Sabtu, 31 Desember 2016

Annangguru dalam Imperium Sejarah dan Spektrum Politik Praktis


Oleh: Muhammad Munir
(Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Sulbar dan Pimpinan Rumpita-Tinambung) 

Tanggal 25 Januari 2016 lalu, saya di undang pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Jamaah Pengajian Tarekat Qadariyah Sulbar di Limboro Kec. Limboro. Acara yang berlangsung di Lapangan Limboro tersebut dihadiri langsung oleh Gubernur Sulbar (Anwar Adnan Saleh), Bupati Polewali Mandar (Andi Ibrahim Masdar) serta Andi Ali Baal Masdar dengan KH. Ilham Saleh sebagai pembawa hikmah. Tulisan ini tidak bermaksud mengkampanyekan keberadaan ketiganya tentang suksesi 2017 yang saat ini lagi trend. Terlebih tak ingin membahas tentang KH. Ilham Saleh yang mengajak jamaahnya bermaulid bersama tiga politisi AAS, ABM dan AIM sebagaimana KH. Sybli Sahabuddin, SDK dan Aladin S. Mengga di acara Pengukuhan Pengurus Teater Flamboyant Mandar di Gedung Mita Tinambung (06 Januari 2016). 

Saya hanya ingin sedikit mnyampaikan sanggahan kepada MC (Master Of Ceremony) yang mempersilahkan KH. Ilham Saleh naik ke panggung dengan sebutan Innongguru. Hal ini penting, sebab persoalan penyebutan gelar di Mandar adalah persoalan prinsip dan sakral. Seperti halnya Tosalamaq, Tomakakaq dan Tomanurung. Bagaimanapun juga, Annangguru adalah sematan yang tak harus diplesetkan lagi dengan sebutan Innongguru, Andongguru, Anreguru karna Annagguru adalah sebutan yang sudah baku di Mandar. Annangguru selain sebagai sebuah gelaran di Mandar, juga sekaligus menjadi status sosial di masyarakat. Posisi Annangguru bisa dipadankan dengan ulama yang dalam konteks lokal disebut Kiyai (Jawa), Ajengan (Jawa Barat), Teungku (Aceh), Buya (Sumatera Barat), Tuan Guru (Lombok) dan Gurutta (Sulsel). 

Meski sebenarnya peran antara Annangguru dengan Ajengan atau seorang Buya dapat saja berbeda, terutama dari segi peran, porsi dan posisi di masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat Mandar, Annagguru mempunyai dua peran sekaligus menjadi status yang dilikatkan padanya, yaitu sebagai elit sosial yang dijadikan sumber rujukan dan sebagai panutan yang sekaligus jadi pengayom masyarakat. Kedua peran itulah yang sukses dijalankan oleh Annangguru-Annangguru yang ada di Mandar, seperti Annangguru Ga'de, Annangguru Saleh, Annangguru Muhammad Tahir Imam Lapeo, Annangguru Sahabuddin dll. Peran dan status Annangguru sebagai elit sosial dan sumber rujukan itu bisa dilihat dari keseharian Annangguru seperti Imam Lapeo. 

Masyarakat sekitar menempatkannya sebagai sosok yang "diasiriq diarakke" (disegani dan ditakuti) dan setiap ada masalah yang dihadapi oleh masyarakat kerap menjadi pilihan pertama untuk dimintai bantuan dalam mencari jalan keluar. Annangguru sebagai panutan itu disebabkan posisi annangguru dalam bertindak selalu "sippappas liq-a anna loa" (Sesuai kata dengan perbuatan). 

Annangguru juga lekat dengan nilai amalaqbiang di Mandar karena dianggap "Macoa kedzo, Macoa loa, Macoa gau". Hal itu menjadikan masyarakat selalu patuh terhadap informasi yang disampaikan oleh Annangguru. Annangguru Kuma (Salah satu anak Imam Lapeo) setiap saat memberikan informasi kepada masyarakat supaya "mattulaq bala" pada hari jumat jika dianggap alam lagi kurang bersahabat atau "makarraq nawang". Makarraq nawang itu misalnya akan ada ancaman banjir besar, angin puting beliung dll. Masyarakat dengan serta merta melakukan apa yang diperintahkan annangguru, sebab annangguru sebagai panutan dianggap sosok yang suci dan mampu melihat peristiwa yang akan terjadi. Ketika terjadi banjir besar pada tahun 1987 annangguru mennjadi pelarian untuk minta do'a, demikian juga saat angin kencang atau badai, annangguru juga menjadi harapan masyarakat untuk mengalihkan arah angin. 

Hal-hal seperti itulah yang menjadikan Annangguru sebagai panutan yang patut dipatuhi sekaligus sebagai pengayom yang diharapkan mampu melindunginya dari mara bahaya. Imam Lapeo seperti yang banyak diceritakan secara tutur dan turun temurun, pernah tiba-tiba menghentikan pengajian di rumahnya dan langsung ke teras sembari mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara. Annangguru Tosalamaq Imam Lapeo menjawab ketika ditanya muridnya, bahwa apa yang barusan dilakukan adalah upaya untuk menyelamatkan sekelompok nelayan yang sedang diamuk badai dan nyaris menenggelamkan kapalnya. Dan benar saja, sebab beberapa hari kemudian sekelompok nelayan dari Bugis yang datang berziarah dan bercerita bahwa keselamatannya berkat dan atas pertolongan Imam Lapeo, yang tiba-tiba muncul dibagian kepala perahu dan badaipun berlalu. Pada saat Adam Air jatuh tahun 2007 lalu, salah seorang Annangguru sudah meramalkan bahwa akan ada peristiwa yang akan menngemparkan dunia. Dan ternyata benar, sebab Adam Air jatuh disekitaran teluk Mandar yang dalam pencarian kotak hitamnya melibatkan beberapa ahli dari Amerika. 

Demikian sosok Annangguru di Mandar. Bukan lagi sebuah dongeng sebab sejarah juga begitu gamblang menguraikan tentang keberadaan sosok annangguru-annangguru yang sempat lahir dan menyebarkan ajaran Islam, ajaran kebenaran. Bahkan salah satu yang memicu perkembangan agama Islam begitu pesat dan cepat diterima oleh masyarakat disebabkan oleh annangguru-annangguru yang menyampaikan dakwahnya. Termasuk dalam hal ini, wilayah DOB Balanipa yang saat ini diperjuangkan sebagai kabupaten adalah salah satu wilayah yang tak satupun tempat ibadah lainnya selain Masjid. Dari 7 Kecamatan yang ada, nyaris disetiap kampung ada masjid. Ini tentu disebabkan oleh kehadiran sosok Tosalama dan Annagguru-Annangguru yang ada dan tetap terlahirkan sampai saat ini. Akhirnya Catatan ini saya tutup dengan sebuah harapan, Jangan adalagi acara-acara resmi yang memanggil annangguru sebagai Innongguru. Dan mereka yang saat ini dianggap sebagai sosok annangguru di Mandar, semoga mampu menjaga nilai-nilai sakral dibalik gelaran dan sematan yang didasari kepercayaan penuh dari masyarakat. 

Jangan usik pendahulu kita dengan tampilan sebagai Jurkam, sebab siapa lagi yang akan menjadi trah Tosalamaq kita jika Annanngguru-Annagguru juga tergadai dalam pusaran demokrasi yang namanya politik. Semoga Annangguru kita hari ini bisa sedikit lebih cendekia, intelek dan mencoba merogoh kantong sejarah untuk mentadabburi kisah Abu Dzar Al Ghiffari yang dijamin Iman dan ketakwaannya oleh Rasulullah, tapi ketika meminta jabatan politik kepada Rasulullah, justru beliau disarankan oleh Rasulullah untuk tidak menjadi pejabat negara. Lalu apa yang ingin difaktualkan oleh Rasulullah atas kisah tersebut? Ternyata sangat sederhana, bahwa untuk membangun dan memperbaiki Negara dan keadaan di Mandar Sulawesi Barat, tanpa jadi gubernurpun bisa. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi renungan bersama. Wassalam bilma'af !
 


1 komentar:

  1. pak mohon penjelasan tentang pengertian Annanngguru ?
    dan tata cara penberian gelarnya ??

    BalasHapus