Minggu, 18 Desember 2016

Mengenal ANWAR ADNAN SALEH : Bapak Pembangunan Sulawesi Barat


Tak bisa dipungkiri, Anwar Adnan Saleh adalah salah satu tokoh politik yang sekaligus menjadi sosok yang pantas digelari Bapak Pembangunan Sulawesi Barat. Betapa tidak, konstribusinya dalam perjuangan pembentukan Sulawesi Barat sungguh tak terhitung. Pria yang lahir pada tanggal 20 agustus 1948 ini menjadi Gubernur Sulawesi Barat pertama yang defenitif dan dipilih secara langsung oleh rakyat Sulbar pada Pilkada Gubernur tahun 2006. Per tanggal 28 Agustus 2006, Anwar Adnan Saleh resmi memimpin daerah propinsi Sulawesi Barat bersama Muhammad Amri Sanusi sebagai Wakil Gubernur. Pria yang dikenal tegas dan agamis ini menggantikan posisi Oentarto Sindun Mawardi (Penjabat Gubernur 16 Oktober 2004  - 21 Oktober 2005). Oentarto sebelumnya menjabat Dirjen Otda Depdagri. dan Syamsul M. Rifai (Penjabat Gubernur 21 Oktober 2005 - 14 Desember 2006).

Mantan anggota Komisi IV DPR RI dari Dapil Sulawesi Tenggara ini adalah salah satu putra daerah Polmas yang sukses dirantau. Jika Anwar hanya berfikir untuk masa depan keluarga dan bisnisnya, tentu ia tak harus buang-buang waktu dan biaya untuk membiayai proses perjuangan Sulbar memilih Dapil VII Sulsel (Dapil Sulbar) sebagai Caleg Golkar pada Pemilu 2004, terlebih ia diposisikan sebagai Caleg Nomor Urut 6 di Partai berlambang beringin tersebut. Tentu saja ia harus menelan pil pahit karena gagal melenggang ke Senayan. Padahal seandainya ia masih mencaleg di Dapil Sulawesi Tenggara pasti ia masih berkesemoatan untuk menikmati empuknya kursi di parlemen.

Tapi itulah Anwar. Lelaki ganteng asal Ralleana Kec. Mambi ini terus berjuang bersama para pejuang Sulbar. Hingga pada suatu ketika Ali Baal Masdar berinisiatif mengundang Presiden RI yang saat itu dajabat oleh Ibu Megawati Soekarnoputri ke Polewali Mandar pada bulan Juni 2004. Benar saja, Megawati bertandan ke Polewali Mandar dan menyatakan dukungan dan komitmennya menjadikan Sulbar sebagai provinsi ke-33 sebelum periodenya berakhir. Dan komitmen Ibu Megawati ini ditunaikan sebab hanya hitungan bulan, tepatnya 22 September 2006 UU No. 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat disahkan di Gedung DPR RI melalui rapat paripurna.

Inilah klimaks dari sebuah perjuangan yang panjang dan berliku. Sinergitas antara tokoh perjuangan pembentukan Provinsi Sulbar menjadikan Anwar Adnan Saleh dan Ali Baal Masdar menjadi sosok yang kian dikenal oleh masyarakat Mandar. Hal in pula yang membuat Pilkada Gubernur 2006 menjadi sebuah sebab mengapa Anwar Adnan Saleh begitu kukuh diperjuangkan sebagai Gubernur Sulbar defenitif yang pertama. Masyarakat dan Tokoh Sulbar ingin membalas jasa Anwar sehingga apapun acaranya Anwar harus dilantik menjadi Gubernur Sulbar.     

Anwar di lantik dan mejabat sebagai Gubernur Sulbar Per tanggal 28 Agustus kendati prosesi pengangkatannya menuai kontroversi sebagai buntut dari dugaan berbagai kecurangan yang terkait dalam pemilihan gubernur. Suami dari Hj. Enny Angraeni ini ini tetap kukuh menunaikan tugas yang dilimpahkan padanya. Dan benar saja, ayah dua anak ini berhasil membawa Sulawesi Barat menjadi salah satu propinsi di Indonesia yang paling berkembang. Atas prestasi itulah ia kemudian terpilih kembali pada periode keduanya bersama Aladin S. Mengga pada Pilgub 2011 silam.  Anwar benar-benar mampu mengantar Sulbar menjadi propvinsi yang setara dan membanggakan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Menurut pendapat banyak politisi, Anwar adalah figur yang berhasil membangun Sulawesi Barat, terutama daerah asalnya Kabupaten Polewali dan Mamasa. Terlepas dari fakta adanya pihak-pihak yang menolak kemenangannya dalam pemilihan kepala daerah, telah banyak kemajuan yang terjadi selama masa kepemimpinannya. Beberapa contoh hasil usaha Anwar adalah pembangunan Jalan Nasional 577 Kilometer dan Bandara yang memiliki landasan pacu sepanjang 2.250 meter.

Jabatan Politik memang selalu menjadi obyek yang menjadi target untuk dijatuhkan. Disana-sini, Anwar menjadi oknum yang tersakiti, dihukumi dan masuk dalam lingkaran kontroversi, akan tetapi bukan Anwar jika tak bisa menikmati mengikuti proses kontroversi itu dengan tetap menikmati dan mengikutinya. Bukan hanya Anwar, Istrinya, Enny Anggraeni, juga pernah ditengarai dan diberitakan tersangkut kasus korupsi pengadaan mebel rumah jabatan Gubernur Sulbar. Menyikapi pemberitaan tersebut, Anwar berjanji akan mundur dari posisinya sebagai Gubernur apabila anggota keluarganya memang terbukti bersalah. Politikus yang pernah menjadi anggota fraksi partai Golkar DPR RI periode 1999-2004 terus saja menunjukkan kepeduliannya pada daerah asalnya.

Salah satu yang menjadi obsesi Anwar sebagai gubernur adalah mengembangkan kakao menjadi komoditas unggulan yang mendunia dari Sulbar. Obsesi itu didorong tekadnya untuk menyejahterakan rakyat Sulbar sekaligus menjadikan Indonesia sebagai penghasil kakao terbesar kedua di dunia menggeser Ghana. Tentu saja ini bukan hanya sebatas isapan jempol belaka, sebab hari ini Sulbar menjadi salah satu provinsi penghasil kakao terbesar di Indonesia, Sulbar memberikan kontribusi sebesar 20 persen dari produksi kakao nasional dan menargetkan Sulbar mampu menghasilkan 400 ribu ton kakao per tahunnya.

Posisi Sulawesi Barat yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 berdasarkan UU No 26 Tahun 2004, ini awalnya merupakan provinsi pengembangan dari provinsi Sulawesi Selatan yang mempunyai luas wilayah 16.796,19 km2 dengan penduduk 938.254 jiwa, serta beribukota di Mamuju. Penduduknya terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%). Masyarakatnya mayoritas bergama Islam (83,1%), Kristen (14,36%), Hindu (1,88%), Buddha (0,04%), Lain-lain (0,62%). Selain itu, Sulbar juga identik dengan bahasa sehari-hari, selain Bahasa Indonesia, yaitu bahasa Mandar, selebihnya adalah bahasa Bugis, bahasa Toraja, dan bahasa Makassar.

Saat ini Sulawesi Barat dikenal sebagai lokasi wisata. Selain kakao, daerah ini juga penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa, dan cengkeh. Di sektor pertambangan terdapat kandungan emas, batubara, dan minyak bumi. Potensi inilah yang dioptimalkan oleh Anwar Adnan Saleh terus mendorong kemudahan bagi rakyatnya yang notabene hidupnya bertumpu kepada penghasilan kakao untuk mendapatkan sertifikat dengan program prona. Tak hanya dari sisi permodalan, pengembangan industri kakao juga didukung dengan pengembangan tekonologi baru.

"Jika sebelumnya petani kakao hanya mendapatkan 0,6 ton per Ha, maka dengan teknologi baru dan bibit baru berupa sistem sambung samping hanya dalam 1 tahun 4 bulan bisa panen relatif cepat dan hasil panennya bisa meningkat 3-4 kali lipat dengan mutu yang lebih baik. Sulbar memiliki 156.898 Ha dengan produksi 90.436 ton per tahun. Produksi kakao secara nasional saat ini mencapai 600.000 ton atau setara US$ 700 juta.

Capaian Gubernur dalam masa kepemimpinannya memang belumlah bisa dikatakan usai, sebab Meski Sulbar memberikan kontribusi sebesar 20 persen dari produksi kakao nasional dan merupakan provinsi penghasil kakao terbesar di Indonesia tetapi belumlah mampu mengentaskan kemiskinan di seluruh kabupaten di provinsi ke 33 Republik Indonesia ini. Berbagai kendala, seperti minimnya infrastruktur atau aksesibilitas dan teknologi serta rendahnya produktivitas tanaman mengakibatkan potensi ini belum memberikan nilai ekonomi secara signifikan sebab untuk menyelesaikan semua itu, tentu tak cukup hanya durasi waktu 10 tahun. Denga dasar itulah sehingga istrinya dipaketkan dengan Ali Baal Masdar pada Pilkada Serentak 15 Februari 2016 mendatang. Diharapkan pada periode selanjutnya, meski ia tak lagi menjabat sebagai gubernur, paling tidak ia masih berkesemoatan memeberikan informasi dan arahan pada gebernur penggantinya agar jelas Sulbar ini akan di arahkan kemana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar