Tak bisa
dipungkiri, Anwar Adnan Saleh adalah salah satu tokoh politik yang sekaligus
menjadi sosok yang pantas digelari Bapak Pembangunan Sulawesi Barat. Betapa
tidak, konstribusinya dalam perjuangan pembentukan Sulawesi Barat sungguh tak
terhitung. Pria yang lahir pada tanggal 20 agustus 1948 ini menjadi Gubernur
Sulawesi Barat pertama yang defenitif dan dipilih secara langsung oleh rakyat
Sulbar pada Pilkada Gubernur tahun 2006. Per tanggal 28 Agustus 2006, Anwar
Adnan Saleh resmi memimpin daerah propinsi Sulawesi Barat bersama Muhammad Amri
Sanusi sebagai Wakil Gubernur. Pria yang dikenal tegas dan agamis ini
menggantikan posisi Oentarto Sindun Mawardi (Penjabat Gubernur 16 Oktober
2004 - 21 Oktober 2005). Oentarto
sebelumnya menjabat Dirjen Otda Depdagri. dan Syamsul M. Rifai (Penjabat
Gubernur 21 Oktober 2005 - 14 Desember 2006).
Mantan
anggota Komisi IV DPR RI dari Dapil Sulawesi Tenggara ini adalah salah satu
putra daerah Polmas yang sukses dirantau. Jika Anwar hanya berfikir untuk masa
depan keluarga dan bisnisnya, tentu ia tak harus buang-buang waktu dan biaya
untuk membiayai proses perjuangan Sulbar memilih Dapil VII Sulsel (Dapil
Sulbar) sebagai Caleg Golkar pada Pemilu 2004, terlebih ia diposisikan sebagai
Caleg Nomor Urut 6 di Partai berlambang beringin tersebut. Tentu saja ia harus
menelan pil pahit karena gagal melenggang ke Senayan. Padahal seandainya ia
masih mencaleg di Dapil Sulawesi Tenggara pasti ia masih berkesemoatan untuk
menikmati empuknya kursi di parlemen.
Tapi itulah
Anwar. Lelaki ganteng asal Ralleana Kec. Mambi ini terus berjuang bersama para
pejuang Sulbar. Hingga pada suatu ketika Ali Baal Masdar berinisiatif
mengundang Presiden RI yang saat itu dajabat oleh Ibu Megawati Soekarnoputri ke
Polewali Mandar pada bulan Juni 2004. Benar saja, Megawati bertandan ke
Polewali Mandar dan menyatakan dukungan dan komitmennya menjadikan Sulbar
sebagai provinsi ke-33 sebelum periodenya berakhir. Dan komitmen Ibu Megawati
ini ditunaikan sebab hanya hitungan bulan, tepatnya 22 September 2006 UU No. 26
Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat disahkan di Gedung DPR
RI melalui rapat paripurna.
Inilah
klimaks dari sebuah perjuangan yang panjang dan berliku. Sinergitas antara
tokoh perjuangan pembentukan Provinsi Sulbar menjadikan Anwar Adnan Saleh dan
Ali Baal Masdar menjadi sosok yang kian dikenal oleh masyarakat Mandar. Hal in
pula yang membuat Pilkada Gubernur 2006 menjadi sebuah sebab mengapa Anwar
Adnan Saleh begitu kukuh diperjuangkan sebagai Gubernur Sulbar defenitif yang pertama.
Masyarakat dan Tokoh Sulbar ingin membalas jasa Anwar sehingga apapun acaranya
Anwar harus dilantik menjadi Gubernur Sulbar.
Anwar di
lantik dan mejabat sebagai Gubernur Sulbar Per tanggal 28 Agustus kendati
prosesi pengangkatannya menuai kontroversi sebagai buntut dari dugaan berbagai
kecurangan yang terkait dalam pemilihan gubernur. Suami dari Hj. Enny Angraeni
ini ini tetap kukuh menunaikan tugas yang dilimpahkan padanya. Dan benar saja,
ayah dua anak ini berhasil membawa Sulawesi Barat menjadi salah satu propinsi
di Indonesia yang paling berkembang. Atas prestasi itulah ia kemudian terpilih
kembali pada periode keduanya bersama Aladin S. Mengga pada Pilgub 2011
silam. Anwar benar-benar mampu mengantar
Sulbar menjadi propvinsi yang setara dan membanggakan dalam kurun waktu 10
tahun terakhir. Menurut pendapat banyak politisi, Anwar adalah figur yang
berhasil membangun Sulawesi Barat, terutama daerah asalnya Kabupaten Polewali
dan Mamasa. Terlepas dari fakta adanya pihak-pihak yang menolak kemenangannya
dalam pemilihan kepala daerah, telah banyak kemajuan yang terjadi selama masa
kepemimpinannya. Beberapa contoh hasil usaha Anwar adalah pembangunan Jalan
Nasional 577 Kilometer dan Bandara yang memiliki landasan pacu sepanjang 2.250
meter.
Jabatan
Politik memang selalu menjadi obyek yang menjadi target untuk dijatuhkan.
Disana-sini, Anwar menjadi oknum yang tersakiti, dihukumi dan masuk dalam
lingkaran kontroversi, akan tetapi bukan Anwar jika tak bisa menikmati
mengikuti proses kontroversi itu dengan tetap menikmati dan mengikutinya. Bukan
hanya Anwar, Istrinya, Enny Anggraeni, juga pernah ditengarai dan diberitakan
tersangkut kasus korupsi pengadaan mebel rumah jabatan Gubernur Sulbar.
Menyikapi pemberitaan tersebut, Anwar berjanji akan mundur dari posisinya
sebagai Gubernur apabila anggota keluarganya memang terbukti bersalah.
Politikus yang pernah menjadi anggota fraksi partai Golkar DPR RI periode
1999-2004 terus saja menunjukkan kepeduliannya pada daerah asalnya.
Salah satu
yang menjadi obsesi Anwar sebagai gubernur adalah mengembangkan kakao menjadi
komoditas unggulan yang mendunia dari Sulbar. Obsesi itu didorong tekadnya
untuk menyejahterakan rakyat Sulbar sekaligus menjadikan Indonesia sebagai
penghasil kakao terbesar kedua di dunia menggeser Ghana. Tentu saja ini bukan
hanya sebatas isapan jempol belaka, sebab hari ini Sulbar menjadi salah satu
provinsi penghasil kakao terbesar di Indonesia, Sulbar memberikan kontribusi
sebesar 20 persen dari produksi kakao nasional dan menargetkan Sulbar mampu
menghasilkan 400 ribu ton kakao per tahunnya.
Posisi
Sulawesi Barat yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 berdasarkan UU No 26 Tahun
2004, ini awalnya merupakan provinsi pengembangan dari provinsi Sulawesi
Selatan yang mempunyai luas wilayah 16.796,19 km2 dengan penduduk 938.254 jiwa,
serta beribukota di Mamuju. Penduduknya terdiri dari Suku Mandar (49,15%),
Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya
(19,15%). Masyarakatnya mayoritas bergama Islam (83,1%), Kristen (14,36%),
Hindu (1,88%), Buddha (0,04%), Lain-lain (0,62%). Selain itu, Sulbar juga
identik dengan bahasa sehari-hari, selain Bahasa Indonesia, yaitu bahasa
Mandar, selebihnya adalah bahasa Bugis, bahasa Toraja, dan bahasa Makassar.
Saat ini
Sulawesi Barat dikenal sebagai lokasi wisata. Selain kakao, daerah ini juga
penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa, dan cengkeh. Di sektor
pertambangan terdapat kandungan emas, batubara, dan minyak bumi. Potensi inilah
yang dioptimalkan oleh Anwar Adnan Saleh terus mendorong kemudahan bagi
rakyatnya yang notabene hidupnya bertumpu kepada penghasilan kakao untuk
mendapatkan sertifikat dengan program prona. Tak hanya dari sisi permodalan,
pengembangan industri kakao juga didukung dengan pengembangan tekonologi baru.
"Jika
sebelumnya petani kakao hanya mendapatkan 0,6 ton per Ha, maka dengan teknologi
baru dan bibit baru berupa sistem sambung samping hanya dalam 1 tahun 4 bulan
bisa panen relatif cepat dan hasil panennya bisa meningkat 3-4 kali lipat
dengan mutu yang lebih baik. Sulbar memiliki 156.898 Ha dengan produksi 90.436
ton per tahun. Produksi kakao secara nasional saat ini mencapai 600.000 ton
atau setara US$ 700 juta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar