Sabtu, 24 Mei 2014

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN



MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
                 Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh Tuhan degan dibekali oleh akal dan pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini di samping itu manusia juga memiliki akal, perasaan, kemauan dalam perilaku dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan.
Kebudayaan merupakan suatu unsur yang tidak dapat terpisah dari kehidupan manusia, kebudayaan lahir dari manusia sedang manusia sendiri tunduk pada kebudayaan tersebut. Dalam hal ini manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya antara satu sama lain. Secara sederhana hubungan antara manusia dengan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan satu aspek yang dilaksanakan oleh manusia itu sendiri. Dalam hai ini manusialah yang umpamakan yang menciptakan kebudayaan dan setelah kebudayaan itu tercipta,maka kebudayaan itu pulalah yang mulai mengatur manusia agar dapat sesuia dengannnya
Menurut Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat, seperti mata pencahariannya. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Dalam pelajaran sosiologi, manusia dan kebudayan dinilai sebagai dwi tunggal, maksudnya bahwa walapun keduanya yakni manusia dan kebudayaan akan tetapi keduanya merupakan satu kesatuan karena kebudayaan tidaklah mungkin tercipta tanpa adanya campur tangan seorang manusia dan kebudayaan pula tidak mungkin bisa terlaksana tanpa adanya seorang manusia. Dengan demikian manusia tidak mungkin bisa dilepaskan dari kebudayaan itu karena kebudayaan merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri.

Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan yg normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau pola pola berpikir, merasakan dan bertindak.Perikelakuan manusia sangat dipengaruhi oleh peralatan yang dihasilkannya serta ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Manusia sebagai pencipta dan terwujudnya suatu kebudayaan, tercipta atau terwujdnya suatu kebudayaan ada;lah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini. manusia yang telah di lengkapi tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan mereka khalifah di muka bumi dan kemampuan yang di maksud adalah daya akal, intelegensi, dan intuisi perasaan dan emosi kemauan ,fantasi dan perilaku.
Dengan sumber -sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia menciptakan kebudayaan. ada hubungan diaklektia antara manusia da kebudayaan. kebudayaan adalah produk manusia namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.dengan kata lain kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan manusia hidup di tengah kebudaaan yang diciptakanya. kebudayaan terus hidup selama ada manusia pendukungnya.dialektika ini didasarkan pada tahap dialektika fundamental.eksternalisasi,objektivasi dan internalisasi.
Kebuayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia sehingga di katakanlah kebudayaan menempati posisi sentral dala tatanan hidup manusia.bermacam – macam kekuatan yang harus di hadap masyarakat  dan anggotanya seperti kekuatan alam dan kekuatan lain yang tidak selalu baik.kecuali itu,manusia memerlukan kepuasan baik mental dan spiritual maupun materal.
identitas suatu masyarakat selalu ditandai dengan pola hubungan interaksi antar individu  baik secara
vertikal maupun horizontal Sehingga melahirkan suatu peradaban.

Tradisi berasal dari bahasa latin tratio yang berarti di teruskan. Trdisi merupakansuatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berperan dalam waktu yang lama dan di lakukan secara turun temurun dari nenek moyang. Oleh karena itu, gambaran kehidupan yang berlangsung lama secara turun temurun dari nenek moyang yang telah menjadi tradisi identifikasi sebagai perilaku dirinya. Dalam jangkauan waktu tertentu perilaku diri sendiri ini akan menjadi perilaku kelompok atau masyrakat.
           
Dalam kehidupan manusia di suatu daerah masing-masing  memiliki budaya. Dimana budaya itu sendiri berasal dari bahasa sanskerta artinya yaitu budi dan daya, budi artinya karya cipta rasa dan daya artinya kemampuan. Berbicara tentang budaya terlebih dahulu kita memahami budaya kita sendiri dengan tradisi-tradisi yang turun temurun dilakukan,salah satunya adalah Aqiqah. Dalam pengelompokan aqiqah antara lain : Sunatan, ayunan, pemotongan rambut. Dan budaya memiliki defenisi dalam arti sempit dan arti luas, budaya dalam arti sempit adalah adat istiadat dan kepercayaan.sedangkan budaya dalam arti luas adalah mencakup segala perbuatan manusia, hasil budi manusia, kehidupan manusia sehari-hari. Budaya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia serta hasil dari kegiatan ( akal budi manusia ).                        
Berdasarkan fenomena yang sering terjadi tradisi dan kebudayaan begitu erat kaitannya dalam mempengaruhi kehidupan manusia. Sementara kita yang hidup bermasyarakat tidaklah lepas dari masyarakat yang ada disekeliling kita.Misalkan tanpa adanya manusia,  kebudayaan tidaklah akan bisa dilaksanakan karena kebudayaan sangatlah berkaitan erat dengan manusia.. Seperti halnya kebudayaan yang di buat oleh bebebrapa nenek monyang kita terdahulu itu berarti kita sebagai anak cucu dari mereka mesti pula melakukan kebudayaan, kerena apabila tidak melaksanakannya biasa terjadi malah petaka bagi kita sendiri karena itu sudah menjadi kepercayaan nenek monyang kita atau budaya mereka
Misalkan juga hubungan manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan atau sudah menjadi kebudayaan dalam bermasyarkat, pada saat awal mula peraturan dibuat oleh beberapa manusia otomatis manusia yang membuat peraturan-peraturan kebudayaan itu haruslah patuh juga dengan peraturan-peraturan atau budaya yang dibuatnya sendiri.
Suku bangsa mandar mempunyai ragam jenis kesenian dan adat-adat secara tradisional, dan inspiratif bagi perkebangan kreativitas seni masa kini karena mengandung kearifan Budaya,otentik dan mempunyai nilai-nilai universal dan memiliki kekhasannya tersendiri khususnya di Balanipa. Kesenian mandar tradisional yang kita warisi sekarang ini adalah kesenian dari nenek moyang kita dulu, kita harus mengenal dan menghayati budaya dan kesenian mandar. Dalam makna budaya, suku bangsa mandar Balanipa mempunyai nilai-nilai budaya sendiri, yang telah di warisi secara turun temurun hingga saat sekarang ini, di antaranya seperti acara pernikahan secara adat mandar.
Dalam hal pertunangan dan pernikahan ada pasangan yang di tunangkan dalam usia anak-anak pertunangan akan berlangsung bertahun-tahun. Si laki-laki tidak boleh secara resmi melihat calon istrinya, sekalipun hal ini kadang kala juga terjadi. Bagi yang bertunangan menjenguk calon mertua, biasanya juga saling diadakan timbal balik. Bagi perkawinan tingkat atas hadat diminta mengatur pestanya. Dibawa kordinasi hadat di bangun bangsal-bangsal dan arena adu ayam, dan berbagai bentuk macam permainan dan mengarahkan orang-orang yang di perlukan dalam tugas pada persiapan maupun pada pesta. Setiap orang memberikan bantuannya. Secara keseluruhan adat mandar semua sama pada saat melakukan adat-adat perkawinan sama halnya di Balanipa.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun.Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian kejadian yang sudah diaturoleh Yang Maha Kuasa.
Berdasarkan urain di atas kebudayaan merupakan hal yang penting bagi  kehidupan masyarakat karna  Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.

ARAJANG PEMEGANG JABATAN KERAJAAN BALANIPA



ARAJANG PEMEGANG JABATAN RAJA BALANIPA

1. I Manyambungi, putera Puang di Gandang, cucu dari Taurra-urra
     (Bergelar Todilaling)
2. Billa-Billami,putra Raja Pertama
     (Bergelar Tomepayung)
3. I Daeng Mangapi, putra Raja Pertama
     (Bergelar Todijalloq)
4. Tandibella Kakanna I Pattang,putra Raja ketiga
     (Bergelar Daetta Tommuane)
5. Todigayang di Buku, putra Raja keempat
6. Todiboseang di Kaeli, putra Raja keempat
7. I Daeng Mattika, putra Raja keempat
     (Bergelar Tomatindo di Bura)
8. Puatta I Moking, putra Raja keempat
     (Tomatindo di Sattoko)
9. I Daeng Marappi, putra Raja ketujuh
     (Bergelar Tolambus)
10. I Daeng Mallari, putra Raja keenam
     (Bergelar Tomatindo di buttu atau Todipesso di Galesong)
11.Puatta I Lambo, putra Raja kedelapan
      (Bergelar Tomatindo di Langgana  )
12. I Ma’ga Daeng Rioso, cucu Raja keempat
      (Bergelar Tomappatumballe Litaq mandar atau Todipolong)
13. .Puatta I Lambo, putra Raja kedelapan
      (Bergelar Tomatindo di Langgana  ) , Raja kesebelas (kedua kali)
14. Tomate Malolo, putra Raja kesepuluh.
15. Tomatindo di Limboro, cucu Raja keenam
16. Tomakkasi-asi, cucu Raja keenam
17. Puatta I Lambo, putra Raja kedelapan
      (Bergelar Tomatindo di Langgana  ) Raja ke 11 dan ke 13 (ketiga kali)
18. I Mannawari, putra Raja ke 11, 13 dan 17
       (Bergelar Tomatindo di Barugana)
19. Tomatindo di Tammangalle, putra Raja ke 15
20.Tomatindo di Pattinna, cucu Raja ke 8 dan ke 9
21. I Mannawari, putra Raja ke 11, 13 dan 17
       (Bergelar Tomatindo di Barugana), Raja ke 18 (kedua kali)
22. Tomatindo di Pattinna, cucu Raja ke 8 dan ke 9 , Raja ke 20 (kedua kali)
23. I Muki  Daeng Manguju, cucu Raja ke 12
       (Bergelar Tomatindo di Salasa’na)
24. Tomatindo di Pattinna, cucu Raja ke 8 dan ke 9 , Raja ke 20 dan 22 (ketiga kali)
25. I Muki  Daeng Manguju, cucu Raja ke 12
       (Bergelar Tomatindo di Salasa’na) , putra Raja ke 18,Raja ke23 (Kedua kali)
26. I Daeng Mattuli, putra Raka ke 18
       (Bergelar Tomappelei Balinna)
27. Puatta I Senong, putra Raja ke 18
       (Bergelar Tomessu dikota’na)
28. Daeng Massiki, putra Raja ke 18
       (Bergelar Tomatindo di Laka’ding)
29. Tomatindo di Binanga Karaeng, putra Raja ke 18
30. I Daeng Pa’ Awe, putra Raja ke 19
       (Bergelar Tomessu di Talolo dan dikenal juga dengan Puanna I Padang)
31. Tomatindo di Lanrisang, cucu Raja ke 15
32. I Daeng Pa’ Awe, putra Raja ke 19
       (Bergelar Tomessu di Talolo dan dikenal juga dengan Puanna I Padang)Raja ke-30 (Kedua kali).
33. Puanna I Calla, putra Raja ke 26
       (Bergelar Tomattoleq Ganranna)
34. Tomappelei Pattuyuanna,, putra Raka ke 26
35. Pakkacoco, putra Raja ke 31
36. Tomate Macciqda, putra Raja ke 33
37. Pakkalobang , putra Raka ke 34
       (Bergelar Tomongeq Alelanna)
38. Panggandang Puanna I Ratti, cucu Raja ke 26
       (putra Pakkatitting Raja Sendana merangakap Pamboang)
39. Pammarica, putra Raja ke 35
40. Kakanna I Ye’da, cucu Raja ke 26
       (Bergelar Tomessu di Mosso)
41. Pammarica,Raja ke 39 (kedua kali)
42. Panggandang Puanna I Ratti, Raja ke 38 (kedua kali)
43. I Kambo, putra Raja ke 36
       ( Bergelar Tomatindo di Lekopaqdis)
44. Passaleppa (Ammana I Bali), putra Raja ke 32
45. Mandawari, putra Raja ke 44
       (Bergelar Tomelloli atau Maraqdia Kecce)
46. I Baso Boroa, putra Raja ke 43
       (Bergelar Tokape atau Todibuang di Pacitan)
47. Mandawari, Putra Raja Ke 44
       (Bergelar Tomelloli atau Maraqdia Kecce) Raja ke 45 (kedua Kali)
48. Sanggaria, cucu Raja ke 37
       (Bergelar Tonaung Anjoro)
49.  Mandawari, Raja ke 45 dan 47
       (ketiga kali-tahun 1870-19060)
50. La’ju kanna I Doro, cucu Raja ke 36
       (Bergelar Tomatindo di Juddah) Tahun 1906-1927
51. H. Andi BasoPawiseang, cucu Raja ke 46 Tahun 1927-1947
52. Sugiranna Andi Mania/Hj. Andi Depu, putra Raja ke 50
       (Bergelar Ibu Agung-Tomuanena Mandar atau maraqdia Towaine) Tahun 1947-19
53. Hj.Syahribulang Batara Tungka, cucu Raja ke 46.
       (Bergelar Puang Mondaq) Tahun 1959-1963.Tahun 1963 Semua Kerajaan dibubarkan.

PERIODE KERAJAAN DI MANDAR



PERIODE KERAJAAN DI MANDAR

Wacana mengenai sejarah kerajaan di Mandar pada umumnya dimulai dari terbentuknya kerajaan Balanipa pada pertengahan abad ke-16,sekalipun terdapat suatu kerajaan besar yang menonjol sebelumnya yaitu kerajaan Passokkorang (di mapilli,Polewali Mandar),kerajaan Talotu (Malunda,Majene) dan Kerajaan Baras (di Pasang Kayu,Mamuju Utara).

Periode kerajaan di Mandar kita mengangkat kerajaan Balanipa sebagai pelopor dari sejumlah fakta sejarah dari peralihan periode tomakaka ke periode kerajaan yang dipimpin oleh seorang Mara’dia.Disamping itu Balanipa juga memiliki nilai budaya tinggi untuk menjadi rujukan di bidang hukum(adat),pemerintahan,kepemimpinan bagi orang-orang Mandar.Kehadiran Balanipa dianggap sebagai titik balik peradaban Mandar setelah berhasil mengalahkan kerajaan Passokkorang yang dikenal sangat kejam dan jahat.

I Manyambungi atau Todilaling adalah putra satu-satunya Tomakaka Napo yang menghabiskan masa remaja dan mudanya di kerjaan Gowa (milai dari raja ke-7,Karaeng Batara Gowa),sampai raja ke-9 (Karaeng Tumapqrisi Kallona) dan raja ke-10 (Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng).Dengan pengalaman sekitar 20 tahun sebagai pimpinan perang,penasehat kerajaan,pemimpin ekspedisi dan bahkan kawin dengan kemanakan Raja Gowa yang bernama I Surya,Putri Karaeng I Sanrabone,kembali  ke Mandar dan lansung dilantik sebagai raja Napo yang kemudian menjadi Mara’dia I kerajaan Balanipa.

Todilaling banyak mengadopsi pelaksanaan hukum dari kerajaan Gowa yang kemudian dikenal sebagai peletak dasar pemerintahan yang demokratis dan mewariskan pesan-pesan dan pengalaman kepemimpinan yang sarat dengan nilai kemanusiaan dan keluhuran budi.
Pada era Todilaling ini banyak wilayah yang di taklukkan,wilayah yang berada dibawah kekuasaannya inilah yang kemudian menjadi wilayah kerajaan Balanipa.
Setelah beliau mangkat,Billa-Billami atau dikenal dengan Tomepayung  diangkat menjadi maraqdia Balanipa ke-2 yang kemudian menjadi Arajang Balanipa I.Sepeninggal ayahnya,Tomepayung kemudian meneruskan upaya ekspansi perluasan wilayah dan pada masa Tomepayung inilah Mandar mencapai puncak kejayaannya dan Balanipa menjadi titik balik relasi antara PUS (Pitu Ulunna Salu) dan PBB (Pitu Baqbana Binanga),relasi yang semula diwarnai dengan konflik berkepanjangan di akhiri dengan relasi persaudaraan sejati.

Hal ini terlihat dari persekutuan antar wilayah kerajaan baik yang ada di wilayah PUS maupun PBB dan Karua Tiparitti’na Uhai .Tak ada satu wilayah yang menguasai wilayah lainnya.Setiap wilayah memiliki derajat yang sama,yang membedakan hanyalah tugas dan fungsi masing-masing wilayah.

PITU ULUNNA SALU :

          Tabulahan (Digelari Indo Litaq)
          Rantebulahan (Digelari Tomaqdua Takin tomaq tallu sulekka
          Mambi (Digelari indona lantang kada nenek)
          Aralle (Digelari indona kada nenek)
          Matangnga (Digelari andiri tattepponna ullunna salu)
          Tabang (Digelari Baka disuraq gandang diroma)
          Bambang (Digelari Suqbuan Adaq)

PITU BAQBANA BINANGA :

          Balanipa sebagai Ayah (Passambolangiq atau Kamaq),
          Sendana sebagai Ibu(Lita’atau Indo),
          Banggae sebagai Putra Pemberaninya Balanipa(Ana’masonga-songanai Balanipa)
          Pamboang sebagai anak perempuan dari Balanipa (Ana’tobainena Balanipa)
          Tappalang
          Mamuju
          Benuang

KARUA TIPARITTIQNA UHAI :

          Mamasa (Digelari Rambu Saratu)
          Osango (Digelari Tokerang)
          Malaqboq (Digelari Tandu kaluaq Talasan Maroso)
          Messawa (Digelari  Talingarara’na Ulusalu)
          Lakkese (Digelari Kulambu suraq)
          Tuqbi (Digelari Karihatana Ulusalu)
          Taramanu (Digelari Tutuq baqbana Ulu salu)
Ulumandaq (Digelari Sulluran bassinna ulusalu)