Jumat, 29 April 2016

LAUNCHING RUMPITA (Diskusi Dari Motor Pustaka Merembes ke Sampah)

Catatan Muhammad Munir

Malam bertengger dibilangan 16 februari 2016, bintang gemintang menggelantung diatas langit lazuardi, angin rekah dan pecah diantara deru mesin campur debu di jalan Trans Sulawesi depan masjid Kandemeng ikut menjadi saksi bahwa malam itu, Rumpita-Tinambung resmi di buka. Tulisan ini, tentu tidak dalam rangka membesar-besarkan Rumpita, tapi sekedar menarasikan bahwa launching tersebut bukan sebuah peristiwa biasa tapi sebuah kejadian yang menandai bangkitnya sebuah tradisi dan peradaban baru. Betapa tidak, sebab entah kebetulan atau tidak, sebuah informasi di media sosial ternyata mampu menggerakkan Darwin Badaruddin (Asisten Pemkab Polewali Mandar), Agusniah Hasan Sulur (Ka.Bidang Sosbud Bappeda Polewali Mandar), Rusbi Hamid (Anggota DPRD Kab. Majene).

Bukan hanya tiga orang tersebut yang hadir, tapi puluhan praktisi, akademisi, seniman, satrawan, budayawan dan tokoh masyarakat ikut hadir menandai dibukanya sebuah konsep perpaduan antara Cafe dan Perpustakaan yang dilabeli RUMAH KOPI DAN PERPUSTAKAAN (RUMPITA). Mereka yang tampak hadir, antara lain Hamzah Ismail (Ka. UPTD Disdikpora Kec. Tinambung), H. Ahmad Asdy (Penulis dan Sejarawan), Bakri Latief (Sastrawan), Nurdin Hamma (Tokoh Masyarakat Batulaya), Tammalele (Budayawan), Hendra Djafar (Sastrawan dan Penulis), Syuman Saeha (Sutradara), Ramli Rusli (Aktifis Pemberdayaan), Muhammad Rahmat Muchtar (Uwake’ Cultur), Urwa dan As’ad Sattari (Armada Pustaka), Asri Abdullah (Ketua MSI Polman), Muhammad Ishaq (Komunitas Sure’ Bolong), Muhammad Adil Tambono (Teater Kakanna), Zul Elang Biru (Appeq Jannangang), Wildan S. Baso (Entertainment), M. Sukhri Dahlan dan Syaharuddin Madju (Teater Flamboyant), dan personil Rumah Teater serta puluhan pemuda dan aktifis lainnya.

Sebelum acara dimulai, Agusnia Hasan Sulur sempat menyampaikan kepada penulis bahwa Pemerintah sudah menganggarkan pembelian motor (tiga roda) pustaka yang nantinya akan diberikan kepada komunitas penggiat literasi (termasuk Rumpita dan Nusa Pustaka) di Kabupaten Polewali Mandar. " Kita sudah anggarkan pembelian motor dalam APBD Pokok 2016, tapi karena anggaran pembelian boks tidak masuk sehingga mungkin pada anggaran perubahan baru  bisa dilengkapi". Ujar Hasan Sulur yang di amini oleh Darwin Badaruddin .
 
Yang menarik dari launching Rumpita ini adalah diskusi yang membincang penguatan literasi sampai pada persoalan sampah. Sampah memang merupakan fenomena gunung es yang sampai hari ini belum ditemukan formulanya. Baik Urwa, Ishaq Jenggot maupun Ramli Rusli menyoroti belum maksimalnya pemerintah dalam menangani persoalan sampah. Namun Darwin Badaruddin maupun Agusnia Hasan Sulur mencoba melakukan pendekatan dengan menggunakan methode bank sampah. Bank Sampah yang saat ini marak dan bertumbuh di kota-kota besar diharapkan mampu menjadi solusi dalam hal penangan sampah. Darwin, misalnya mencontohkan pengalaman di kota Makassar, dimana pada era pemerintahan Dani Pomanto, persoalan sampah menjadi rebutan bagi sebagian warga Makassar. Sementara Tammalele, menganggap sampah justru merupakan persoalan sepele jika masyarakat mempunyai kesadaran. Jika masyarakat sadar, maka sampah tak akan menjadi masalah besar. Demikian Tammalele menyikapi persoalan sampah yang jadi topik diskusi.

Sekedar diketahui, bahwa Rumpita yang malam ini di launching adalah berkat kerjasama dengan CV. Juragan Pasar, Abdul Rasyid Ruslan yang sejak awal mulai dari nama sampai biaya yang digunakan dalam pembangunannya merupakan partisipasinya untuk menguatkan gerakan teman-teman. Abdul Rasyid yang lahir di Desa Sabang Subik adalah salah satu generasi muda yang kreatif, ulet, peduli dan selalu memberi ruang kepada teman-temannya untuk merubah kondisi. Salah satu yang ia tekankan adalah bagaiman membangun kerjasama serta tetap peduli dengan nasib anak bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar