Banyak orang
yang tak menduga, ketika Polmas menjadi satu kabupaten akan dipimpin oleh
seorang sipil, maklum waktu itu daerah ini masih dalam kerawanan konflik
bersenjata. Suasana kegentingan masih terjadi hampir disetiap sudut-sudut
kawasan yang baru terbentuk jadi
kabupaten. Tapi Andi Hasan Manggabarani[1]
telah membuktikan: menjadi Bupati Polmas yang pertama (1960-1965). Dengan
realitas daerah diatas tadi, sungguh sulit
memformat kerangka awal pembagunan daerah.
Namun begitulah konsekensinya, seorang pemimpin harus lebih berani menanggung segala pahit getirnya masa
perjalanan kehidupannya. Plus-minus kepemimpinan Andi Hasan, tentulah nampak mengiringinya selama ia menjadi bupati,
sebab memang kekuasaan tak ada yang kekal.
Andi Bilu
Manggabarani berhasil mempersunting Andi Tannawali, adik seorang Pa’bicara Binuang. Dari perkawinan itulah lahir putranya yang bernama Andi Hasan Manggabarani dan Andi
Rivai.
Andi Bilu memang menetap di Polewali, tapi ia juga berpetualang ke berbagai daerah, termasuk pernah di Majene.
Karena itu Andi Hasan, anaknya disekolahkan di Majene hingga tamat HIS (SMP).
Selama masa sekolah, tiap hari bolak balik Polewali-Majene hanya dengan sebuah
sepeda. Terkadang pula satu dua hari menetap di Majene.
Untuk
melanjutkan pendidikan lanjutan, ia masuk SMA Katolik Makassar. Nilai ijazahnya
amat bagus, bahkan mata pelajaran aljabar rata-rata 10. Bahasa juga bagus. Andi Hasan menguasai bahasa Inggris,
Jepang, dan sedikit sedikit bahasa Belanda apalagi bahasa daerah. Hampir semua bahasa empat etnis di Sulawesi
Selatan fasih mengucapkannya. Usai masa sekolah, ia menggabungkan diri dalam
perjuangan KRIS Muda bersama-sama melawan Belanda. Karena perjuangan inilah,
Andi Hasan pernah ditangkap oleh Belanda dan
dipenjarakan di Majene hingga 1948 baru dikeluarkan.
Karena ia
mempunyai bakat bisnis, Andi Hasan
kemudian secara perlahan-lahan menggeluti anemer, (sekarang: kontraktor
bangunan). Dengan itu ia banyak bikin bangunan di Polewali, semisal tanggul
yang ada di pantai Polewali, meski belum permanen total. Ia
juga dipercayakan membangun kantor Korem Parepare.
Saat
keluarga Andi Hasan hendak pindah ke Surabaya,
Jawa Timur, banyak menginginkannya jadi Bupati Polmas. Andi Pangerang Pettarani, Gubernur Sulawesi Selatan saat itu punya
pertimbangan. Salah satunya, tak mungkin Andi Selle akan berani macam-macam
kepada Andi Hasan karena Andi Rivai
saudaranya tengah menjabat sebagai Komandan Resimen di Parepare. Jadi
pertimbangan keamanannya jelas karena Andi Selle mesti hormat kepada Andi Hasan, Bupati
Polmas.
Pertimbangan
lain adalah pendidikan Andi Hasan agak
memadai. Sehingga Andi Pangeran Pettarani menunjuknya melantik secara resmi
Andi Hasan Manggabarani sebagai Bupati Polmas. Pada saat jadi bupati, sebagian anak anaknya yang sudah menetap di Surabaya sehingga mereka semua dipanggil
pulang ke Polewali. Kendati sebenarnya di Surabaya, telah dibangun jaringan
untuk merintis sebuah usaha, tapi demi pengabdian, Andi Hasan lebih memilih membangun kampung halaman ketimbang memilih
jalur sukses (bisnis) di negeri orang.
Dan kisah itupun berulang pada
anak pertamanya. Ceritanya ketika Hasyim
Manggabarani diminta menjadi Bupati Polmas (1998-2003), sebetulnya waktu itu di
promosikan menjadi Walikota Malang, Jawa Timur. Hitung-hitung dari segi gengsi,
popularitas menuju kekuasaan yang lebih tinggi, pastilah lebih menjanjikan
menjadi Walikota Malang. Siapapun yang mendapat peluang seperti ini rasionalnya
pasti akan memilih di Malang.
Tapi Hasyim menyadari satu hal:
ayahnya adalah tempat bersandar menentukan pilihan. Ia pamit. Apa kata ayahnya
(Andi Hasan). Mengapa kamu
harus ke Jawa, sementara daerahmu membutuhkanmu. Kamu harus kembali ke Polmas.
Apa respon Hasyim. Jangankan jadi
Bupati di Polmas, disuruh keluar jadi tentarapun akan turut kalau ayah (Andi
Hasan) berkehendak
demikian. Dan Hasyim turut perintah ayahnya: menjadi Bupati Polmas.
Bupati Hasan
kemudian melakukan penataan ruang pembangunan. Di konsentrasikan kawasan Pekkabata sebagai sebagai pusat pemerintahan. Secara perlahan
membuka jalan, terutama kawasan yang masih terisolasi seperti di kawasan
pegunugan Polmas.
Antara
jabatan formal dan ditengah lingkungan keluarga, tak nampak jaraknya. Ia
ciptakan iklim kekeluargaan, tak membeda
bedakan. Di tengah keluarganya sendiri, ia menanamkan kepemimpinan yang islami.
Yang tua menghargai yang muda, yang muda hormat kepada yang tua. Tiap waktu
magrib tiba, segera wudhu untuk shalat berjamaah di rumah.
Tiap malam
ia bertindak mengawasi anak-anaknya untuk belajar, kecuali malam minggu ia
biarkan anak-anaknya bersantai bersama kawan-kawannya, bahkan ia bekali uang
jajan untuk belanja sesukanya. Ia tanamkan disiplin pada anak-anaknya.
Silaturrahmi
juga dianggap penting. Disaat-saat tertentu ia acap kali bertandan
kerumah-rumah kerabatnya, bahkan kerumah bawahannya di kantor daerah. Kebiasaan inilah yang membuatnya berhasil mempersatukan pelbagai
etnik di Polmas.
Seiring
terbentuknya Polmas jadi kabupaten, kawasan pegunungan sudah menuntut untuk
jadi kabupaten sendiri. Bupati Hasan Mangga
memahami hal itu, karena memang secara historis menggariskan seperti itu.
Namun, ia melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh dari Mamasa bahwa suatu
waktu, kalau segalanya sudah dibenahi dan sudah siap, maka Kabupaten Mamasa
akan terbentuk jadi satu kabupaten.
Andi Hasan
sangat menjaga Hubungan sesama pejabat bupati di Sulawesi Selatan
sehinggahampir sebagian besar bupati-bupati di Sulawesi Selatan seangkatannya
ia akrabi semua, terlebih mereka semua masih masih kerabatnya sehingga tidak
ada rasa sungkan saat mau berkunjung.
Hubungan
kedekatan dengan para pejabat itu ia manfaatkan untuk saling tukar informasi
dalam membenahi daerahnya masing-masing. Salah satu wujud nyata dari hubungan
antar pejanat itu adalah jika ada yang
namanya proyek dana daerah tertutup semisal danapendidikan yang diserahkan
kepada mahasiswa Polmas yang menuntut ilmu di Makassar untuk dikelola sendiri oleh mahasiswa.
Menjelang
masa akhir jabatannya, ia sudah meminta kepada Gubernur Sulawesi Selatan agar
diberhentikan. Tapi entah pertimbangan apa, permohonan Bupati Hasan belum
dikabulkan. Padahal saat itu, sekelompok mahasiswa ada yang memintanya untuk
mundur. Ia bahkan menyampaikannya kepada mahasiswa kalau dirinya sudah memohon
untuk mundur jadi bupati, tapi belum dikabulkan.
Mahasiswa
pada saat itu menuntut agar Bupati Hasan mundur dengan dua alasan, pertama;
adanya isu yang beredar bahwa Hasan Maggabarani bukan orang Mandar, Ini tentu
saja tindakan konyol sekaligus bodoh, sebab dalam sejarah disebutkan bahwa
Binuang adalah komunitas Mandar yang juga ikut dalam deklarasi Passimandaran Allamungan Batu di Luyo.
Kedua; Andi Hasan Maggabarani aktif sebagai ketua partai, yaitu PNI 1945.
Momentum itu digunakan oleh kelompok tertentu karena pada saat itu
terjadi pergantian pemerintahan, dari Orde Lama ke Orde Baru. PNI saat itu
dianggap sebagai partai warisan Orde Lama.
Setelah
resmi tak lagi menjabat sebagai Bupati Polmas, ia kembali menekuni bisnisnya.
Selama lima tahun, ia menetap di Jakarta,
mengelola CV. Hayam Wuruk dengan posisi mengatur administrasi sesuai
keahliannya yaitu ahli abon A dan B (akuntansi atau tata buku). Ia juga pernah
diminta oleh pengusaha Cina di Pare-pare untuk mengelola usahanya, sebab
pengusaha Cina tersebut hendak keluar Negeri. Tawaran itu ia tolak. Bukan hanya
itu, ia juga menolak tawaran Kepala Keuangan di Tingkat Provinsi Sulawesi
Selatan. Alasan penolakannya karena diberi syarat harus keluar dari PNI dan masuk Golkar. Bukan
Andi Hasan kalau tawaran itu tidak ia tolak, sebab ia tetap teguh pada prinsipnya
dan menganggap bahwa PNI bukanlah partai terlarang.
Di masa
tuanya, Andi Hasan betul-betul menikmatinya.
Selain anak-anaknya sudah hidup mandiri dengan pelbagai pekerjaan disiplin ilmu
yang dimiliki, warga di sekitarnya juga sangat menghormatinya. Suatu ketika,
rumahnya, di jalan Sungai Kelara 2 Makassar, Andi Hasan hendak menjual rumahnya, tapi warga sekitar gigih menolak
sebab mereka sudah menganggap rumah dan pemiliknya itu sudah bagian dari hidup
mereka, terlebih yang punya rumah juga tak hidup miskin, jadi untuk apa di
jual. Jika pertimbangan mau merombak, seluruh warga siap berpartisipasi dan
menanggungnya sampai selesai.
Inilah sisi
lain dari kesuksesan pribadi Hasan
Manggabarani dalam menjalani hidup dan bertetangga. Ternyata warga menginginkan
nama Hasan Manggabarani tetap terpampang di pintu rumah tersebut sebab dengan
rumah itu mereka menyimpan kenangan indah ketika Andi Hasan masih bertugas di Polmas sebagai bupati. Sudah menjadi
tradisi Andi Hasan jika pulang dari Polmas ke
Makassar, selalu dipenuhi dengan berbagai macam buah-buahan serta hasil kebun
yang semuanya itu dinikmati bersama warga sekitar. Para tetangga selalu
bersorak gembira jika Andi Hasan tiba
di rumahnya dengan berbagai buah dan bahan makanan dari kebun. Itulah yang tak
bisa dilupakan oleh warga sekitar, sehingga tetap merindukan Andi Hasan untuk tetap tinggal disitu. Dengan kedekatan itu pula, warga begitu menghormati Andi Hasan sebagai pemimpin, orang tua, guru dan saudarara bagi mereka.
Andi Hasan menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tahun 1999, pas
setahun setelah Hasyim manggabarani dilantik jadi bupati Polmas. Andi Hasan meninggal di kediamannya di Polewali dengan meninggalkan 12
anak, 8 orang laki-laki dan 4 orang perempuan yang kesemuanya terbilang sudah
sukses. Hampir di semua titik negeri ini,
anak-anak dari Andi Hasan mengbbdi untuk bangsa.
Demikianlah
pendidikan yang ditanamkan seorang Andi Hasan kepada
anak-anaknya yang kesemuanya menjadi rahmatan lilalamin. Alfatihah.[2]
Kabar baik!!!
BalasHapusNama saya teddy dan saya dari Jawa Tengah Indonesia dan alamat saya KP. KADU RT 10 RW 04 KEL SUKAMULYA KEC CIKUPA KAB TANGERANG BANTEN, Saya baru saja menerima pinjaman Rp 3 Miliar (Small Business Admintration (SBA) dari Perusahaan Pinjaman Dangote setelah membaca artikel dari Lady Jane Alice (ladyjanealice@gmail.com) dan Mahammad Ismali (mahammadismali234@gmail.com) tentang cara mendapatkan
pinjaman dari Perusahaan Pinjaman Dangote dengan tingkat bunga 2% tanpa lisensi atau biaya gurantor, saya baru saja melamar melalui email dan ikhlas selama prosesnya, awalnya saya takut mengira itu seperti penipuan perusahaan peminjaman sebelumnya, tetapi yang mengejutkan saya ini nyata bahwa saya juga berjanji akan memberi tahu lebih banyak orang, percayalah itu nyata 100%, pelamar lain dari negara lain juga dapat bersaksi.
Email Perusahaan Pinjaman Dangote Melalui email: Dangotegrouploandepartment@gmail.com
Email saya: teddydouble334@yahoo.com