Tampilkan postingan dengan label Wirausaha. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wirausaha. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Juni 2016

CV. JURAGAN PASAR GROUP GARAP KELOR DI SULBAR

Kalau di Sulsel Musawwir Muchtar berhasil mempresentasekan kelebihan daun kelor dihadapan Presiden Barack Obama (Baca: Fajar, 15 Juni 2016), maka di Sulbar ada Abdul Rasyid Ruslan yang saat ini intens dalam pembelian biji kelor dan penanaman Pohon Kelor sebagai komoditas yang insyaallah mampu mengubah persentasi angka kemiskinan dan pengangguran di Sulbar. Baik Musawwir maupun Abdul Rasyid, keduanya adalah sosok pemuda yang punya perhatian besar terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Keduanya berhasil membuktikan bahwa dunia memang tak selebar daun kelor. Persoalannya adalah, maukah masyarakat kita berubah? Sebab sangat susah memang untuk mengajak masyarakat berubah jika masyarakatnya sendiri tidak ada keinginan untuk berubah. Kondisi ini sama persis dengan mengajari kambing bernyanyi.
Sekarang peluang itu telah terbuka. Dibawah panji CV.Juragan Pasar dan CV. Kenduri Cinta Indonesia siap menjadi mitra anda untuk meraih masa depan yang lebih baik dengan budidaya kelor. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penjualan dan penanaman kelor silahkan menghubungi kami di RUMAH KOPI DAN PERPUSTAKAAN (RUMPITA) TINAMBUNG.


Kami perusahaan yang bergerak sebagai suppliers comodity membutuhkan biji kelor dalam jumlah banyak.
Silahkan menghubungi kami :
085230663104 (ABD RASYID / Direc. 
Juragan Pasar)
082113008787 (
Muhammad Munir / Manaj. Rumpita)
PIN BB: 59991E5D
WA/LINE/WeChat : 081242705488

Selasa, 14 Juni 2016

SEDIKIT TENTANG ADMIN BLOG RUMPITA galerikopicoqboq.blogspot.com

Dari sebuah ruang yang pengap dan sempit, ketika malam makin jauh, seperti larinya kuda jantan di malam hari. Terlukis kecemasan, ketakutan dan kebahagiaan yang menyatu dalam diri seorang ibu yang sedang berjuang meregang nyawa, menikmati rasa sakitnya dalam dekapan seorang lelaki yang masih tampak gagah dari garis-garis wajahnya. Dengan sisa-sisa tenaga sang ibu yang berhasil memenangkan pertarungan itulah yang mengantarku merasakan udara dingin dirembang malam yang merupakan detik, menit dan hari pertama dunia mengenalku dan menyematkan identitas padaku sebagai penduduk bumi.

Alam sepi dan sunyi seketika rancu oleh suara tangis bayi yang sedang dalam penanganan seorang wanita tua yang akrab di panggil “Kanne Sando” alias “dukung beranak” yang dengan cekatan “Marrattas belarang” (memotong tali pusar) lalu kemudian mempersilahkan seorang lelaki muda dan gagah itu membisikkan bait-bait kalimat sakral (Adzan ditelinga kanan dan iqamat ditelinga kiri) yang ternyata kalimat itulah yang menjadikanku sebagai seorang hamba Allah yang hidup dalam naungan panji-panji keislaman.

Wanita yang sukses dalam pertarungannya itu adalah ibu (Amma’)nya yang bernama HARMI anak seorang kepala kampung yang bernama HASAN atau Ka’Pinda. Dan lelaki yang mengumandangkan kalimat suci itu adalah bapak (Pua’) nya yang bernama NURDIN atau ALIMUDDIN yang bapaknya bernama Razak. Mereka memberi pada putra keduanya dengan nama asli ”MUHAMMAD” yang kemudian pada saat megenal tulisan dia memperkenalkan nama pena “MUNIR” akronim dari MUHAMMAD BIN NURDIN IBNU RAZAK.

Seiring berjalannya waktu ia bertumbuh dan mengenali lingkungannya yang kumuh, kuno dan hanya bisa menikmati kasih sayang dari pasangan suami istri yang miskin (harta, ilmu dan pengalaman). Dengan kaki telanjang ia lalui hari-harinya dengan menggembala sapi (Ma’ambiq saping) sambil bersekolah. Masa kecil yang sulit ia nikmati dengan sebuah harapan yang penting bisa makan saja. Paceklik dan kemarau panjang dari tahun 1985 sampai 1987 yang cukup menyiksa sangat lengket dalam memori fikirannya betapa untuk makan dari beras sangat sulit, dan harus rela mengganti makanan pokok itu dengan pisang, sagu dan jagung.

Akhir tahun 1987 musim berganti, dari kemarau panjang ke musim hujan. Curah hujan diatas normal menjadikan air sungai meluap hingga akhirnya banjir besar melanda. Semua menjadi korban, mulai sapi, tanaman, sampai rumah dan perkampungan di dusun kelahirannya separuhnya terseret arus. Kesulitan makin meradang, kemiskinan semakin menyiksa. Hanya keajaiban dan pertolongan Tuhan jualah yang membuat dia dan masyarakat mampu bertahan hidup dan mempunyai peluang untuk menyelesaikan pendidikannya. Meski untuk itu, ia harus mengorbankan kenikmatannya dan berharap menikmati pengorbannya itu esok dan nanti. Lelaki ini ditakdirkan lahir berdarah Mandar di Botto, Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar pada tanggal 15 Februari 1979.
Sosok pria berkulit hitam manis khas masyarakat pesisir ini, di usianya yang masih terbilang muda, ia cukup bahagia dalam karirnya yang aktif disalah satu parpol dan belakangan aktif dalam aktifitas yang berkaitan dengan budaya dan lingkungan hidup sebagai salah satu core person dalam Komunitas Appeq Jannangang. Kesuksesan publikasi aplikasi android Lontaraq Digital tidak lepas dari partisipasi aktifnya dalam berpromosi diberbagai media dan kesempatan.

Meskipun ia lahir di wilayah Mandar pesisir, namun pengetahuannya tentang seluk beluk Mandar pegunungan layak diacungi jempol. Selain ranah budaya dan lingkungan hidup, lelaki Mandar yang satu ini juga aktif dalam bidang literasi. Pendiri Komunitas RumahPustakaRumpita (Rumah Kopi dan Perpustakaan) ini getol menyumbangkan tulisan-tulisannya diharian Radar Sulbar dan media-media lain seperti Surat Kabar Plat Merah, Media online Seputar Sulawesi Barat, Kandora, Suryatop News, dengan berbagai tema.
Selain menulis, suami dari Hernawati Usman ini juga dikenal sebagai seorang penelusur. Nyaris seluruh wilayah Mandar ini ia telusuri, mulai dari Paku-Soremana, dari Polewali ke Mamasa, Mamasa ke Mambi-Aralle Tabulahan, Banehau. Bonehau ke Kalumpang dan dari Kalumpang kembali ke Bonehau, Keang, Kalukku Tasiu-Mamuju.
Demikian juga dari Tinambung, Alu, Pumbijagi, Poda, Padang Mawalle, Lullung, Ro'boang, Patulang, Ambo Padang, Batupanga, Luyo sampai ke Mapilli. Jalur Lampa-Kanusuang, Pulliwa Bulo ke Matangnga, Mehalaan, Keppe dan Mambi. Jalur dari Matangnga, ke Passembu, Kondo, Lenggo, Kalo, Ratte Kallang, Tubbi, Besoangin, Tibung tembus ke Pelattoang Majene sudah ia lalui.

Dengan kegemarannya ini kemudian membuatnya dilirik oleh Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sulbar untuk menjadi Pengurus dan sering di undang sebagai pembicara di seminar sejarah dan kebudayaan serta acara diskusi di Majene, Balanipa dan Polewali. Selain buku Kamus Sejarah dan Kebudayaan Mandar ini, ia telahmenyelesaikan naskah bukunya Mengeja Mandar Lewat BalanipaDemokrasi Benu Base. Buku yang lain yaitu Novel Bamba Sangiq anna Cawa, Kolekserium Puisi Serigala Bertopeng Nabi. Maka sangat patutlah ia menjadi teman berdiskusi dan belajar tentang sejarah dan kebudayaan Mandar Lampau.

Lelaki yang akrab disapa MUNIR ini bisa dihubungi di: 0821 1300 8787 atau e-mailgalerikopicoqboq@gmail.com
Akun Fecebook: Muhammad Munir
Fanpage: RUMPITA (Rumah Kopi dan Perpustakaan), Website: jurnalbalanipa.comdan blog: galerikopicoqboq.blogspot.com

Senin, 13 Juni 2016

MANYANG

MANYANG

Minuman khas Mandar yang bernama "Manyang "atau Tuak, atau oleh Orang Bugis Makassar dinamai Ballo, Saguer (Kata Orang Sanger) dan Akel (kata orang Minahasa). Siapapun yang ada di Mandar dan pernah datang mengunjungi daerah Mandar atau yang sekarang dikenal Sulawesi Barat, pasti pernah mendengar dan mengetahui mengetahui jenis minuman tradisional yang bisa menjadi minuman beraroma khas dan nikmat "Manyang Mammis " atau tuak manisdan bisa menjadi minuman beralkohol tinggi jika diproses dalam bentuk minuman yang lebih dikenal dengan "Manyang Paiq" atau tuak pahit.
Baik Manyang Mammis ataupun Manyang Paiq, adalah minuman yang diproduksi secara tradisional oleh masyarakat tanpa ada campuran kimia ini memang dihasilkan oleh para petani yang daerahnya banyak dipenuhi pohon "Manyang" atau Pohon Aren. Manyang yang diproduksi menjadi minuman manyang mammis ini selain untuk menjadi minuman kesehatan, juga merupakan bahan untuk membuat "manisan".

MANISANG

Manisan adalah hasil dari proses pengawetan manyang yang ditanak, dengan pemanasan ini, manyang ini akan sedikit mengental dan menjadi cairan gula (gula cair) dan dari manisan ini kemudian jika diproses lagi. Dengan cara dipanaskan dengan suhu yang tinggi cairan manisan tadi akan mengental (mapuliq) dan langkah selanjutnya cairan yang sudah kental dan berbentuk kayak adonan kue ini di tuang ke wadah atau lembaga tertentu (kebanyakan dari tempurung kelapa atau kaqdaro), didinginkan dan kemudian dikeluarkan dari wadah tempurung itu, sehingga terbentuk bulat seperti bentuk kelapa dibelah. Dan hasil dari proses inilah kemudian atau golla mamea (gula merah atau gula aren).
Untuk diketahui, bahwa Manisan adalah bahan yang yang digunakan oleh masyarakat dalam memuat Bajeq (Bayeq). Dan sebelum dicetak dalam wadah tempurung, ada juga cara satu jenis cemilan yang namanya "Golla Coba" atau gula yang dibuat dalam bentuk permen yang biasanya dibungkus pake kulit jagung.Adapun Manyang paiq juga berasal dari sumber yang sama dengan manyang mammis tapi prosesnya yang beda. Manyang paiq ini memang diformulasi khusus oleh para petani yang akrab dikenal "Passari Manyang" sesuai order atau pesanan. Manyang Manyang Paiq ini dibuat dan punya campuran, cara dan perlakuan yang khusus. 


Sabtu, 07 Mei 2016

YANG CREATIF DARI RUMPITA, JURAGAN PASAR DAN APPEQ JANNANGANG


RUMPITA atau RUMAH KOPI DAN PERPUSTAKAAN adalah wadah para penggiat literasi di Mandar yang lahirdengan konep Rumah Buku dan Cafe Baca. Cafe Baca didesain dengan menyediakan fasilitas buku bacaan, jaringan internet dan ruang diskusi budaya, politik, sejarah, seni, bimbingan belajar baca lontaraq dan desain blog versi web dan android. Dalam kegiatan literasinya, RUMPITA tidak menggunakan APBD dari instnsi manapun. Untuk menunjang operasional kegiatan literasi maka cafe atau RUMAH KOPI menyediakan berbagai menu minuman dan makanan khas antara lain, kopi doang, kopi susu, teh susu, sara’ba, ubi, bakwan, binte’, mie rebus, mie goreng an pisang goreng nugget dan macam-macam cemilan. Semua menu tersebut dapat dinikmati oleh pengunjung dengan harga yang terjangkau. RUMAH KOPI DAN PERPUSTAKAAN ini beralamat di Jalan Trans Sulawesi Depan Masjid Nurul Amin Kandemeng Desa Batulaya Kec. Tinambung Kab. Polewali Mandar.

RUMPITA adalah gagasan yang memadukan budaya literasi dengan entrepreneur yang mencari keuntungan dengan cara bermartabat, mencerdaskan. Bendera JURAGAN PASAR Abdul Rasyid Ruslan adalah konsultan dan sponsor tunggal dalam pematangan strategi konsep dan gerakan. Kedepan, RUMPITA mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencetak generasi cerdas, mandiri dan visioner.

Berberapa program utama RUMPITA adalah sebagai berikut;
1.       GELAR BUKU atau Gerakan Literasi dengan membaca buku. Kegiatan ini dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda. Sasaran utamanya adalah wilayah-wilayah pelosok dan terpencil serta mengunjungi sekolah-sekolah tingkat SD,SMP dan SMA serta UNIVERITAS.
2.      BILIK BACA RUMPITA atau PERPUSTAKAAN MINI yang dibentuk oleh relawan Rumpita. Relawan RUMPITA ini menyediakan tempat atau ruang baca dan rak buku serta pengelola perpustakaan. Buku disediakan oleh Pihak Manajemen RUMPITA.
3.       PENULISAN BUKU. Program ini merupakan program khusus yang diperuntukkan bagi para penulis yang berkeinginan menerbitkan buku. Desain Sampul, tata letak, lay out sampai percetakan dikelola oleh RUMPITA.
4.       BIMBINGAN BELAJAR meliputi kegiatan belajar membaca aksara lontaraq, desain blog versi web dan android. Kegiatan ini dipandu langsung oleh instruktur berpengalaman, ZULFIHADI atau ZUL ELANG BIRU. Bimbingan MENULIS juga tersedia dan dipandu langsung oleh Drs. DARMANSYAH, MUHAMMAD MUNIR, HENDRA DJAFAR, RUSNAIM SUNUSI, SYUMAN SAEHA dll.

5.       LOMBA MENULIS adalah program tahunan yang digagas untuk meningkatkan minat menulis generasi muda agar beranjak dari budaya tutur lisan menjadi tulisan. Lomba menulis hanya dibuka untuk usia SMP, SMA dan MAHASISWA.