Sabtu, 07 Januari 2017

Adi Arwan Alimin : Dari Tinta Ia Memesrai Mandarnya Dengan Cinta !



Adi Arwan Alimin. Sosok ini tidak terlalu asing bagi penulis, sebab sejak tahun 1995-1997 lalu, penulis selalu bercengkrama dengannya dalam kegiatan pramuka Saka Bhayangkara. Penulis yang saat itu masih menjadi siswa MAN Polmas kerap mendapatkan bimbingan dan arahannya sebagai Pembina senior dalam Saka Bhayangkara. Sepanjang tahun itu, gabungan dari kader pramuka SMA 1 Wonomulyo, STM Tumpiling dan MAN Lampa kerap terlibat secara bersama-sama dalam kegiatan pramuka di Cadika Ammana Pattolawali Manding.

Dalam Saka Bhayangkara Polres Polmas saat itu Adi Arwan Alimin adalah sosok Pembina yang multi talenta. Darinyalah, penulis banyak termotivasi untuk menjadi seorang penulis, meski hari ini penulis belum bisa menjadi sesukses dia. Kak Adi, demikian sapaan akrab kami di kegiatan kepramukaan bersama Kak Anton, Kak Rahim, Kak idrus, Albama, Eka Fahmi, Sugianto, Ros, dll.
Kini, sosok itu semakin bertumbuh dan dikenal sebagai figur yang amat detail dalam berkisah. Pengalaman panjangnya sebagai wartawan, dan menggauli sastra berlangsung sebagai proses yang terus tumbuh. Dia lahir di Sidodadi, 9 Maret 1974, sebuah kota kecamatan yang menjadi episentrum perekonomian di Sulawesi Barat.

            Ia amat kental dengan genre cerita pendek, meski juga telah menulis ratusan tajuk rencana, esai, puisi, dan artikel. Ketekunannya dalam dunia kepenulisan terus ditularkan. Ia mendirikan Sekolah Menulis yang mempertemukannya dengan banyak peminat, dan mereka yang berbakat dalam ruang Kelas Menulis yang telah berjalan beberapa tahun ini. Kegiatan yang disebut sebagai cara mewakafkan diri bagi pengembangan dunia literasi di tanah Mandar.

            Namanya tercatat sebagai inisiator berdirinya Dewan Kebudayaan Mandar Sulawesi Barat (DKMSB) tahun 2007. Malang melintang sebagai wartawan hingga menjadi redaktur pelaksana di Harian Radar Sulbar. Lelaki yang kini duduk sebagai Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Barat ini mendirikan situs koranmandar.com, dan terus aktif dalam berbagai workshop, serta pendidikan dan latihan jurnalistik.

            Karyanya dimuat dalam buku kumpulan kisah wartawan PWI untuk Hari Pers Nasional di Palembang, “Mata dan Hati Wartawan” (2010), antologi bersama cerpen puisi di Mandar, “Bulan Menenun Layar” (2011), antologi cerpen Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjung Pinang (2011). Menulis buku Jejak Dua Lelaki, Kisah Perjuangan Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (2011), Jangan Panggil Kami Bang Napi (2009), Ayo, Berantas Narkoba (2005), Pedoman Kepramukaan (2012), Antologi Cerpen: Perempuan di Langit Jakarta (2014).

            Ayah dari Ananta Nailah; Dzakirah Ananta; Ahnaf Faruq Adi; dan Syaikhah Muadzah Ananta ini terus mengampanyekan urgensi keterampilan menulis bagi generasi muda di Mandar. Setiap hari ia selalu menulis tema apapun, yang disebarkannya di surat kabar, portal online, kompasiana.com, atau di jejaring Facebook. Adi Arwan menyebut itu sebagai salah satu cara terbaik mendaras keterampilan mengelola gagasan.

            Kesibukannya sebagai Komisioner di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulbar (2008-2013), Kini di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulbar (2013-2018) tetap memberinya kesempatan menggerus proses kretifnya. Buku Daeng Rioso, Prahara Bumi Balanipa yang terbit Mei 2016 adalah novel sejarah yang digarapnya hampir 10 tahun.

            Adi Arwan adalah sosok yang banyak membantu penulis dalam menggiatkan dan menebar virus literasi, mulai dari buku, Koran, majalah sampai sepeda gunung ia donasikan buat teman-teman di Rumpita.     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar