersenyum bahagia melihat rakyatnya menikmati dan mensyukuri hasil jerih payahnya.

Saat menerima Prasamya Purnakarya Nugraha tanggal 3 September 1989, itu berarti kurang lebih tujuh bulan lagi S. Mengga akan mengakhri masa jabatannya untuk periode ke-2. Ambisinya yang kuat untuk mempersembahkan yang terbaik buat rakyatnya benar-benar telah terwujud, namun tidak berarti setelah itu ia boleh berpuas diri dan tidak berbuat apa-apa lagi. Tujuh bulan yang tersisa dari masa jabatannya, bagi S. Mengga masih terlalu luang untuk berbuat lebih banyak lagi. Artinya, setelah itu entah berapa banyak lagi infrastruktur yang dibangun dan dirampungkannya, sampai betul-betul masa jabatannya tuntas tanggal 15 Juni 1990.

Pemain bola idola

Bermain sepak bola adalah salah satu kegemaran S. Mengga di masa muda. Kepiawaiannya di lapangan hijau menempatkan dirinya menjadi salah seorang pemain handal di Bond Mandar pada masanya. Posisinya sebagai striker (penyerang tengah) dan kamampuan individunya menciptakan gol ke gawang lawan-lawannya menjadikan S. Mengga sebagai idola, terutama di kalangan wanita.

Setiap S. Mengga tampil di lapangan hijau, akan terlihat banyak sekali wanita yang menjadi penonton. Boleh jadi, mereka tidak hanya melihat aksi bolanya, tetapi sekaligus mengintip ketampanannya. Seangkatan dengan S. Mengga di lapangan hijau, antara lain: Sarani, Samamang, dan Djamaluddin.

Setelah S. Mengga menjadi bagian dari dunia “gurilla” militer, praktis ia tidak punya kesempatan lagi untuk menyalurkan hobi bolanya. Namun sebagai pemerhati dan pembina sepakbola di kesatuannya S. Mengga tetap eksis dan berkesinambungan. Satu-satunya hobi olah raga yang rutin dan konsisten dilakukannya adalah joging pagi atau sore hari disekitar rumah tinggalnya. Kegemarannya terhadap olah raga joging sejak dulu, membuat S. Mengga tetap sehat dan segar di dalam kesehariannya.

Akhir hayat

S. Mengga yang sampai akhir hayatnya masih menjabat sebagai Ketua Markas Daerah Legiun Veteran RI (LVRI) Kabupaten Polmas, mengisi hari-hari tuanya dengan mengurus perkebunannya yang luas di Pare’deang. Beliau menikmati hobi dan kegemarannya, seperti memelihara satwa/binatang ternak.

Dalam usianya yang ke-83 tahun, S. Mengga meninggal dunia dengan tenang di rumah sakit akademis Makassar pada hari jumat tanggal 13 April 2007, sekitar jam 01.30 malam, karena sakit. Jasad beliau dimakamkan di depan Masjid At-Taqwa Pambusuang pada sabtu, tanggal 14 April 2007, dalam suatu upacara kebesaran militer, dipimpin Komandan Korem 142 Taro Ada Taro Gau; mewakili Pangdam VII Wirabuana. Di makam yang sama juga terdapat makam saudara(i)nya; Puang Kosseng, Puang Barlian, Puang Bela, juga terdapat makam Andi Baso Mara’dia Balanipa ke-51 dan beberapa keluarga bangsawan Balanipa Mandar.

Penghargaan yang diterimanya

Dalam kurung waktu kurang lebih 50 tahun pengabdiannya kepada bangsa dan negara, S. Mengga telah menerima sejumlah tanda jasa dan bintang penghargaan. Sebagai veteran pejuang kemerdekaan, ia menerima Bintang Gerilya, Satya Lencana dan Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia, serta bintang penghargaan dari DHD angkatan 45 Sulawesi Selatan.

Sebagai perwira TNI Angkatan Darat, S. Mengga menerima Medali Sewindu APRI, Satya Lencana Perang Kemerdekaan Dan II, Satya Lencana Kesetiaan 8 dan 16 tahun, Satya Lencana Gom III dan IV, Satya Lencana Penegak, Satya Lencana Sapta Marga, Satya Lencana Dharma, Serta Sam Karya Nugraha dari Panglima Kodam XIV/Hasanuddin.

Sebagai bupati kepala daerah tingkat II Kabupaten Polewali Mamasa (Polmas) selama dua periode, S. Mengga menerima, antara lain, piagam penghargaan IPEDA dari Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Satya Lencana Pembangunan Bidang Ekonomi dan koperasi tahun 1989 dari Menteri Koperasi, Lencana Pramuka Klas IV Dan V.

Di samping itu beliau juga menerima piagam sebagai peserta penataran P4 type A angkatan XIX di Makassar, serta piagam penghargaan peserta diskusi nasional ke-7 penggunaan tanah bencana dan pembangunan di Jakarta, dan piagam sebagai peserta latihan bupati kepala daerah/Ketua pelaksana Bimas tahun 1983 di Jakarta.

Puncak dari segala penghargaan itu, Bupati S. Mengga menerima tanda kehormatan Prasamya Purnakarya Nugraha PELITA IV dari Presiden Republik Indonesia, tanggal 3 November 1989.

Dalam bentuk lain, S. Mengga menerima Surat Keputusan Nomor: 01/K.S/1982 dari masyarakat Kondosapata. Surat keputusan yang ditanda tangani dua orang anggota DPRD asal daerah Pitu Ulunna Salu, yaitu Y. Depparinding dan D. Pualilin itu, berisi tentang pemberian penghargaan dan pengangkatan S. Mengga sebagai warga terhormat masyarakat Kondosapata, dengan gelar “Gayang Bulawanna Kondosapata”.

Gelar itu secara harfiah berarti keris emasnya Kondosapata. Terminologinya, seorang putra yang dihormati, disayangi dan terpercaya dari masyarakat Kondosapata. Salah satu poin konsiderans surat keputusan tersebut, disebutkan bahwa tanda penghargaan itu diberikan atas jasa dan pengabdian S. Mengga dalam upaya “pemulihan keamanan” tahun 1950-1960 di daerah Kondosapata. Karenanya semangat juang dan rasa tanggung Jawab S. Mengga itu, perlu mendapat tanggapan yang serius dan positif seluruh masyarakat Kondosapata, sebagai ungkapan “terima kasih”.[1]



[1] Sarman Sahuding dan Ibnu Madhi Sahl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar