Minggu, 07 April 2024

PROF. QURAISH SHIHAB DIMATA PROF AHMAD M. SEWANG


PROF. DR. H.M. 0URAISH SHIHAB, M.A. DI PENTAS MUBALIG

FOOTNOTE HISTORIS:
By Ahmad M. Sewang 

Prof. Quraish Shihab, seorang cendekiawan Muslim terkemuka di Indonesia, juga sering tampil di pentas mubalig. Dengan keilmuannya yang luas dalam bidang agama dan ke ahlianya di bidang ilmu tafsir Al-Quran, beliau memberikan ceramah dan kuliah yang mendalam tentang ajaran Islam serta nilai-nilai spiritual. Prof. Quraish Syihab sepanjang bulan Ramadan ini tampil di Metro tv membawakan pengantar berbuka puasan, dengan judul, "My Shariah First." Quraish Shihab adalah keluarga terpelajar, bapaknya 
Prof. Abdurrahman Syihab juga seorang ulama dan mantan Rektor IAIN Alauddin Makassar yang dhormati. 

Saya bersyukur karena selama
diamanahkan sebagai Direktur PPs UIN Alauddin Makassar saya menemani beliau dan manfaatkan kepintaran beliau tenagai dosen Tafsir dan mubalig di DPP IMMIM. Beliau adalah doktor pertama tafsir di al Azhar University untuk Asia Tenggara. Jadi beliau dikenal talenta sebagai ulama mufassir, pendidik, dan mubalig. Sebagai mubalig ia  menembus segala lapisan masyarakat; mulai dari Presiden sampai ke umat lapisan bawah. Beliau juga dikenal moderat dalam membawakan materi dakwahnya disertai bahasa santun. Saya manfaatkan kesempatan menemani beliau dengan banyak belajar.  Menurut pengalaman almarhum Prof. Syuhudi Ismail yang pernah menjadi mahasiswanya, "Jika ada pertanyaan dari mahasiswa pada Prof. Quraish Shihab yang levelnya agak tinggi, beliau menjawab lebih tinggi lagi, sebaliknya jika pertanyaannya itu rendah, maka jawabannya juga diturunkan," kata Syuhudi suatu waktu pada penulis. Jadi kemampuan penyesuaian diri yang tinggi, membuat beliau surviva sampai kini. Saya juga pernah belajar pada beliau beberapa semester dalam mata kuliah tafsir dan hadis di PPs IAIN Syarif Hadayatullah Jakarta.

 Prof. Quraish Shihab tampil di berbagai kesempatan telah menginspirasi dan memberikan pemahaman mendalam tentang ajaran Islam pada masyarakat Indonesia.

Wasalam,
Kompleks GPM, 8 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (27)


Perempuan Menjelang Lebaran

Manusia tidak bisa memahami realitas secara utuh, kita hanya mampu menciptakan cara untuk menjalin hubungan dengan realitas secara baik (itupun kalau mampu) dengan segala upaya yang sungguh-sungguh. Ini disebabkan karena kebenaran dari realitas itu sendiri bukan hanya soal pengetahuan melainkan juga dengan penghayatan dan keterbukaan.

Perempuan merupakan bagian dari realitas, jadi benar kalau perempuan memang selalu unik untuk dibahas dan tidak ada habisnya untuk terus diperbincangkan. Apakah memahaminya dari sudut pandang ekonomi, politik, seni atau sebagai aib?  

Perempuan, dilihat dari tingkah lakunya (kebanyakan) melihat dirinya sendiri sebagai sebuah seni sehingga diperlihatkan sana sini untuk dipertontonkan, ada juga yang melihat realitas dirinya sendiri sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain sehingga dipoles sebaik mungkin.

Tubuh perempuan yang dilihat secara seksual semata, akan membawa kesadaran kita menjadi kesadaran binal. Kesadaran binal disini adalah kesadaran yang pusat perhatian hanya tertuju pada kenikmatan seks belaka. Sehingga kebenaran dari tubuh perempuan tertutupi karena yang ada adalah bagaimana cara meraih pengalaman erotis dari tubuh perempuan itu sendiri. Otak kita menjadi binal yang menjelma menjadi otak pedofil.

Lekuk pada tubuh perempuan memang sangat mendominasi dibandingkan dengan lekuk yang ada pada laki-laki. Bagi laki-laki- maaf, fakta bahwa melihatnya saja membuat erotis apalagi membelainya. 

Ditambah kehadiran teknologi dengan slogannya "hisap sebanyak mungkin dari modal sesedikit mungkin" dari sini pun perempuan kerap dimanfaatkan sebagai sumber pengahasilan misalnya digunakan dalam iklan fashion, baik itu pakaian ataupun perhiasan. Kekayaan eksistensi dari tubuh perempuan memang sangat rumit dan juga agung sekaligus menggiurkan.

Keindahan perempuan tidak lagi dilihat sebagai anugerah yang harus dijaga eksistensinya akan tetapi dilihat sebagai obyek untuk memeras keuntungan sebanyak-banyaknya yang akibatnya merugikan perempuan. Jangan heran, apabila banyak di media pemberitaan terkait dengan pemerkosaan telah terjadi dimana-mana.

Tidak hanya pada tubuh perempuan, segala bentuk realitas yang ada pun dilihat sebagai obyek keuntungan alias pengumpulan modal. Merusak alam adalah salah satu akibatnya. Bagaimana tidak, keindahan alam tidak lagi dilihat sebagai keindahan sebagaimana mestinya akan tetapi dilihat sebagai obyek pariwisata yang banyak menguntungkan bagi pengelolanya.

Betulkah laki-laki masa kini lebih memilih wanita seksi dari pada perempuan cantik? Dalam jaringan kapitalisme, perempuan telah dikendalikan oleh ideologi kepentingan pasar. Tubuh yang merupakan bagian privat perempuan sudah menjadi milik publik, membangkitkan fantasi disebabkan gaya dan cara berpakaian menjadi banyak variasi.

Dalam basis politik emansipasi, perempuan dipotret menjadi makhluk penggoda sehingga terjadi pergeseran prilaku real menjadi citra, etika menjadi estetika, prestasi menjadi frustrasi.

Mengapa seks seringkali terjadi? Karena Fashion menjadi kebutuhan dari seluruh populasi perempuan yang diciptakan terus menerus oleh pasar kecantikan (Kapitalis-Seksualis). 

Secara terbiasa, perempuan telah hanyut pada sebuah keadaan yakni sibuk menciptakan kecantikan mitosnya, sifat alami kecantikan sudah benar-benar tidak mampu membuat perempuan cantik. 

Pada kenyataanya menuju lebaran selain pakaian, juga begitu banyak lipstik dan alat-alat kecantikan lainnya terjual laku. Hari lebaran adalah hari pamer kecantikan, pamer penampilan dan juga pamer keunggulan. Wallahu a'lam bisshowab.

(Tulisan di 21 Mei 2022)

Doa Hari ke 27

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ فَضْلَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَ صَيِّرْ أُمُوْرِيْ فِيْهِ مِنَ الْعُسْرِ إِلَى الْيُسْرِ وَ اقْبَلْ مَعَاذِيْرِيْ وَ حُطَّ عَنِّيَ الذَّنْبَ وَ الْوِزْرَ يَا رَؤُوْفًا بِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah, berkahilah aku di bulan ini dengan mendapatkan lailatul qadr. Ubah arah hidupku dari hidup yang susah menjadi mudah. Terimalah segala permohonan maafku dan hapuskan dosa-dosa dan kesalahanku. Wahai Yang Maha Penyayang terhadap hamba-Nya yang saleh.

Jumat, 05 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (26)


Jamaah Medsosiyyah part 2

Refleksi Kecemasan

Bersinggungan dengan virtual berarti berbicara mengenai nyata dan tidak nyata, antara makna dan simbol, antara nilai dan kebenaran atau antara kebutuhan dan gaya hidup. Virtual dalam catatan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti a (secara) nyata. Dapat diartikan sebagai sesuatu yang sifatnya seolah-olah, seakan-akan, atau hyperrealitas dengan kata lain melampaui kenyataan tapi seakan-akan nyata. Dalam teori Jean Baudrillard, filsuf asal Prancis ini menyebutnya dengan istilah Simulacra yang berarti dunia simulasi (dunia kosong) sementara Sayyed Husein Nasr menyebutnya sebagai Scentia Sacra (kenestapaan manusia modern). Virtual merupakan bermain-mainya manusia dengan dunia maya.

Pertama yang ingin saya sampaikan bahwa, ada banyak pergeseran budaya atau tradisi secara signifikan ketika era virtual mulai mempersembahkan aromanya pada generasi millenial. Diantaranya adalah virus virtual dalam kehidupan saat ini sudah menjadikan kita tidak hanya menjadi warga Indonesia saja melainkan sudah menjadi warga Dunia. Segala aktivitas kita sudah mendunia dan menjadi keniscayaan hubungan kita dengan warga dunia lainnya. Cukup hanya dengan memotret aktivitas kemudian dimasukkan ke media sosial maka penduduk dari manapun dapat melihat aktivitas tersebut.

Kedua, era virtual telah mengalihkan titik fokus kita dari makna menjadi simbol. Manusia hanya sibuk mencari simbol tanpa memerhatikan makna dibalik simbol tersebut sehingga berkah akan hidup pun menjadi kurang bahkan tidak ada sama sekali.

Ketiga, munculnya jarak sosial (distingsi). Iwan Fals menyebutnya dengan ''Menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh". Adanya jarak sosial mengakibatkan manipulasi konteks makin meningkat, artinya dalam menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya disampaikan secara esensial. Sebagai contoh dalam seminar tentang "Kesetaraan Gender" misalnya tapi yang dibesar-besarkan pada penyampai di media sosial malah tentang cara penyampaian dari narasumber padahal yang harus difokuskan adalah esensi dari seminar tersebut bukan eksistensinya. 

Selanjutnya, jarak sosial justru seakan-akan memutarbalikkan makna. Misalnya tentang makna hadits أنظر ما قال ولا تنظر من قال (lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang berkata) menjadi أنظر من قال ولا وتنظر ما قال (lihatlah siapa yang berkata dan jangan lihat apa yang dikatakan). Konteks hari ini telah mengcover demikian. Karena jarak sosial mengakibatkan tidak adanya kedekatan secara langsung (fisik) sehingga kepribadian seseorang pun tidak bisa dinilai secara parsial (keseluruhan). Akibatnya, makna menjadi abstrak karena karena kalah dari simbolnya. Lebih jelasnya, kita menilai seseorang karena retorikanya atau karena tampilannya bukan karena kepribadiannya atau akhlaknya. Parahnya otak tidak difungsikan lagi apapun yang dikatakan panutan atau orang yang dianggap Mursyid maka wajib diikuti tanpa menelusuri benar tidaknya terlebih dahulu.

Keempat, hadirnya masyarakat epilepsi. Masyarakat epilepsi adalah masyarakat yang kecenderungannya hanya pada sesuatu yang konotasinya menggugah atau kata kerja mulut "wawwwww" membuat mata terbelalak karena dianggap sesuatu yang luar biasa. Akibatnya masyarakat tidak lagi melihat benar salahnya karena telah terhipnotis dengan tingkatan bombastisnya.

Kelima, adanya efek kecabulan. Era virtual juga telah membuat penikmatnya tidak ada lagi yang perlu dirahasiakan. Semua kegiatan pun diakses ke media sehingga orang lain dapat menyaksikan. Apakah itu kesuksesan, kegiatan keagamaan, kegalauan, ulang tahun seseorang, pernikahan dan lain sebagainya. Parahnya masyarakat virtual pun tanpa ragu sedikitpun memposting hal yang sifatnya sangat rahasia. 

Kelima diatas hanya sebagian kecil dampak dari pada penggunaan virtual secara negatif. Menggunakan hal kearah negatif mengakibatkan matinya makna, ketidakstabilan, chaos (kekacauan), tidak pastinya tujuan, fungsi dan makna. Kalahnya esensi karena eksistensi. Yang terakhir adalah komunikasi menjadi massif dengan kata lain cepat namun dangkal dalam makna. Wallahu a'lam bisshowab

Doa Hari ke 26

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ سَعْيِيْ فِيْهِ مَشْكُوْرًا وَ ذَنْبِيْ فِيْهِ مَغْفُوْرًا وَ عَمَلِيْ فِيْهِ مَقْبُوْلاً وَ عَيْبِيْ فِيْهِ مَسْتُوْرًا يَا أَسْمَعَ السَّامِعِيْنَ

Artinya :

”Ya Allah, jadikanlah setiap lampah usahaku di bulan ini sebagai ungkapan rasa syukur dan dosa-dosaku terampuni, amal-amalku diterima dan seluruh aib kejelekanku ditutupi. Wahai Yang Maha mendengar dari semua yang mendengar.

(Tulisan lama diadopsi dan diedit kembali)

Kamis, 04 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (25)


Jamaah Medsosiyyah

Adanya internet menandakan kehidupan surga semakin terbayang. Bayankan! Belum bangkit dari tempat tidur pun di pagi hari kita sudah kebanjiran informasi. Notifikasi dari grub WhatsApp, pemberirahuan dari aplikasi Facebook, iklan-iklan di Tik-tok, berita-berita terbaru dari Instagram dan twitter, line, Youtube dan masih banyak aplikasi-aplikasi lainnya yang memuat banyak informasi.

Harus diakui kalau hari ini, di zaman sekarang. Kebanjiran informasi sangat membludak. Kita bisa dapatkan informasi lebih banyak dari yang kita butuhkan. Entah informasi itu berupa propaganda, hoax, iklan, fake news yang bisa saja membuat kita tergoda untuk mengghibah, menfitnah, dan juga menjadi pelaku penyebar hoax dan semacamnya.

Tidak semua informasi yang kita dapatkan dari media sosial itu berguna bahkan lebih banyak informasi sampahan. Layaknya sampah, kita harus pandai memilih sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Tidak menyaring sebelum sharing membuat hanyut kebanjiran sampah informasi dan ikut menjadi sampah.

Diakui memang, dengan adanya internet dan informasi yang serba cepat bak kilat petir menyambar membuat kita jadi lebih mudah berinteraksi, bisa mengetahui lebih banyak hal. Misalnya tidak tau jalan tinggal tanyakan ke Google Maps, mau makan tapi malas masak tinggal buka aplikasi ojek online, mau belanja tinggal buka aplikasi shoppie dan masih banyak aplikasi lainnya. 

Semuanya serba dimudahkan, mungkin bisa dikatakan zaman modern adalah gambaran kecil dari hidup di surga. Semuanya sudah serba instan tanpa menguras tenaga. Terlepas dari itu, dibalik kemudahan ada juga sisi buruknya. Contoh paling rillnya, dengan ikut jamaah medsosiyyah akan membantu kita mendekatkan yang jauh pada saat yang sama menjauhkan yang dekat. Kita sibuk bermain di dunia maya tapi melupakan dunia nyata di sekitar kita. Kelihatannya fisik brrsama dengan orang lain tapi ruh entah kemana. Saya menyebutnya ada tapi tidak hadir.

Begitu banyak berita yang belum jelas kebenarannya, mengundang banyak prasangka. Dengan gadget seorang lebih mudah mendatangkan prasangka, dulu dari mulut kemulut orang baru bisa bergosip tapi sekarang cukup dengan jari kita sudah mampu bergosip dan memperluas seluas luasnya. Dulu, mulutmu adalah harimaumu, sekarang jarimu adalah harimaumu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞ ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

Sadar atau tidak, menjadi jamaah medsosiyyah sangat besar kemungkinanya menjadi pelaku timbulnya banyak prasangka bahkan kita sudah menjadi mata-mata media sosial untuk menyebarkan berita-berita hoax, berita-berita yang mengandung keburukan orang lain. Hal ini rentang terjadi karena adanya gadget yang smart tapi pemilikmya tidak smart. Mungkin bagusnya sekali-kali kita ritual puasa medsos setidaknya sedikit mengurangi prasangka kita kepada berita-berita yang tidak terlalu berguna.

"Kelak akan ada banyak kekacauan dimana didalamnya orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berusaha (dalam fitnah). Siapa yang menghadapi kekacauan tersebut maka hendaknya dia menghindarimya dan siapa yang mendapati tempat kembali atau tempat berlindung darinya maka hendaknya dia berlindung." (HR Bukhari Muslim). Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 25

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مُحِبًّا لِأَوْلِيَائِكَ وَ مُعَادِيًا لأَعْدَائِكَ مُسْتَنّا بِسُنَّةِ خَاتَمِ أَنْبِيَائِكَ يَا عَاصِمَ قُلُوْبِ النَّبِيِّيْنَ

Artinya :

”Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini lebih mencintai para wali-Mu dan memusuhi musuh-musuh-Mu. Jadikanlah aku pengikut sunnah Nabi penutup-Mu. Wahai yang menjaga hati para nabi.

BUNYI MANDAR ITU APA? (Bagian 1)

BUNYI MANDAR ITU APA? (Bagian 1)
(Loa Dalam Makna Ganda)
Oleh: Sahabuddin Mahganna

Syuman Saeha menggelitik dengan pertanyaan, lalu saya menjadikan judul di atas, ini menarik. Mandar yang boleh jadi melakukan atas dasar aksi, melakukan tindakan, atau gerakan spekulatif, lalu menjadi nyata dan serius dalam menjalaninya, sebagai percobaan untuk menemukan sebuah kehidupan. Aksi dalam hal ini bukan dipahami atau dibatasi pada bentuk permainan dan pertunjukan saja, melainkan tindak atau laku secara langsung, terbuka dan terpercaya. Aksi-aksi itu kemudian nyata hingga menemukan kebenaran.

Ketika pendahulu Mandar melakukan ekspedisi, membuka lahan baru dan mencoba untuk menerapkan tata nilai dan aturan, kemudian disepakati sebagai jalan untuk menentukan sikap orang Mandar. Tentu saya akan mengarah atau melibatkan orang dalam memahami bunyi Mandar, meski ini sangat rumit menjelaskan dan sedikit dilema. Pelibatan dalam hal ini, orangnya yang berbunyi, begitupun jika menaruh kata-di-“jelas menadai wilayah”. Siapa orang Mandar? dan di mana wilayahnya? Jika ada orang Mandar menempati suatu wilayah maka tentu punya bahasa.

Busrah Basir ditemani dengan rekannya Bustan Basir, telah menafsir bahasa Mandar adalah suatu bunyi, dalam tulisnya secara teknis merujuk pada catatan Kridalaksana dalam Abdul Chaer (2003), bahwa bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Lanjut ia tambahkan bahwa bunyi tersebut dapat bersumber pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang dan manusia, namun menurutnya terjadi pengklasifikasian terhadap bunyi, bahwa yang terjadi pada manusia atau lambing bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan jika tidak dihasilkan dalam ucap pada manusia, bukan kategori bunyi bahasa. 

Kalimat-kalimat dalam bahasa Mandar yang diucapkan kadang kita temukan bermakna ganda, sebut saja ketika tinjauannya berada pada dua pernyataan pragmatik oleh George Yule (1996), bahwa pragmatik adalah suatu kajian bahasa yang berkenaan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi atau tidaknya yang dikomunikasikan, kemudian yang kedua bahwa pragmatik adalah telaah makna tuturan (utterence), yang menggumuli makna yang terikat oleh konteks (konteks-Dependent). Dari pragmatik ini, seakan bunyi orang Mandar adalah bunyi berbau sikap dan sifat. 

Tindak tutur orang Mandar dalam Lokusi yakni tindak tutur yang dilakukan untuk melakukan sesuatu, merupakan makna dasar dari tindak tutur tersebut (The Act Of Saying Something). Sebagai contoh Mammisi Uwai ( Air ini Manis) tidak ada maksud apa-apa sekadar menyatakan sesuatu itu. Kemudian Ilokusi berkata sesuatu, atau mengatakan sesuatu, sekaligus menindakkan sesuatu (The Act Doing Something). Pada kaitan ini, boleh jadi kalimat “Nawwatomitia ri’e pelloana to Mandar” adalah bahasa yang bermakna (Ini Bunyi Orang Mandar) sementara kata (Loa/Pau) dan lakunya orang Mandar adalah Kebenaran.

Pandangan ini, ilokusi tidak semata melihat loa atau Pau sebagai ucapan dalam arti secara langsung, melainkan sebagai pemaknaan atau bunyi tak terlihat, atau hanya pendengaran yang mampu menangkapnya kemudian menelaah apa maksud perkataan itu. Sementara dalam audio, manusia harus puas pada kepentingan rasa, sama ketika meninjau kebenaran sikap dan sifat, sasarannya kembali kepada rasa. Dan dengan pendekatan rasa inilah, memahami loa secara ilokusi sebagai sesuatu yang abstrak. Loa dalam pandangan sikap dan sifat, itu sangat tergantung pada bunyi lontaran, tidak bisa diterjemahkan atau dimengerti secara langsung, namun rasalah yang menentukan, sehingga boleh jadi pemahaman loa secara ilokusi dalam kalimat “nawwatomi tia ri’e pelloanan to Mandar”, ketentuannya merujuk pada perlakukan sikap dan sifat yang lurus, sama seperti Loa atau bunyi yang tak pernah ditemukan kebohongannya. (bersambung)

Rabu, 03 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (24)


Bedoalah! Niscaya Aku kabulkan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186)

Pada ayat sebelumnya (qs al-baqarah: 183-185) berbicara terkait puasa kemudian di ayat berikutnya berbicara tentang doa (qs al-baqarah: 186) Tidak ada momen yang paling membahagiakan ketika tercapai apa yang kita inginkan namun faktanya kita selalu merasa seakan-akan doa kita masih sangat jauh untuk dikabulkan atau bahkan merasa tidak akan pernah di acc oleh Allah Swt. Padahal ayat diatas kejelasan akan tetap terkabulkan apa kemauan kita.

Betulkah setiap doa kita dikabulkan? Berdasarkan ayat diatas, pasti doa kita dikabulkan tapi kok rasa-rasanya puluhan doa kita belum ada yang diijabah? Kita pasti ragu untuk menjawab bahwa setiap keinginan sudah pasti dikabulkan.

Ada satu percakapan menarik antara Ali bin Abi Thalib dengan sekelompok orang yang tidak mau pergi berjihad. Ali bin Abi Thalib bertanya kepada mereka, "mengapa kalian tidak pergi berjuang membantu pasukan muslimin dan bergabung kedalam barisan mereka?" Mereka menjawab, "kami lebih suka beribadah dari pada berperang; kami tidak mau tangan kami kotot dan ternoda oleh darah manusia." Sebagian yang lain menjawab: "kami akan berkumpul di mesjid dan berdoa untuk kemenangan pasukan muslimin; bukankah doa juga merupakan jalan keluar dari masalah? Nah kami akan menbantu para pahlawan Islam di medan laga dengan doa."

Dalam ilmu ushul, terdapat pembahasan terkait aham dan muhim. Aham berarti "sangat penting" sementara muhim artinya "penting". Sangat penting lebih didahulukan tentunya dari pada penting. Jihad fi sabilillah umumnya berhukum fardhu kifayah sementara doa adalah amalan yang mustahab. Jika dibandingkan antara jihad dengan doa maka jihad termasuk dalam ketegori aham (sangat penting) dari pada doa yang statusnya muhim (penting). Doa itu penting tapi jihad lebih penting lagi.

Sebenarnya yang ingin saya sampaikan disini terkait riwayat diatas adalah ada kalanya apa yang kita minta dikabulkan oleh Allah dan adakalanya juga tidak dikabulkan dan jika doa kita tidak dikabulkan pasti diganti dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita minta. Kenapa demikian, karena kita berdoa tidak terlepas juga dari kehendak-Nya untuk kita berdoa artinya karena Allah sendirilah yang menggerakan hati kita untuk berdoa kepada-Nya.

Kita selalu merasa doa-doa kita tidak dikabulkan padahal urgensi dari pada sebuah doa kita adalah mendahulukan meminta yang lebih penting dari pada yang penting. Tentu Allah mengabulkan jika kita minta yang lebih penting. Artinya kalau doa kita tidak dikabulkan berarti kita meminta sesuai keinginan bukan sesuai dengan kebutuhan.

Berdasar pada pengertian ini, apabila kita berdoa dengan cara yang benar alias meminta sesuai kebutuhan maka pasti dikabulkan toh sebelum meminta pun kebutuhan kita sudah dipenuhi oleh Allah. Ketahuilah bahwa Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya sesuai porsi kebutuhannya bukan sesuai porsi keinginan. Allah mengabulkan sesuai keinganan-Nya bukan sesuai keinginan hamba-Nya. 

Jadi, berdoa sebenarnya menyesuaikan keinginan kita dengan keinginan-Nya bukan memaksakan keinginan kita dan menabrak keinginan-Nya (itu tidak mungkin). Ali bin Abi Thalib berkata: "bersyukurlah ketika doamu dikabulkan karena Allah memenuhi keinginanmu dan bersyukurlah ketika doamu tidak dikabulkan karena Allah menghendaki keinginan-Nya." 

Dapat dipastikan akan dikabulkannya doa apabila kita meminta dengan cara yang benar, yakni dengan makrifat, dengan taqarrub dan dengan kehadiran kalbu tetapi sebaliknya apabila dengan riya atau ingin pamer, hanya sekedar keinginan syahwat maka tidak ada jaminan untuk diijabah sebab Allah begitu menyayangi hamba-Nya. Ali bin Abi Thalib pernah ditanya: "mengapa sebagain doa tidak dikabulkan?" Ali menjawab: "sebab tidak dikabulkannya sebagian doa adalah adanya aib dalam perbuatan kalian." Wallahu a'lam bisshiwab.

Doa Hari ke 24

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ فِيْهِ مَا يُرْضِيْكَ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِمَّا يُؤْذِيْكَ وَ أَسْأَلُكَ التَّوْفِيْقَ فِيْهِ لأَنْ أُطِيْعَكَ وَ لاَ أَعْصِيَكَ يَا جَوَّادَ السَّائِلِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah aku memohon pada-Mu di bulan yang suci ini dengan segala sesuatu yang medatangkan keridhaan-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari hal-hal yang mendatangkan kemarahan-MU, dan aku memohon kepada-MU kemampuan untuk mentaati-MU serta menghindari kemaksiatan terhadap-MU, Wahai Pemberi para peminta.

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (23)


Semangat Konsumtif Umat

Life style menjadi tradisi tertentu di bulan ramadhan menjelang idul fitri. Terutama dari kalangan perempuan plus yang sudah punya anak. Meskipun puasa itu belajar manahan dari segala hal yang sifatnya kesenangan fisikal tapi hal yang satu ini justru sangat menggiurkan untuk tetap nimbrung berbelanja. 

Apa yang membuat kebiasaan berbelanja ini sangat menggoda? Tentunya tidak bisa dipungkiri bahwa televisi, media promosi di media sosial seperti facebook, tiktok, shoopie dan media soial lainnya ikut andil membentuk budaya konsumtif masyarakat. Budaya konsumtif ini membentuk pada bukan lagi apa yang dibutuhkan (needs) tetapi apa yang diinginkan (wants).

Dari budaya konsumtif ini telah membentuk otak kita dari iklan-iklan produk konsumtif dengan senantiasa memikirkan bagaimana cara memperoleh barang yang diinginkan apalagi iklan promosi barang hari ini sangat kreatif dan sangat menggoda. Rasa-rasanya tiada hari tanpa berbelanja, tiada hari tanpa membeli.

Sekali lagi, sekalipun kita pahami bahwa puasa mendidik kita untuk berprilaku sederhana, tidak berlebih-lebihan namun nyatanya tetap saja semangat untuk terus berbelanja ada. Ini tentunya paradoks sekaligus kontradiktif dengan nilai semangat puasa ramadhan.

Al-qur'an telah memperingati kita untuk tidak membudayakan sifat berlebih-lebihan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 31)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) , konsumtif artinya bersifat konsumsi, yaitu hanya memakai dan tidak menghasilkan sendiri. Jadi, prilaku konsumtif adalah prilaku seseorang yang suka berlebih-lebihan, sulit membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan, berbelanja kepada sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting, pengontrolan pada nafsu belanja tidak bisa diatasi. 

Sikap berlebih-lebihan dalam hal berbelanja nampak jelas menjelang lebaran. Faktornya karena waktu lebaran adalah momentum saling pamer memamer. Lihat saja di waktu lebaran sikap kita seperti apa. Pasar rame membludak, rumah-rumah pada di renovasi, pakaian baru. Intinya di hari lebaran kita bisa tampil seelegan mungkin di depan keluarga dan orang lain.  Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 23 

اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ فِيْهِ مِنَ الذُّنُوْبِ وَ طَهِّرْنِيْ فِيْهِ مِنَ الْعُيُوْبِ وَ امْتَحِنْ قَلْبِيْ فِيْهِ بِتَقْوَى الْقُلُوْبِ يَا مُقِيْلَ عَثَرَاتِ الْمُذْنِبِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosa dan bersihkanlah diriku dari segala aib/ kejelekan.Tanamkanlah ketakwaan di dalam hatiku. Wahai Penghapus kesalahan orang-orang yang berdosa.


Selasa, 02 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (22)

Bercita-cita jadi Pengemis

Saya yang statusnya sebagai seorang suami tentu bahagia ketika melihat istrinya bahagia. Untuk sedikit menyenangkan istri tercinta, kuajaklah pergi ngabuburit diluar sambil nunggu buka puasa berdua layaknya sepasang kekasih remaja. Ya hitung-itung dapat pahala nyenangin istri. 

Setelah bukber bareng istr,i ngobrol sebentar, minum kopi dan ngerokok sebatang. Kuajaklah balik pulang karena sudah menunjukkan arah jarum jam di pukul 19.13. Berusaha menikmati perjalanan. Tiba-tiba mataku tertuju ke seseorang yang mendorong gerobaknya yang berisi sampah.

Aku singgah sebentar lalu perhatiin. Kelihatannya beliau itu sudah lelah karena sudah cukup tua. Setiap kali ia menemukan tempat sampah, ia kesitu dan mencari-cari sesuatu yang mungkin masih bisa ia manfaatkan.

Sekian lama aku perhatikan di sepanjang jalan. Takut kehilangan jejaknya, karena sudah  lumayan jauh dari pandangangan, aku pun segera ngajak istri untuk mengikutinya dari belakang. Dari belakang kuucapkan salam ke belau sambil memberinya uang yang nominalnya tidak seberapa. Bukannya senang tapi aku menyesal karena tidak bisa memberi banyak.

Aku salut sama orang tua itu, kerja banting tulang padahal umurnya sudah lumayan tua, kulitnya sudah mulai keriput. Ia memang cukup tua tapi ia tetap menjunjung tinggi "tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah."

Sebenarnya bukan cerita diatas yang ingin aku tekankan disini. Tapi sesekali kita menyorot ke kehidupan pengemis. Di kota-kota, menjadi pengemis termasuk pekerjaan yang menjadi alternatif menarik bagi yang merasa tidak memiliki keahlian pada suatu pekerjaan.

Di Kota, coba sesekali kita perhatikan di sekitaran mal-mal, restouran-restoran, di lampu merah, di warung-warung rame pembelinya, di tempat-tempat wisata. Begitu banyak pengemis yang sebenarnya kalau dilhat postur tubuhnya masih kuat kerja dan umurnya juga masih terbilang muda. 

Menjadi pengemis masih mental dominan di Negeri ini. Sebagian dari kita bangga menjadi pengemis, di kota atau pun di pelosok desa ribuan orang antre berjam-jam demi mendapatkan sumbangan, sedekah, THR atau semacamnya. Dan ini tidak terhitung dari golongan usia sebab tua, muda semuanya ikut antri.

Di bulan ramadhan adalah momentum paling pas untuk para pengemis karena mereka tahu kalau di bulan ini adalah bulan ibadah, bulan dimana orang-orang berlomba memamerkan kebabaikan-kebaikannya. Di bulan ramadhan termasuk bulan pengemis yang mengalami peningkatan pendapatan yang cukup signifikan.

Di tahun 2023 Kompas.com berhasil merangkum 9 pengemis kaya. Para pengemis ini rata-rata memiliki ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Terdapat pengemis mampu menghasilkan uang 15 juta rupiah per bulannya. Pertanyaannya, mengapa banyak memilih hidup menjadi pengemis? Karena menjadi pengemis merupakan pekerjaan paling ringan, tidak buang banyak tenaga. Cukup dengan memelas saja, pasang muka murung dan tidak butuh banyak keahlian sudah mampu menghasilkan banyak uang.

Bukan maksud mengkritisi pengemis, tapi lebih kepada kejelian kita melihat, memahami sejatinya pengemis itu seperti apa. Banyak memilih jalan pengemis bukan karena benar-benar butuh dan tidak ada jalan lain tetapi hanya sekedar memilih jalan pintas memenuhi kebutuhannya. Pengemis seperti ini merendahkan dirinya serendah-rendahnya sehingga harga dirinya selalu dikali nol alias nihil. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 22

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ فِيْهِ أَبْوَابَ فَضْلِكَ وَ أَنْزِلْ عَلَيَّ فِيْهِ بَرَكَاتِكَ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِمُوْجِبَاتِ مَرْضَاتِكَ وَ أَسْكِنِّيْ فِيْهِ بُحْبُوْحَاتِ جَنَّاتِكَ يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّيْنَ

Artinya :
”Ya Allah bukakanlah lebar –lebar pintu karunia-Mu di bulan ini dan curahkan berkah-berkah-Mu Tempatkan aku di tempat yang membuat-Mu ridho padaku. Tempatkan aku di dalam Surga-Mu. Wahai Yang Maha menjawab doa orang yang dalam kesempitan.


Senin, 01 April 2024

AHMAD M. SEWANG || DARWIS HAMZAH YANG SAYA KENAL


MUH. DARWIS HAMSAH YANG SAYA KENAL
(Disampaikan pada Hari Haul almarhum 2 April 2024)

Di dunia Barat lebih banyak dikenal Harlah atau Peringatan hari lahir seseorang, untuk mengingatkan hari lahir seseorang dan apa yang perlu dilakukan dalam memaknai hari lahir itu. Sedang di kalangan masyarakat muslim yang banyak dilakukan hari Haul (Hari ulang Tahun Kematian Seseorang). Haul almarhum untuk mengingatkan jasa apa yang perlu diingat dan dilanjutkan yang pernah almarhum ukir dimasa hidupnya yang perlu dilanjutkan dan dikembangkan.

Semakin banyak jasa seseorang berbanding lurus dengan panjangnya waktu hari haul itu. Baru-baru ini DPP IMMIM memperingati satu abad H. Padli luran karena beliau dianggap meninggalkan jasa besar, yaitu perlunya persatuan umat di tengah-tengah masyarakat sedang berpecah belah dalam masalah furu. Perpecahan umat itu telah berlangsung sepanjang sejarah dimulai setelah era Nabi saw., yaitu terutama di era khulafah al Rasyidin. Jika Nabi berhasil mempersatukan umat pada Periode Madinah dari masyarakat yang hidup berkabilah-kabilah ke masyarakat ukhuwah. Di masyarakat sebelum Nabi mereka bangga hidup dalam berkabilah dan bersuku-suku. Sekarang di masyarakat Nabi bangga hidup dalam masyarakat ukhuwah atau persaudaraan, baik persaudaraan sesama muslim, persaudaraan sesama umat, dan persaudaraan sesama satu bangsa. Mengingat masyarakat yang dibangun Nabi di Madinah adalah masyarakat plural yang penduduknya berbagai agama: Islam, Yahudi, Kristen, dan paganism atau penyembah berhala. Masyarakat Madinah hidup bersuku-suku;  yaitu Hasraj  dan Aus. 

Mengingat jasa besar Nabi itu, maka setiap tahun diperingati Haulnya yang kita kenal Maulid. Walaupun disebut maulid artinya hari lahir, tetapi yang diperingati bukan hanya hari lahir tetapi meliputi seluruh perjuangan Nabi dari lahir sampai wafat. Kita baru saja memperingati hari maulid Nabi ke 1445 H.

Sekarang Muh. Darwis Hamsah muncul pertanyaan, apa jasa besar yang beliau tinggalkan? Almarhum di samping sebagai Ketua IMMIM Cabang Polmas juga sebagai Ketua SI Cabang Polmas. Beliau meneruskan perjuangan dan cita-cita Guru bangsa HOS Tjokroaminot yaitu:
Het hoogste kennisniveau, puur als puur monotheïsme, is net zo slim als slimme tactieken (Belanda).
“Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.”
Pesan ini sengaja saya tulis, walaupun aslinya dari  Tjoroaminoto. Tetapi saya langsung terima dari almarhum.
1. Setinggi-tinggi ilmu maksudnya jika ingin selamat dunia dan akhirat, maka milikilah ilmu pengetahuan (kata Ali bin Abi Thalib), 
2. Semurni-murni Tauhid, anda tidak akan pernah tersesat selama-lamanya, sedang,
3. Sepintar-pintar siasat, agar kita tidak pernah tertipu di dunia terutama politisi yang tidak bermoral. Inilah pesan universal yang langsung saya terima dari beliau ketika pelatihan di PGA Yapis Polewali saat itu, perlu diteruskan untuk generasi masa kini.

Wasalam,
Kompleks GPM, 2 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (21)


Mudik ke Kampung Halaman

Mudik menjadi tradisi tahunan di Indonesia ketika menjelang bulan suci ramadhan atau menjelang hari raya idul fitri. Di bulan ramadhan orang-orang berlomba-lomba memesan tiket untuk pulang ke rumah. Baik itu tiket kereta ataupun tiket pesawat. Rupanya semakin jauh jarak perantauan seseorang dari kampung halamannya, semakin tinggi niatnya untuk mudik. Ya hitung-hitung kesempatan bersilaturrahmi dengan keluarga, tetangga dan teman-teman kampung.

Mudik berarti kembali ke kampung halaman, kembali ke tempat dimana kita pertama kali menghirup udara kehidupan, kembali ke tempat dimana kita pertama kali mengeluarkan suara tangisan, pertama kali membuka mata dan melihat orang-orang menyambut dengan senyum bahagia. Itulah kampung dimana kita dilahirkan akan tetap indah seribu kali lipat meskipun di tanah orang hujan rupiah, banjir emas.

Dalam mudik tentunya membutuhkan kesiapan mental dan fisik serta finansial yang cukup namun yang namanya kampung halaman menyimpang masa lalu atau tidak lebih dari sebuah memori yang menyenangkan dan tentunya juga tidak bisa ditakar-ditukar dengan harga apapum. Mudik memiliki kebahagiaannya tersendiri yang sulit dibahasakan.

Kalau tempat tinggal kita yang fana itu begitu kita rindukan sehingga melakukan berbagai macam cara untuk bermudik, lalu bagaimana dengan asal kita yang sebenarnya. Begitu bahagianya ketika mampu bermudik ke kampung halaman hakiki kita itu. Tapi nyatanya? Kita lupa jalan ke kampung halaman kita yang sebenarnya. Padahal sudah jelas kendaraan kita menempuh kesana adalah kematian. Sudah siapkah kita bermudik ke kampung halaman hakiki kita melalui kendaraan kematian?

Disini, bukan maksud meminta untuk cepat-cepat mati ya! Sama sekali bukan kesana maksud saya. Jangan salah paham nanti puasanya makruh. Tradisi mudik tentu layak dipelihara karena menjadi tradisi baik dan pertanda kasih sayang seseorang kepada orang tuanya, keluarga, teman-temannya dan juga kepada kampung halaman. Mudik menjadi wahana tali silaturrahmi tetap terjalin. Tapi lebih dari itu, ada mudik yang tentu lebih kita persiapkan yang melalui kendaraan kematian.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرًا لَّهُم ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110)

Mudik yang sebenarnya adalah perpulangan ke tempat sejati kita berasal. Puasa adalah pengajaran untuk mempersiapkan bekal perjalanan mudik menuju tempat kampung halaman kita yang sebenarnya. Allah sendiri mengakui bahwa umat Islam ini adalah umat terbaik. Oleh karena itu, tentunya kita berupaya semaksimal dan semampunya menjadi lebih baik agar tempat hakiki kita tidak kecewa ketika waktunya tiba kita dimudikkan kesisi-Nya. Iman dan takwa adalah bekal terbaik yang diajarkan dalam puasa agar mudik kita sempurna kesisi-Nya dan itulah yang telah diajarkan dalam ibadah puasa di bulan ramadhan. Wallahu a'lam bisshowab. 

Doa Hari ke 21

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ فِيْهِ إِلَى مَرْضَاتِكَ دَلِيْلاً وَ لاَ تَجْعَلْ لِلشَّيْطَانِ فِيْهِ عَلَيَّ سَبِيْلاً وَ اجْعَلِ الْجَنَّةَ لِيْ مَنْزِلاً وَ مَقِيْلاً يَا قَاضِيَ حَوَائِجِ الطَّالِبِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, tuntunlah aku di bulan yang mulia ini untuk mendapat keridhaan-Mu, Dan janganlah adakan celah bagi syetan untuk menggodaku. Jadikan surga sebagai tempat tinggal dan bernaungku. Wahai yang memenuhi hajat orang-orang yang meminta.