Dari Dosen
menjadi legislator. Itulah sekelumit perjalanan panjang Drs. Hafid Imran, Ketua
DPRD Kabupaten Majene masa bakti 1987-1992.
Hafid Imran dilahirkan di Majene
pada tanggal 16 Juni 1928 dari pasangan Imran dan Hj Aminah. Dari pernikahannya
dengan Hj. St. Zainab Fatani, tokoh Muhammadaiyah Majene ini dikarunia delapan
orang anak, yaitu: Drs. Aminullah, Ir. Mahyuddin, Ir. Nasrullah, Drs. Darmawan,
Dra. Marhama, Irfan ST, Zaenal Abidin SE, dan Erwin, Lc, M.Ag, M,Ed.
Hafid
mengawali pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) Majene dan melanjutkan ke
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Majene. Pilihan MTs. mungkin sudah menggambarkan
karakter hidupnya yang banyak bertawadhu kepada pencippta-Nya. Di zamannya,
anak anak seusianya lebih gandrung melanjutkan sekoalah ke jenjang umum.
Sekolah agama terkadang dianngap sebelah mata.
Dalam
memilih jalur pendidikan, Hafid konsisten dengan jalur sekolah agama. Hal itu
nampak pada pilihan ke Pendidikan Guru Agama (PGA) Majene. Tiga tahun di PGA, Hafid
melanjutkan pendidikan ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Aluaddin Ujung
Pandang. IAIN adalah salah satu kampus agama terbaik di Indodenesia Timur kala
itu.
Setelah
memperoleh gelar sarjana lengkap IAIN pada tahu 1974, Hafid terpilih menjadi
dosen di kampusnya.
Menjadi dosen tentunya menjadi
harapan semua mahasiswa tetapi menggapainya tidaklah mudah sebab dosen hanyalah
mereka yang memiliki prestasi akademis di kampus kala menjadi mahasiswa.
Prestasi
itulah yang mengantarkan Hafid lolos menjadi dosen di Fakultas Syariah IAIN
Alauddin Ujung Pandang. Tak hanya dosen semata, peraih penghargaan pengabdian
dasawarsa dosen IAIN Alauddin Ujungpandang ini juga pernah tercatat sebagai sekretaris
fakultas syariah di kampus yang sama.
Menjelang
pensiun, Hafid pindah ke Majene, kampung halamannya. Di Majene, Pimpinan Legiun
Veteran Republik Indonesia Kabupaten Majene
ini kembali diserahi tugas untuk menjadi dekan fakultas syariah filial
Majene yang merupakan cabang IAIN Alauddin Ujung Pandang.
Bukan hanya
dekan Fakultas Tarbiyah Filial IAIN, Hafid juga diminta oleh kalangan akademisi
Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah (STIT) Majene sebagai ketua untuk turut
membesarkan kampus agama ini.
Hafid Imran juga
sempat tercatat sebagai Ketua DPRD Majene pada tahun 1987-1992. Hafid Imran
memparipurnakan pengabdiannya dengan menghadap sang khalik dalam usia 76 tahun
pada tahun 2004. Sebagai orang yang banyak berjasa pada daerah, bangsa dan
negara.
Hafid Imran
tetaplah sosok pejuang sejati yang rendah diri tak banyak menuntut jasa atas
pengabdiannya. Peraih penghargaan ex komponen pejuang 45 ini diminta oleh
pemerintah untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Majene, tapi berdasarkan
wasiatnya, ia kemudian di makamkan di pemakaman tugu 45 Baruga. Sebuah contoh
yang baik untuk kita teladani. (Sumber: Majene Menemukan Hari Lahirnya, Drs. Darmansyah 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar