Selasa, 10 Januari 2017

ANDI HASAN MANGGABARANI : Peletak Dasar Pembangunan di Polmas


Banyak orang yang tak menduga, ketika Polmas menjadi satu kabupaten akan dipimpin oleh seorang sipil, maklum waktu itu daerah ini masih dalam kerawanan konflik bersenjata. Suasana kegentingan masih terjadi hampir disetiap sudut-sudut kawasan  yang baru terbentuk jadi kabupaten. Tapi  Andi Hasan Manggabarani[1] telah membuktikan: menjadi Bupati Polmas yang pertama (1960-1965). Dengan realitas daerah diatas tadi, sungguh sulit memformat kerangka awal pembagunan daerah.

Namun begitulah konsekensinya, seorang pemimpin harus lebih berani  menanggung segala pahit getirnya masa perjalanan kehidupannya. Plus-minus kepemimpinan Andi Hasan, tentulah nampak mengiringinya selama ia menjadi bupati, sebab memang kekuasaan tak ada yang kekal.

Andi Bilu Manggabarani berhasil mempersunting Andi Tannawali, adik seorang Pa’bicara Binuang. Dari perkawinan itulah lahir putranya yang bernama Andi Hasan Manggabarani  dan Andi Rivai.

Andi Bilu memang menetap di Polewali, tapi ia juga berpetualang ke berbagai daerah, termasuk pernah di Majene. Karena itu Andi Hasan, anaknya disekolahkan di Majene hingga tamat HIS (SMP). Selama masa sekolah, tiap hari bolak balik Polewali-Majene hanya dengan sebuah sepeda. Terkadang pula satu dua hari menetap di Majene.

Untuk melanjutkan pendidikan lanjutan, ia masuk SMA Katolik Makassar. Nilai ijazahnya amat bagus, bahkan mata pelajaran aljabar rata-rata 10. Bahasa juga bagus. Andi Hasan menguasai bahasa Inggris, Jepang, dan sedikit sedikit bahasa Belanda apalagi bahasa daerah. Hampir semua bahasa empat etnis di Sulawesi Selatan fasih mengucapkannya. Usai masa sekolah, ia menggabungkan diri dalam perjuangan KRIS Muda bersama-sama melawan Belanda. Karena perjuangan inilah, Andi Hasan pernah ditangkap oleh Belanda dan dipenjarakan di Majene hingga 1948 baru dikeluarkan.

Karena ia mempunyai bakat bisnis, Andi Hasan kemudian secara perlahan-lahan menggeluti anemer, (sekarang: kontraktor bangunan). Dengan itu ia banyak bikin bangunan di Polewali, semisal tanggul yang ada di pantai Polewali, meski belum permanen total. Ia juga dipercayakan membangun kantor Korem Parepare.

Saat keluarga Andi Hasan hendak pindah ke Surabaya, Jawa Timur, banyak menginginkannya jadi Bupati Polmas. Andi Pangerang Pettarani, Gubernur Sulawesi Selatan saat itu punya pertimbangan. Salah satunya, tak mungkin Andi Selle akan berani macam-macam kepada Andi Hasan karena Andi Rivai saudaranya tengah menjabat  sebagai Komandan Resimen di Parepare. Jadi pertimbangan keamanannya jelas karena Andi Selle mesti hormat kepada Andi Hasan, Bupati Polmas.

Pertimbangan lain adalah pendidikan Andi Hasan agak memadai. Sehingga Andi Pangeran Pettarani menunjuknya melantik secara resmi Andi Hasan Manggabarani sebagai Bupati Polmas. Pada saat jadi bupati, sebagian anak anaknya yang sudah menetap di Surabaya sehingga mereka semua dipanggil pulang ke Polewali. Kendati sebenarnya di Surabaya, telah dibangun jaringan untuk merintis sebuah usaha, tapi demi pengabdian, Andi Hasan lebih memilih membangun kampung halaman ketimbang memilih jalur  sukses (bisnis) di negeri orang.

Dan kisah itupun berulang pada anak pertamanya.  Ceritanya ketika Hasyim Manggabarani diminta menjadi Bupati Polmas (1998-2003), sebetulnya waktu itu di promosikan menjadi Walikota Malang, Jawa Timur. Hitung-hitung dari segi gengsi, popularitas menuju kekuasaan yang lebih tinggi, pastilah lebih menjanjikan menjadi Walikota Malang. Siapapun yang mendapat peluang seperti ini rasionalnya pasti akan memilih di Malang.

Tapi Hasyim menyadari satu hal: ayahnya adalah tempat bersandar menentukan pilihan. Ia pamit. Apa kata ayahnya (Andi Hasan). Mengapa kamu harus ke Jawa, sementara daerahmu membutuhkanmu. Kamu harus kembali ke Polmas.

Apa respon Hasyim. Jangankan jadi Bupati di Polmas, disuruh keluar jadi tentarapun akan turut kalau ayah (Andi Hasan) berkehendak demikian. Dan Hasyim turut perintah ayahnya: menjadi Bupati Polmas.

Bupati Hasan kemudian melakukan penataan ruang pembangunan. Di konsentrasikan kawasan Pekkabata sebagai  sebagai pusat pemerintahan. Secara perlahan membuka jalan, terutama kawasan yang masih terisolasi seperti di kawasan pegunugan Polmas.

Antara jabatan formal dan ditengah lingkungan keluarga, tak nampak jaraknya. Ia ciptakan iklim kekeluargaan, tak membeda bedakan. Di tengah keluarganya sendiri, ia menanamkan kepemimpinan yang islami. Yang tua menghargai yang muda, yang muda hormat kepada yang tua. Tiap waktu magrib tiba, segera wudhu untuk shalat berjamaah di rumah.

Tiap malam ia bertindak mengawasi anak-anaknya untuk belajar, kecuali malam minggu ia biarkan anak-anaknya bersantai bersama kawan-kawannya, bahkan ia bekali uang jajan untuk belanja sesukanya. Ia tanamkan disiplin pada anak-anaknya.

Silaturrahmi juga dianggap penting. Disaat-saat tertentu ia acap kali bertandan kerumah-rumah kerabatnya, bahkan kerumah bawahannya di kantor daerah. Kebiasaan inilah yang membuatnya berhasil mempersatukan pelbagai etnik di Polmas.

Seiring terbentuknya Polmas jadi kabupaten, kawasan pegunungan sudah menuntut untuk jadi kabupaten sendiri. Bupati Hasan Mangga memahami hal itu, karena memang secara historis menggariskan seperti itu. Namun, ia melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh dari Mamasa bahwa suatu waktu, kalau segalanya sudah dibenahi dan sudah siap, maka Kabupaten Mamasa akan terbentuk jadi satu kabupaten.

Andi Hasan sangat menjaga Hubungan sesama pejabat bupati di Sulawesi Selatan sehinggahampir sebagian besar bupati-bupati di Sulawesi Selatan seangkatannya ia akrabi semua, terlebih mereka semua masih masih kerabatnya sehingga tidak ada rasa sungkan saat mau berkunjung.

Hubungan kedekatan dengan para pejabat itu ia manfaatkan untuk saling tukar informasi dalam membenahi daerahnya masing-masing. Salah satu wujud nyata dari hubungan antar pejanat itu  adalah jika ada yang namanya proyek dana daerah tertutup semisal danapendidikan yang diserahkan kepada mahasiswa Polmas yang menuntut ilmu di Makassar untuk dikelola sendiri oleh mahasiswa.

Menjelang masa akhir jabatannya, ia sudah meminta kepada Gubernur Sulawesi Selatan agar diberhentikan. Tapi entah pertimbangan apa, permohonan Bupati Hasan belum dikabulkan. Padahal saat itu, sekelompok mahasiswa ada yang memintanya untuk mundur. Ia bahkan menyampaikannya kepada mahasiswa kalau dirinya sudah memohon untuk mundur jadi bupati, tapi belum dikabulkan.

Mahasiswa pada saat itu menuntut agar Bupati Hasan mundur dengan dua alasan, pertama; adanya isu yang beredar bahwa Hasan Maggabarani bukan orang Mandar, Ini tentu saja tindakan konyol sekaligus bodoh, sebab dalam sejarah disebutkan bahwa Binuang adalah komunitas Mandar yang juga ikut dalam deklarasi Passimandaran Allamungan Batu di Luyo. Kedua; Andi Hasan Maggabarani aktif sebagai ketua partai, yaitu PNI 1945. Momentum itu digunakan oleh kelompok tertentu karena pada saat itu terjadi pergantian pemerintahan, dari Orde Lama ke Orde Baru. PNI saat itu dianggap sebagai partai warisan Orde Lama.

Setelah resmi tak lagi menjabat sebagai Bupati Polmas, ia kembali menekuni bisnisnya. Selama lima tahun, ia menetap di Jakarta, mengelola CV. Hayam Wuruk dengan posisi mengatur administrasi sesuai keahliannya yaitu ahli abon A dan B (akuntansi atau tata buku). Ia juga pernah diminta oleh pengusaha Cina di Pare-pare untuk mengelola usahanya, sebab pengusaha Cina tersebut hendak keluar Negeri. Tawaran itu ia tolak. Bukan hanya itu, ia juga menolak tawaran Kepala Keuangan di Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Alasan penolakannya karena diberi syarat  harus keluar dari PNI dan masuk Golkar. Bukan Andi Hasan kalau tawaran itu tidak ia tolak, sebab ia tetap teguh pada prinsipnya dan menganggap bahwa PNI bukanlah partai terlarang.

Di masa tuanya, Andi Hasan betul-betul menikmatinya. Selain anak-anaknya sudah hidup mandiri dengan pelbagai pekerjaan disiplin ilmu yang dimiliki, warga di sekitarnya juga sangat menghormatinya. Suatu ketika, rumahnya, di jalan Sungai Kelara 2 Makassar, Andi Hasan hendak menjual rumahnya, tapi warga sekitar gigih menolak sebab mereka sudah menganggap rumah dan pemiliknya itu sudah bagian dari hidup mereka, terlebih yang punya rumah juga tak hidup miskin, jadi untuk apa di jual. Jika pertimbangan mau merombak, seluruh warga siap berpartisipasi dan menanggungnya sampai selesai.

Inilah sisi lain dari kesuksesan pribadi Hasan Manggabarani dalam menjalani hidup dan bertetangga. Ternyata warga menginginkan nama Hasan Manggabarani tetap terpampang di pintu rumah tersebut sebab dengan rumah itu mereka menyimpan kenangan indah ketika Andi Hasan masih bertugas di Polmas sebagai bupati. Sudah menjadi tradisi Andi Hasan jika pulang dari Polmas ke Makassar, selalu dipenuhi dengan berbagai macam buah-buahan serta hasil kebun yang semuanya itu dinikmati bersama warga sekitar. Para tetangga selalu bersorak gembira jika Andi Hasan tiba di rumahnya dengan berbagai buah dan bahan makanan dari kebun. Itulah yang tak bisa dilupakan oleh warga sekitar, sehingga tetap merindukan Andi Hasan untuk tetap tinggal disitu. Dengan kedekatan itu pula, warga begitu menghormati Andi Hasan sebagai pemimpin, orang tua, guru dan saudarara bagi mereka.

Andi Hasan menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tahun 1999, pas setahun setelah Hasyim manggabarani dilantik jadi bupati Polmas. Andi Hasan meninggal di kediamannya di Polewali dengan meninggalkan 12 anak, 8 orang laki-laki dan 4 orang perempuan yang kesemuanya terbilang sudah sukses. Hampir di semua titik negeri ini, anak-anak dari Andi Hasan mengbbdi untuk bangsa.

Demikianlah pendidikan yang ditanamkan seorang Andi Hasan kepada anak-anaknya yang kesemuanya menjadi rahmatan lilalamin. Alfatihah.[2]



[1] Bupati Polewali Mandar (dulu Polewali Mamasa) pertama periode 1960-1965. Salah satu putra beliau yang sempat menjadi Bupati Polewali Mandar adalah Andi Hasyim Manggabarani.
[2] Sarman Sahuding, 2006

1 komentar:

  1. Kabar baik!!!

    Nama saya teddy dan saya dari Jawa Tengah Indonesia dan alamat saya KP. KADU RT 10 RW 04 KEL SUKAMULYA KEC CIKUPA KAB TANGERANG BANTEN, Saya baru saja menerima pinjaman Rp 3 Miliar (Small Business Admintration (SBA) dari Perusahaan Pinjaman Dangote setelah membaca artikel dari Lady Jane Alice (ladyjanealice@gmail.com) dan Mahammad Ismali (mahammadismali234@gmail.com) tentang cara mendapatkan
    pinjaman dari Perusahaan Pinjaman Dangote dengan tingkat bunga 2% tanpa lisensi atau biaya gurantor, saya baru saja melamar melalui email dan ikhlas selama prosesnya, awalnya saya takut mengira itu seperti penipuan perusahaan peminjaman sebelumnya, tetapi yang mengejutkan saya ini nyata bahwa saya juga berjanji akan memberi tahu lebih banyak orang, percayalah itu nyata 100%, pelamar lain dari negara lain juga dapat bersaksi.

    Email Perusahaan Pinjaman Dangote Melalui email: Dangotegrouploandepartment@gmail.com

    Email saya: teddydouble334@yahoo.com

    BalasHapus