Minggu, 18 Desember 2016

Catatan Sejarah: MEMBANGUN POROS MARITIM UNTUK KESEJAHTERAAN BANGSA Kembalilah Menjadi Bangsa Samudera !


Pada tanggal 7-10 November 2016 lalu, penulis bersama rombongan Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Sulawesi Barat yang terdiri Darmansyah, Muhammad Aslam, Ilham Muin, Rahmatullah, Asmadi Mappawali, Hikmawati, Syarifah Syakilah, Taslam dll, berkesempatan mengikuti acara Konferensi Nasional Sejarah X dan Kongres Sejarah IX yang berlangsung di Hotel Grand Sahid Jakarta Pusat. Konfernensi Nasional X ini mengusung tema “Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah”. Acara dibuka langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Efendy. Turut hadir Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia, Mukhlis PaEni, Sejarawan Taufik Abdullah, Perwakilan Philippines Historical Association, Persatuan Sejarah Malaysia, peneliti dari Pusat Sejarah TNI dan para sejarawan dari berbagai bidang lainnya termasuk pengurus MSI dari berbagai penjuru tanah air.
Indonesia adalah Negara kepulauan dengan sejarah panjang dibidang kemaritiman. Banyak kisah sukses Indonesia di bidang maritim yang dapat menjadi semangat untuk membangun negara bahari yang kuat. Sejarah juga mencatat bangsa Indonesia ialah bangsa yang memiliki potensi sumber daya laut yang kaya dan budaya bahari yang unggul dimasa lalu, seperti Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.

“Presiden Soekarno pada pembukaan Munas Maritim Pertama 1963 menyatakan kembalilah menjadi bangsa samudera ! Seruan tersebut penting untuk dilaksanakan guna mewujudkan etos budaya maritim dalam mendukung program pemerintah untuk membangun poros maritime dunia bagi kesejahteraan dan keunggulan Indonesia sebagai bangsa bahari”. Demikian dipaparkan oleh Menteri Puan Maharani saat membuka Konferensi Nasional Sjarah (KSN) X 2016.
Mendikbud Muhadjir mengatakan, KNS yang digelar lima tahun sekali diikuti oleh dosen, guru dan komunitas sejarah dari berbagai kalangan untuk mendekatkan sejarah kepada masyarakat, bukan sekedar ilmu, melainkan juga untuk memperkuat titik tolak pembentukan karakter bangsa dimasa mendatang. Demikian Menteri Muhadjir sebagaimana yang dirilis Harian Media Indonesia, 8 November 2016.

Kronologi Perjalanan Konferensi Sejarah Nasional

Konferensi Nasional Sejarah kali ini adalah yang ke-10 diselenggarakan sejak Seminar Sejarah Nasional Pertama yang digelar dilaksanakan di Yogyakarta pada 14-18 Desember 1957. Musyawarah Nasional Sejarah Pertama ini membicarakan Landasan Filsafat Sejarah Nasional, Periode Sejarah dan Penulisan Buku Pelajaran Sejarah. Seminar juga berhasil merumuskan visi Penulisan Sejarah Dari Neerlando Sentris ke Indonesia Sentris.
Musyawarah Nasional Sejarah kedua mengalami kendala untuk digelar setiap lima tahun. Ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi bangsa saat itu sehingga Musyawarah Nasional Sejarah ke-2 baru bisa dilaksanakan pada tahun 1970 di Yogyakarta yang menghasilkan dua keputusan, yaitu: Pertama, Membentuk Tim Penulisan Sejarah Nasional Indonesia yang diusulkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K No. 0173/1970 terbentuk panitia penyusun Buku Standard Sejarah Nasional Indonesia yang menyusun buku “Sejarah Nasional Indonesia” (Terbit pada 1975 sebanyak 6 jilid). Kedua, Mendirikan Organisasi Prifesi Sejarawan di Indonesia denagn nama Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) dengan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo sebagai Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesi (MSI) yang pertama.
                Seminar Sejarah Nasional III baru bisa digelar pada tahun 1981 di Jakarta, tahun 1985 di Jogyakarta, sealanjutnya tahun 1990 diselenggarakan di Semarang yang kembali melahirkan dua poin rekomendasi yaitu: Pertama, Sejarawan meningkatkan kemampuan ilmiah dengan melakukan banyak kajian dan penulisan. Kedua. Pengajar meningkatkan kemampuan dan mengembangkan cara pengajaran yang tepat didalam upaya penghayatan nilai-nilai sejarah. Seminar Sejarah Nasional di tahun 1990 ini menjadi yang terakhir sebab pada tahun 1996 bukan lagi bentuk seminar tapi sudah diubah menjadi Konferensi Sejarah Nasional VI yang diselenggarakan di Jakarta.
                Konferensi Nasional Searah (KNS) VI ini merekomendasikan Peningkatan perhatian dan keterlibatan berbagai lembaga pemerintah dan swasta terhadap kegiatan kesejarahan karena sejarah adalah cabang ilmu yang strategis untuk merumuskan visi masa depan; Penyelenggaraan Konferensi Nasional Sejarah dapat dilaksanakan secara teratur 5 tahun sekali. Sejarah terus berlangsung melintasi berbagai proses panjang yang menjadi obyek ilmu sejarah. Tahun 2001 KNS VII dihelat pertama kali di era reformasi. Penyelenggaraan KNS VII ini dilaksanakan di Jakarta dengan melahirkan rekomendasi penulisan buku sejarah yang telah berkembang dengan temuan-temuan, sumber-sumber dan teori baru yang kemudian menghasilkan 9 ilid buku yang diberi judul “ INDONESIA DALAM ARUS SEJARAH” (IDAS) yang mecakup dari masa prasejarah hingga masa reformasi.
                KNS VIII kembali digelar tahun 2006 di Jakarta. Dari KNS ini lahir rekomendasi agar sejarah menjadi pelajaran wajib dalam kurikulum jenjang pendidikan dasar dan seluruh jurusan di tingkat pendidikan menengah. Demikian juga tahun 2011 KNS IX kembali digelar di Jakarta dengan sebuah target: Dalam usaha memperkokoh karakter bangsa, perlu; Pemahaman yang mendalam atas nilai-nilai kearifan dan keadilan yang digali dari hasil rekonstruksi sejarah bangsa; Mendokumentasikan, menafsirkan dan memvisualisasikan kearifan lokal (cerita rakyat, mitos, legenda, pantun dan relief) melalui gerakan cinta sejarah yang meliputi kegiatan wisata sejarah (lokal dan nasional) melalui karya-karya kreatif inspiratif.

                Dalam rangkaian penguatan  dari KNS IX 2011 tersebut, maka pada tahun 2014 di Yogyakarta dilangsungkan sebuah agenda Penandatanganan Dokumen Maklumat Hari Sejarah Oleh berbagai kalangan masyarakat yang melibatkan asosiasi profesi, komunitas pecinta sejarah, guru-dosen, dan mashasiswa yang mengusulkan tanggal 14 Desember sebagai hari sejarah dengan pertimbangan tanggal tersebut adalah tanggal dimulainya seminar sejarah nasional tahun 1957. Setahun kemudian, di Jakarta berlangsung sebuah acara Peringatan Hari Sejarah, 14 Desember 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar