Jumat, 05 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (26)


Jamaah Medsosiyyah part 2

Refleksi Kecemasan

Bersinggungan dengan virtual berarti berbicara mengenai nyata dan tidak nyata, antara makna dan simbol, antara nilai dan kebenaran atau antara kebutuhan dan gaya hidup. Virtual dalam catatan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti a (secara) nyata. Dapat diartikan sebagai sesuatu yang sifatnya seolah-olah, seakan-akan, atau hyperrealitas dengan kata lain melampaui kenyataan tapi seakan-akan nyata. Dalam teori Jean Baudrillard, filsuf asal Prancis ini menyebutnya dengan istilah Simulacra yang berarti dunia simulasi (dunia kosong) sementara Sayyed Husein Nasr menyebutnya sebagai Scentia Sacra (kenestapaan manusia modern). Virtual merupakan bermain-mainya manusia dengan dunia maya.

Pertama yang ingin saya sampaikan bahwa, ada banyak pergeseran budaya atau tradisi secara signifikan ketika era virtual mulai mempersembahkan aromanya pada generasi millenial. Diantaranya adalah virus virtual dalam kehidupan saat ini sudah menjadikan kita tidak hanya menjadi warga Indonesia saja melainkan sudah menjadi warga Dunia. Segala aktivitas kita sudah mendunia dan menjadi keniscayaan hubungan kita dengan warga dunia lainnya. Cukup hanya dengan memotret aktivitas kemudian dimasukkan ke media sosial maka penduduk dari manapun dapat melihat aktivitas tersebut.

Kedua, era virtual telah mengalihkan titik fokus kita dari makna menjadi simbol. Manusia hanya sibuk mencari simbol tanpa memerhatikan makna dibalik simbol tersebut sehingga berkah akan hidup pun menjadi kurang bahkan tidak ada sama sekali.

Ketiga, munculnya jarak sosial (distingsi). Iwan Fals menyebutnya dengan ''Menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh". Adanya jarak sosial mengakibatkan manipulasi konteks makin meningkat, artinya dalam menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya disampaikan secara esensial. Sebagai contoh dalam seminar tentang "Kesetaraan Gender" misalnya tapi yang dibesar-besarkan pada penyampai di media sosial malah tentang cara penyampaian dari narasumber padahal yang harus difokuskan adalah esensi dari seminar tersebut bukan eksistensinya. 

Selanjutnya, jarak sosial justru seakan-akan memutarbalikkan makna. Misalnya tentang makna hadits أنظر ما قال ولا تنظر من قال (lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang berkata) menjadi أنظر من قال ولا وتنظر ما قال (lihatlah siapa yang berkata dan jangan lihat apa yang dikatakan). Konteks hari ini telah mengcover demikian. Karena jarak sosial mengakibatkan tidak adanya kedekatan secara langsung (fisik) sehingga kepribadian seseorang pun tidak bisa dinilai secara parsial (keseluruhan). Akibatnya, makna menjadi abstrak karena karena kalah dari simbolnya. Lebih jelasnya, kita menilai seseorang karena retorikanya atau karena tampilannya bukan karena kepribadiannya atau akhlaknya. Parahnya otak tidak difungsikan lagi apapun yang dikatakan panutan atau orang yang dianggap Mursyid maka wajib diikuti tanpa menelusuri benar tidaknya terlebih dahulu.

Keempat, hadirnya masyarakat epilepsi. Masyarakat epilepsi adalah masyarakat yang kecenderungannya hanya pada sesuatu yang konotasinya menggugah atau kata kerja mulut "wawwwww" membuat mata terbelalak karena dianggap sesuatu yang luar biasa. Akibatnya masyarakat tidak lagi melihat benar salahnya karena telah terhipnotis dengan tingkatan bombastisnya.

Kelima, adanya efek kecabulan. Era virtual juga telah membuat penikmatnya tidak ada lagi yang perlu dirahasiakan. Semua kegiatan pun diakses ke media sehingga orang lain dapat menyaksikan. Apakah itu kesuksesan, kegiatan keagamaan, kegalauan, ulang tahun seseorang, pernikahan dan lain sebagainya. Parahnya masyarakat virtual pun tanpa ragu sedikitpun memposting hal yang sifatnya sangat rahasia. 

Kelima diatas hanya sebagian kecil dampak dari pada penggunaan virtual secara negatif. Menggunakan hal kearah negatif mengakibatkan matinya makna, ketidakstabilan, chaos (kekacauan), tidak pastinya tujuan, fungsi dan makna. Kalahnya esensi karena eksistensi. Yang terakhir adalah komunikasi menjadi massif dengan kata lain cepat namun dangkal dalam makna. Wallahu a'lam bisshowab

Doa Hari ke 26

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ سَعْيِيْ فِيْهِ مَشْكُوْرًا وَ ذَنْبِيْ فِيْهِ مَغْفُوْرًا وَ عَمَلِيْ فِيْهِ مَقْبُوْلاً وَ عَيْبِيْ فِيْهِ مَسْتُوْرًا يَا أَسْمَعَ السَّامِعِيْنَ

Artinya :

”Ya Allah, jadikanlah setiap lampah usahaku di bulan ini sebagai ungkapan rasa syukur dan dosa-dosaku terampuni, amal-amalku diterima dan seluruh aib kejelekanku ditutupi. Wahai Yang Maha mendengar dari semua yang mendengar.

(Tulisan lama diadopsi dan diedit kembali)

Kamis, 04 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (25)


Jamaah Medsosiyyah

Adanya internet menandakan kehidupan surga semakin terbayang. Bayankan! Belum bangkit dari tempat tidur pun di pagi hari kita sudah kebanjiran informasi. Notifikasi dari grub WhatsApp, pemberirahuan dari aplikasi Facebook, iklan-iklan di Tik-tok, berita-berita terbaru dari Instagram dan twitter, line, Youtube dan masih banyak aplikasi-aplikasi lainnya yang memuat banyak informasi.

Harus diakui kalau hari ini, di zaman sekarang. Kebanjiran informasi sangat membludak. Kita bisa dapatkan informasi lebih banyak dari yang kita butuhkan. Entah informasi itu berupa propaganda, hoax, iklan, fake news yang bisa saja membuat kita tergoda untuk mengghibah, menfitnah, dan juga menjadi pelaku penyebar hoax dan semacamnya.

Tidak semua informasi yang kita dapatkan dari media sosial itu berguna bahkan lebih banyak informasi sampahan. Layaknya sampah, kita harus pandai memilih sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Tidak menyaring sebelum sharing membuat hanyut kebanjiran sampah informasi dan ikut menjadi sampah.

Diakui memang, dengan adanya internet dan informasi yang serba cepat bak kilat petir menyambar membuat kita jadi lebih mudah berinteraksi, bisa mengetahui lebih banyak hal. Misalnya tidak tau jalan tinggal tanyakan ke Google Maps, mau makan tapi malas masak tinggal buka aplikasi ojek online, mau belanja tinggal buka aplikasi shoppie dan masih banyak aplikasi lainnya. 

Semuanya serba dimudahkan, mungkin bisa dikatakan zaman modern adalah gambaran kecil dari hidup di surga. Semuanya sudah serba instan tanpa menguras tenaga. Terlepas dari itu, dibalik kemudahan ada juga sisi buruknya. Contoh paling rillnya, dengan ikut jamaah medsosiyyah akan membantu kita mendekatkan yang jauh pada saat yang sama menjauhkan yang dekat. Kita sibuk bermain di dunia maya tapi melupakan dunia nyata di sekitar kita. Kelihatannya fisik brrsama dengan orang lain tapi ruh entah kemana. Saya menyebutnya ada tapi tidak hadir.

Begitu banyak berita yang belum jelas kebenarannya, mengundang banyak prasangka. Dengan gadget seorang lebih mudah mendatangkan prasangka, dulu dari mulut kemulut orang baru bisa bergosip tapi sekarang cukup dengan jari kita sudah mampu bergosip dan memperluas seluas luasnya. Dulu, mulutmu adalah harimaumu, sekarang jarimu adalah harimaumu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞ ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

Sadar atau tidak, menjadi jamaah medsosiyyah sangat besar kemungkinanya menjadi pelaku timbulnya banyak prasangka bahkan kita sudah menjadi mata-mata media sosial untuk menyebarkan berita-berita hoax, berita-berita yang mengandung keburukan orang lain. Hal ini rentang terjadi karena adanya gadget yang smart tapi pemilikmya tidak smart. Mungkin bagusnya sekali-kali kita ritual puasa medsos setidaknya sedikit mengurangi prasangka kita kepada berita-berita yang tidak terlalu berguna.

"Kelak akan ada banyak kekacauan dimana didalamnya orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berusaha (dalam fitnah). Siapa yang menghadapi kekacauan tersebut maka hendaknya dia menghindarimya dan siapa yang mendapati tempat kembali atau tempat berlindung darinya maka hendaknya dia berlindung." (HR Bukhari Muslim). Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 25

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مُحِبًّا لِأَوْلِيَائِكَ وَ مُعَادِيًا لأَعْدَائِكَ مُسْتَنّا بِسُنَّةِ خَاتَمِ أَنْبِيَائِكَ يَا عَاصِمَ قُلُوْبِ النَّبِيِّيْنَ

Artinya :

”Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini lebih mencintai para wali-Mu dan memusuhi musuh-musuh-Mu. Jadikanlah aku pengikut sunnah Nabi penutup-Mu. Wahai yang menjaga hati para nabi.

BUNYI MANDAR ITU APA? (Bagian 1)

BUNYI MANDAR ITU APA? (Bagian 1)
(Loa Dalam Makna Ganda)
Oleh: Sahabuddin Mahganna

Syuman Saeha menggelitik dengan pertanyaan, lalu saya menjadikan judul di atas, ini menarik. Mandar yang boleh jadi melakukan atas dasar aksi, melakukan tindakan, atau gerakan spekulatif, lalu menjadi nyata dan serius dalam menjalaninya, sebagai percobaan untuk menemukan sebuah kehidupan. Aksi dalam hal ini bukan dipahami atau dibatasi pada bentuk permainan dan pertunjukan saja, melainkan tindak atau laku secara langsung, terbuka dan terpercaya. Aksi-aksi itu kemudian nyata hingga menemukan kebenaran.

Ketika pendahulu Mandar melakukan ekspedisi, membuka lahan baru dan mencoba untuk menerapkan tata nilai dan aturan, kemudian disepakati sebagai jalan untuk menentukan sikap orang Mandar. Tentu saya akan mengarah atau melibatkan orang dalam memahami bunyi Mandar, meski ini sangat rumit menjelaskan dan sedikit dilema. Pelibatan dalam hal ini, orangnya yang berbunyi, begitupun jika menaruh kata-di-“jelas menadai wilayah”. Siapa orang Mandar? dan di mana wilayahnya? Jika ada orang Mandar menempati suatu wilayah maka tentu punya bahasa.

Busrah Basir ditemani dengan rekannya Bustan Basir, telah menafsir bahasa Mandar adalah suatu bunyi, dalam tulisnya secara teknis merujuk pada catatan Kridalaksana dalam Abdul Chaer (2003), bahwa bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Lanjut ia tambahkan bahwa bunyi tersebut dapat bersumber pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang dan manusia, namun menurutnya terjadi pengklasifikasian terhadap bunyi, bahwa yang terjadi pada manusia atau lambing bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan jika tidak dihasilkan dalam ucap pada manusia, bukan kategori bunyi bahasa. 

Kalimat-kalimat dalam bahasa Mandar yang diucapkan kadang kita temukan bermakna ganda, sebut saja ketika tinjauannya berada pada dua pernyataan pragmatik oleh George Yule (1996), bahwa pragmatik adalah suatu kajian bahasa yang berkenaan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi atau tidaknya yang dikomunikasikan, kemudian yang kedua bahwa pragmatik adalah telaah makna tuturan (utterence), yang menggumuli makna yang terikat oleh konteks (konteks-Dependent). Dari pragmatik ini, seakan bunyi orang Mandar adalah bunyi berbau sikap dan sifat. 

Tindak tutur orang Mandar dalam Lokusi yakni tindak tutur yang dilakukan untuk melakukan sesuatu, merupakan makna dasar dari tindak tutur tersebut (The Act Of Saying Something). Sebagai contoh Mammisi Uwai ( Air ini Manis) tidak ada maksud apa-apa sekadar menyatakan sesuatu itu. Kemudian Ilokusi berkata sesuatu, atau mengatakan sesuatu, sekaligus menindakkan sesuatu (The Act Doing Something). Pada kaitan ini, boleh jadi kalimat “Nawwatomitia ri’e pelloana to Mandar” adalah bahasa yang bermakna (Ini Bunyi Orang Mandar) sementara kata (Loa/Pau) dan lakunya orang Mandar adalah Kebenaran.

Pandangan ini, ilokusi tidak semata melihat loa atau Pau sebagai ucapan dalam arti secara langsung, melainkan sebagai pemaknaan atau bunyi tak terlihat, atau hanya pendengaran yang mampu menangkapnya kemudian menelaah apa maksud perkataan itu. Sementara dalam audio, manusia harus puas pada kepentingan rasa, sama ketika meninjau kebenaran sikap dan sifat, sasarannya kembali kepada rasa. Dan dengan pendekatan rasa inilah, memahami loa secara ilokusi sebagai sesuatu yang abstrak. Loa dalam pandangan sikap dan sifat, itu sangat tergantung pada bunyi lontaran, tidak bisa diterjemahkan atau dimengerti secara langsung, namun rasalah yang menentukan, sehingga boleh jadi pemahaman loa secara ilokusi dalam kalimat “nawwatomi tia ri’e pelloanan to Mandar”, ketentuannya merujuk pada perlakukan sikap dan sifat yang lurus, sama seperti Loa atau bunyi yang tak pernah ditemukan kebohongannya. (bersambung)

Rabu, 03 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (24)


Bedoalah! Niscaya Aku kabulkan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186)

Pada ayat sebelumnya (qs al-baqarah: 183-185) berbicara terkait puasa kemudian di ayat berikutnya berbicara tentang doa (qs al-baqarah: 186) Tidak ada momen yang paling membahagiakan ketika tercapai apa yang kita inginkan namun faktanya kita selalu merasa seakan-akan doa kita masih sangat jauh untuk dikabulkan atau bahkan merasa tidak akan pernah di acc oleh Allah Swt. Padahal ayat diatas kejelasan akan tetap terkabulkan apa kemauan kita.

Betulkah setiap doa kita dikabulkan? Berdasarkan ayat diatas, pasti doa kita dikabulkan tapi kok rasa-rasanya puluhan doa kita belum ada yang diijabah? Kita pasti ragu untuk menjawab bahwa setiap keinginan sudah pasti dikabulkan.

Ada satu percakapan menarik antara Ali bin Abi Thalib dengan sekelompok orang yang tidak mau pergi berjihad. Ali bin Abi Thalib bertanya kepada mereka, "mengapa kalian tidak pergi berjuang membantu pasukan muslimin dan bergabung kedalam barisan mereka?" Mereka menjawab, "kami lebih suka beribadah dari pada berperang; kami tidak mau tangan kami kotot dan ternoda oleh darah manusia." Sebagian yang lain menjawab: "kami akan berkumpul di mesjid dan berdoa untuk kemenangan pasukan muslimin; bukankah doa juga merupakan jalan keluar dari masalah? Nah kami akan menbantu para pahlawan Islam di medan laga dengan doa."

Dalam ilmu ushul, terdapat pembahasan terkait aham dan muhim. Aham berarti "sangat penting" sementara muhim artinya "penting". Sangat penting lebih didahulukan tentunya dari pada penting. Jihad fi sabilillah umumnya berhukum fardhu kifayah sementara doa adalah amalan yang mustahab. Jika dibandingkan antara jihad dengan doa maka jihad termasuk dalam ketegori aham (sangat penting) dari pada doa yang statusnya muhim (penting). Doa itu penting tapi jihad lebih penting lagi.

Sebenarnya yang ingin saya sampaikan disini terkait riwayat diatas adalah ada kalanya apa yang kita minta dikabulkan oleh Allah dan adakalanya juga tidak dikabulkan dan jika doa kita tidak dikabulkan pasti diganti dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita minta. Kenapa demikian, karena kita berdoa tidak terlepas juga dari kehendak-Nya untuk kita berdoa artinya karena Allah sendirilah yang menggerakan hati kita untuk berdoa kepada-Nya.

Kita selalu merasa doa-doa kita tidak dikabulkan padahal urgensi dari pada sebuah doa kita adalah mendahulukan meminta yang lebih penting dari pada yang penting. Tentu Allah mengabulkan jika kita minta yang lebih penting. Artinya kalau doa kita tidak dikabulkan berarti kita meminta sesuai keinginan bukan sesuai dengan kebutuhan.

Berdasar pada pengertian ini, apabila kita berdoa dengan cara yang benar alias meminta sesuai kebutuhan maka pasti dikabulkan toh sebelum meminta pun kebutuhan kita sudah dipenuhi oleh Allah. Ketahuilah bahwa Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya sesuai porsi kebutuhannya bukan sesuai porsi keinginan. Allah mengabulkan sesuai keinganan-Nya bukan sesuai keinginan hamba-Nya. 

Jadi, berdoa sebenarnya menyesuaikan keinginan kita dengan keinginan-Nya bukan memaksakan keinginan kita dan menabrak keinginan-Nya (itu tidak mungkin). Ali bin Abi Thalib berkata: "bersyukurlah ketika doamu dikabulkan karena Allah memenuhi keinginanmu dan bersyukurlah ketika doamu tidak dikabulkan karena Allah menghendaki keinginan-Nya." 

Dapat dipastikan akan dikabulkannya doa apabila kita meminta dengan cara yang benar, yakni dengan makrifat, dengan taqarrub dan dengan kehadiran kalbu tetapi sebaliknya apabila dengan riya atau ingin pamer, hanya sekedar keinginan syahwat maka tidak ada jaminan untuk diijabah sebab Allah begitu menyayangi hamba-Nya. Ali bin Abi Thalib pernah ditanya: "mengapa sebagain doa tidak dikabulkan?" Ali menjawab: "sebab tidak dikabulkannya sebagian doa adalah adanya aib dalam perbuatan kalian." Wallahu a'lam bisshiwab.

Doa Hari ke 24

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ فِيْهِ مَا يُرْضِيْكَ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِمَّا يُؤْذِيْكَ وَ أَسْأَلُكَ التَّوْفِيْقَ فِيْهِ لأَنْ أُطِيْعَكَ وَ لاَ أَعْصِيَكَ يَا جَوَّادَ السَّائِلِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah aku memohon pada-Mu di bulan yang suci ini dengan segala sesuatu yang medatangkan keridhaan-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari hal-hal yang mendatangkan kemarahan-MU, dan aku memohon kepada-MU kemampuan untuk mentaati-MU serta menghindari kemaksiatan terhadap-MU, Wahai Pemberi para peminta.

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (23)


Semangat Konsumtif Umat

Life style menjadi tradisi tertentu di bulan ramadhan menjelang idul fitri. Terutama dari kalangan perempuan plus yang sudah punya anak. Meskipun puasa itu belajar manahan dari segala hal yang sifatnya kesenangan fisikal tapi hal yang satu ini justru sangat menggiurkan untuk tetap nimbrung berbelanja. 

Apa yang membuat kebiasaan berbelanja ini sangat menggoda? Tentunya tidak bisa dipungkiri bahwa televisi, media promosi di media sosial seperti facebook, tiktok, shoopie dan media soial lainnya ikut andil membentuk budaya konsumtif masyarakat. Budaya konsumtif ini membentuk pada bukan lagi apa yang dibutuhkan (needs) tetapi apa yang diinginkan (wants).

Dari budaya konsumtif ini telah membentuk otak kita dari iklan-iklan produk konsumtif dengan senantiasa memikirkan bagaimana cara memperoleh barang yang diinginkan apalagi iklan promosi barang hari ini sangat kreatif dan sangat menggoda. Rasa-rasanya tiada hari tanpa berbelanja, tiada hari tanpa membeli.

Sekali lagi, sekalipun kita pahami bahwa puasa mendidik kita untuk berprilaku sederhana, tidak berlebih-lebihan namun nyatanya tetap saja semangat untuk terus berbelanja ada. Ini tentunya paradoks sekaligus kontradiktif dengan nilai semangat puasa ramadhan.

Al-qur'an telah memperingati kita untuk tidak membudayakan sifat berlebih-lebihan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 31)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) , konsumtif artinya bersifat konsumsi, yaitu hanya memakai dan tidak menghasilkan sendiri. Jadi, prilaku konsumtif adalah prilaku seseorang yang suka berlebih-lebihan, sulit membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan, berbelanja kepada sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting, pengontrolan pada nafsu belanja tidak bisa diatasi. 

Sikap berlebih-lebihan dalam hal berbelanja nampak jelas menjelang lebaran. Faktornya karena waktu lebaran adalah momentum saling pamer memamer. Lihat saja di waktu lebaran sikap kita seperti apa. Pasar rame membludak, rumah-rumah pada di renovasi, pakaian baru. Intinya di hari lebaran kita bisa tampil seelegan mungkin di depan keluarga dan orang lain.  Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 23 

اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ فِيْهِ مِنَ الذُّنُوْبِ وَ طَهِّرْنِيْ فِيْهِ مِنَ الْعُيُوْبِ وَ امْتَحِنْ قَلْبِيْ فِيْهِ بِتَقْوَى الْقُلُوْبِ يَا مُقِيْلَ عَثَرَاتِ الْمُذْنِبِيْنَ

Artinya :
”Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosa dan bersihkanlah diriku dari segala aib/ kejelekan.Tanamkanlah ketakwaan di dalam hatiku. Wahai Penghapus kesalahan orang-orang yang berdosa.


Selasa, 02 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (22)

Bercita-cita jadi Pengemis

Saya yang statusnya sebagai seorang suami tentu bahagia ketika melihat istrinya bahagia. Untuk sedikit menyenangkan istri tercinta, kuajaklah pergi ngabuburit diluar sambil nunggu buka puasa berdua layaknya sepasang kekasih remaja. Ya hitung-itung dapat pahala nyenangin istri. 

Setelah bukber bareng istr,i ngobrol sebentar, minum kopi dan ngerokok sebatang. Kuajaklah balik pulang karena sudah menunjukkan arah jarum jam di pukul 19.13. Berusaha menikmati perjalanan. Tiba-tiba mataku tertuju ke seseorang yang mendorong gerobaknya yang berisi sampah.

Aku singgah sebentar lalu perhatiin. Kelihatannya beliau itu sudah lelah karena sudah cukup tua. Setiap kali ia menemukan tempat sampah, ia kesitu dan mencari-cari sesuatu yang mungkin masih bisa ia manfaatkan.

Sekian lama aku perhatikan di sepanjang jalan. Takut kehilangan jejaknya, karena sudah  lumayan jauh dari pandangangan, aku pun segera ngajak istri untuk mengikutinya dari belakang. Dari belakang kuucapkan salam ke belau sambil memberinya uang yang nominalnya tidak seberapa. Bukannya senang tapi aku menyesal karena tidak bisa memberi banyak.

Aku salut sama orang tua itu, kerja banting tulang padahal umurnya sudah lumayan tua, kulitnya sudah mulai keriput. Ia memang cukup tua tapi ia tetap menjunjung tinggi "tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah."

Sebenarnya bukan cerita diatas yang ingin aku tekankan disini. Tapi sesekali kita menyorot ke kehidupan pengemis. Di kota-kota, menjadi pengemis termasuk pekerjaan yang menjadi alternatif menarik bagi yang merasa tidak memiliki keahlian pada suatu pekerjaan.

Di Kota, coba sesekali kita perhatikan di sekitaran mal-mal, restouran-restoran, di lampu merah, di warung-warung rame pembelinya, di tempat-tempat wisata. Begitu banyak pengemis yang sebenarnya kalau dilhat postur tubuhnya masih kuat kerja dan umurnya juga masih terbilang muda. 

Menjadi pengemis masih mental dominan di Negeri ini. Sebagian dari kita bangga menjadi pengemis, di kota atau pun di pelosok desa ribuan orang antre berjam-jam demi mendapatkan sumbangan, sedekah, THR atau semacamnya. Dan ini tidak terhitung dari golongan usia sebab tua, muda semuanya ikut antri.

Di bulan ramadhan adalah momentum paling pas untuk para pengemis karena mereka tahu kalau di bulan ini adalah bulan ibadah, bulan dimana orang-orang berlomba memamerkan kebabaikan-kebaikannya. Di bulan ramadhan termasuk bulan pengemis yang mengalami peningkatan pendapatan yang cukup signifikan.

Di tahun 2023 Kompas.com berhasil merangkum 9 pengemis kaya. Para pengemis ini rata-rata memiliki ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Terdapat pengemis mampu menghasilkan uang 15 juta rupiah per bulannya. Pertanyaannya, mengapa banyak memilih hidup menjadi pengemis? Karena menjadi pengemis merupakan pekerjaan paling ringan, tidak buang banyak tenaga. Cukup dengan memelas saja, pasang muka murung dan tidak butuh banyak keahlian sudah mampu menghasilkan banyak uang.

Bukan maksud mengkritisi pengemis, tapi lebih kepada kejelian kita melihat, memahami sejatinya pengemis itu seperti apa. Banyak memilih jalan pengemis bukan karena benar-benar butuh dan tidak ada jalan lain tetapi hanya sekedar memilih jalan pintas memenuhi kebutuhannya. Pengemis seperti ini merendahkan dirinya serendah-rendahnya sehingga harga dirinya selalu dikali nol alias nihil. Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 22

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ فِيْهِ أَبْوَابَ فَضْلِكَ وَ أَنْزِلْ عَلَيَّ فِيْهِ بَرَكَاتِكَ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِمُوْجِبَاتِ مَرْضَاتِكَ وَ أَسْكِنِّيْ فِيْهِ بُحْبُوْحَاتِ جَنَّاتِكَ يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّيْنَ

Artinya :
”Ya Allah bukakanlah lebar –lebar pintu karunia-Mu di bulan ini dan curahkan berkah-berkah-Mu Tempatkan aku di tempat yang membuat-Mu ridho padaku. Tempatkan aku di dalam Surga-Mu. Wahai Yang Maha menjawab doa orang yang dalam kesempitan.


Senin, 01 April 2024

AHMAD M. SEWANG || DARWIS HAMZAH YANG SAYA KENAL


MUH. DARWIS HAMSAH YANG SAYA KENAL
(Disampaikan pada Hari Haul almarhum 2 April 2024)

Di dunia Barat lebih banyak dikenal Harlah atau Peringatan hari lahir seseorang, untuk mengingatkan hari lahir seseorang dan apa yang perlu dilakukan dalam memaknai hari lahir itu. Sedang di kalangan masyarakat muslim yang banyak dilakukan hari Haul (Hari ulang Tahun Kematian Seseorang). Haul almarhum untuk mengingatkan jasa apa yang perlu diingat dan dilanjutkan yang pernah almarhum ukir dimasa hidupnya yang perlu dilanjutkan dan dikembangkan.

Semakin banyak jasa seseorang berbanding lurus dengan panjangnya waktu hari haul itu. Baru-baru ini DPP IMMIM memperingati satu abad H. Padli luran karena beliau dianggap meninggalkan jasa besar, yaitu perlunya persatuan umat di tengah-tengah masyarakat sedang berpecah belah dalam masalah furu. Perpecahan umat itu telah berlangsung sepanjang sejarah dimulai setelah era Nabi saw., yaitu terutama di era khulafah al Rasyidin. Jika Nabi berhasil mempersatukan umat pada Periode Madinah dari masyarakat yang hidup berkabilah-kabilah ke masyarakat ukhuwah. Di masyarakat sebelum Nabi mereka bangga hidup dalam berkabilah dan bersuku-suku. Sekarang di masyarakat Nabi bangga hidup dalam masyarakat ukhuwah atau persaudaraan, baik persaudaraan sesama muslim, persaudaraan sesama umat, dan persaudaraan sesama satu bangsa. Mengingat masyarakat yang dibangun Nabi di Madinah adalah masyarakat plural yang penduduknya berbagai agama: Islam, Yahudi, Kristen, dan paganism atau penyembah berhala. Masyarakat Madinah hidup bersuku-suku;  yaitu Hasraj  dan Aus. 

Mengingat jasa besar Nabi itu, maka setiap tahun diperingati Haulnya yang kita kenal Maulid. Walaupun disebut maulid artinya hari lahir, tetapi yang diperingati bukan hanya hari lahir tetapi meliputi seluruh perjuangan Nabi dari lahir sampai wafat. Kita baru saja memperingati hari maulid Nabi ke 1445 H.

Sekarang Muh. Darwis Hamsah muncul pertanyaan, apa jasa besar yang beliau tinggalkan? Almarhum di samping sebagai Ketua IMMIM Cabang Polmas juga sebagai Ketua SI Cabang Polmas. Beliau meneruskan perjuangan dan cita-cita Guru bangsa HOS Tjokroaminot yaitu:
Het hoogste kennisniveau, puur als puur monotheïsme, is net zo slim als slimme tactieken (Belanda).
“Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.”
Pesan ini sengaja saya tulis, walaupun aslinya dari  Tjoroaminoto. Tetapi saya langsung terima dari almarhum.
1. Setinggi-tinggi ilmu maksudnya jika ingin selamat dunia dan akhirat, maka milikilah ilmu pengetahuan (kata Ali bin Abi Thalib), 
2. Semurni-murni Tauhid, anda tidak akan pernah tersesat selama-lamanya, sedang,
3. Sepintar-pintar siasat, agar kita tidak pernah tertipu di dunia terutama politisi yang tidak bermoral. Inilah pesan universal yang langsung saya terima dari beliau ketika pelatihan di PGA Yapis Polewali saat itu, perlu diteruskan untuk generasi masa kini.

Wasalam,
Kompleks GPM, 2 April 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (21)


Mudik ke Kampung Halaman

Mudik menjadi tradisi tahunan di Indonesia ketika menjelang bulan suci ramadhan atau menjelang hari raya idul fitri. Di bulan ramadhan orang-orang berlomba-lomba memesan tiket untuk pulang ke rumah. Baik itu tiket kereta ataupun tiket pesawat. Rupanya semakin jauh jarak perantauan seseorang dari kampung halamannya, semakin tinggi niatnya untuk mudik. Ya hitung-hitung kesempatan bersilaturrahmi dengan keluarga, tetangga dan teman-teman kampung.

Mudik berarti kembali ke kampung halaman, kembali ke tempat dimana kita pertama kali menghirup udara kehidupan, kembali ke tempat dimana kita pertama kali mengeluarkan suara tangisan, pertama kali membuka mata dan melihat orang-orang menyambut dengan senyum bahagia. Itulah kampung dimana kita dilahirkan akan tetap indah seribu kali lipat meskipun di tanah orang hujan rupiah, banjir emas.

Dalam mudik tentunya membutuhkan kesiapan mental dan fisik serta finansial yang cukup namun yang namanya kampung halaman menyimpang masa lalu atau tidak lebih dari sebuah memori yang menyenangkan dan tentunya juga tidak bisa ditakar-ditukar dengan harga apapum. Mudik memiliki kebahagiaannya tersendiri yang sulit dibahasakan.

Kalau tempat tinggal kita yang fana itu begitu kita rindukan sehingga melakukan berbagai macam cara untuk bermudik, lalu bagaimana dengan asal kita yang sebenarnya. Begitu bahagianya ketika mampu bermudik ke kampung halaman hakiki kita itu. Tapi nyatanya? Kita lupa jalan ke kampung halaman kita yang sebenarnya. Padahal sudah jelas kendaraan kita menempuh kesana adalah kematian. Sudah siapkah kita bermudik ke kampung halaman hakiki kita melalui kendaraan kematian?

Disini, bukan maksud meminta untuk cepat-cepat mati ya! Sama sekali bukan kesana maksud saya. Jangan salah paham nanti puasanya makruh. Tradisi mudik tentu layak dipelihara karena menjadi tradisi baik dan pertanda kasih sayang seseorang kepada orang tuanya, keluarga, teman-temannya dan juga kepada kampung halaman. Mudik menjadi wahana tali silaturrahmi tetap terjalin. Tapi lebih dari itu, ada mudik yang tentu lebih kita persiapkan yang melalui kendaraan kematian.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرًا لَّهُم ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110)

Mudik yang sebenarnya adalah perpulangan ke tempat sejati kita berasal. Puasa adalah pengajaran untuk mempersiapkan bekal perjalanan mudik menuju tempat kampung halaman kita yang sebenarnya. Allah sendiri mengakui bahwa umat Islam ini adalah umat terbaik. Oleh karena itu, tentunya kita berupaya semaksimal dan semampunya menjadi lebih baik agar tempat hakiki kita tidak kecewa ketika waktunya tiba kita dimudikkan kesisi-Nya. Iman dan takwa adalah bekal terbaik yang diajarkan dalam puasa agar mudik kita sempurna kesisi-Nya dan itulah yang telah diajarkan dalam ibadah puasa di bulan ramadhan. Wallahu a'lam bisshowab. 

Doa Hari ke 21

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ فِيْهِ إِلَى مَرْضَاتِكَ دَلِيْلاً وَ لاَ تَجْعَلْ لِلشَّيْطَانِ فِيْهِ عَلَيَّ سَبِيْلاً وَ اجْعَلِ الْجَنَّةَ لِيْ مَنْزِلاً وَ مَقِيْلاً يَا قَاضِيَ حَوَائِجِ الطَّالِبِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, tuntunlah aku di bulan yang mulia ini untuk mendapat keridhaan-Mu, Dan janganlah adakan celah bagi syetan untuk menggodaku. Jadikan surga sebagai tempat tinggal dan bernaungku. Wahai yang memenuhi hajat orang-orang yang meminta.

Minggu, 31 Maret 2024

FAKTA TENTANG KA'BAH



"Pelafalan lengkap: al-Kaʿbah al-Musyarrafah (ٱلْكَعْبَة ٱلْمُشَرَّفَة)  -  populer dituturkan: Kaʿbah  -  baca: Kabbah  -  asal kata dari: Ka'bu  -  ejaan: Kabbu  -  arti: Kubus  -  bermakna: Mata kaki, tempat kaki berputar atau bergerak untuk melangkah || Lazim disebut: Kabbain  -  artinya: Dua mata kaki, mata bumi, sumbu bumi atau kutub putaran utara bumi ----- dalam dialek Hijaz, bahasa Arab di Kota Suci Makkah, Provinsi Makkah, Kerajaan Arab Saudi, Jazirah Timur Tengah."

Profesor Hussain Kamil, selaku Kepala Bagian Ilmu Bumi di Universtas Riyadh, Saudi Arabia ----- telah menemukan suatu fakta menghebohkan, bahwa sebenarnya kota suci 'Makkah adalah pusat dari bumi.' Pada mulanya, ia meneliti suatu cara untuk menemukan 'arah Kiblat' pada kota-kota besar di dunia. Selanjutnya, ia menarik garis pada peta dan setelah itu ia mengamati dengan seksama posisi ke tujuh (7) benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang. Setelah dua (2) tahun dari pekerjaan sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer buat menentukan jarak-jarak benar dan variasi-varisi berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dan takjub setelah menemukan sesungguhnya 'Makkah adalah pusat bumi.'

Lalu, mengapa Makkah disebut dalam Alquran dengan Ummul Quro? Mengapa juga Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, menyebut daerah lain dan selain Makkah dengan kalimat: Ma Haulahaa?

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, dalam Alquranulkarim: “Demikianlah kami wahyukan kepadamu Alquran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura - arti: Penduduk Makkah dan penduduk negeri-negeri sekelilingnya.” Qur'an Surah: Asy-Syura, Ayat: 7.

Secara bahasa ‘Ummul ----- artinya: Ibu adalah sosok menjadi sumber keturunan.' Sehingga Makkah disebut: Ummul Qura - berarti: Makkah adalah sumber dari semua negeri lain.

Pertanyaan dan kajian, pada akhirnya sedikit demi sedikit mulai terjawab melalui berbagai penemuan ilmiah. Sesungguhnya, tahapan eksprimen tentang hal ini sudah dipublikasikan pada tahun 1978 Masehi, melalui keterangan Dr. Husain dan hasil studi kemudian diterbitkan pula diberbagai majalah sains dikawasan Barat.

Bersama rekan-rekannya, Dr. Husain menemukan bahwa ditilik dari sudut geografis (ilmu bumi) dan geologis (ilmu tanah) terbukti bahwa Makkah adalah pusat bumi. Kemudian pada tahun 2009 Masehi, hasil penemuan ilmiah itu kembali dipublikasikan dalam konferensi ilmiah bertajuk 'Makkah sebagai Pusat Bumi: Teori dan Praktik.' Konferensi digelar di Kota Dhoha, Negara Qatar ----- memperkuat hasil penemuan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Selanjutnya, Konferensi menelurkan rekomendasi berisi ajakan, agar umat Islam mengganti acuan waktu dunia selama ini merujuk pada Greenwich di Negara Inggris, menjadi Makkah di Negara Arab Saudi.

Beragam argumentasi ilmiah membuktikan bahwa 'wilayah nol bujur sangkar melalui kota Makkah' dan tidak melewati Greenwich di Negara Inggris. Dan Kota Suci Makkah ----- berada di titik lintang persis lurus dengan titik magnetik di Kutub Utara.'

Kondisi ini tak dimiliki oleh kota-kota lainnya, bahkan Greenwich ditetapkan sebagai meridian nol. Konon, GMT - akronim: Greenwich Mean Time, dipaksakan ----- ketika mayoritas negeri berada dibawah jajahan dan kolonialisme bangsa Inggris. Dan penemuan ilmiah tentang fakta Kota Suci Makkah ----- sebagai pusat bumi diterapkan, mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat, sekaligus akan mengakhiri kontroversi lama dimulai empat (4) dekade lalu tentang rujukan waktu dunia.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, menyiratkan fakta: 'Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan energi.' Qur'an Surah: Ar-Rahman, Ayat: 33.

"Aqthar ----- adalah bentuk jamak dari kata: Qutr - berarti: Diameter dan ia mengacu pada langit dan bumi mempunyai banyak diameter." Hal diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada ditengah-tengah bumi, maka itu berarti: Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan langit. Selain itu ada tertulis dalam Hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwasanya: "Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka'bah berada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan pembentuk bumi."

Informasi terkait Ka'bah, tidak atau belum kita ketahui sebelumnya, yaitu:

-

Makkah ----- adalah wilayah memiliki gravitasi paling stabil.

-

Tekanan gravitasinya tinggi dan disitulah berpusatnya kebisingan membangun yang tak bisa didengar oleh telinga.

-

Tekanan gravitasi tinggi berdampak langsung pada sistem imun tubuh untuk bertindak sebagai pertahanan dari segala serangan penyakit.

-

Gravitasi tinggi sama dengan elektron ion negatif berkumpul, maka disitu tinggi sama dengan doa akan maqbul, karena tempat gema atau ruang dalam waktu bersamaan.

-

Apa diniatkan di hati adalah gema tidak bisa di dengar, tapi dapat terdeteksi frekuensinya. Karena pengaruh elektron menyebabkan kekuatan internal kembali tinggi, penuh semangat untuk melakukan ibadah, tidak ada sifat putus asa, mau terus hidup, penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa.

-

Gelombang radio tidak bisa mendeteksi poisisi Ka'bah.

-

Bahkan teknologi satelit pun tidak mampu meneropong apa telah ada di dalam Ka'bah. Frekuensi radio tidak mungkin dapat membaca apa-apa ada dalam Ka'bah, karena tekanan gravitasinya tinggi.

-

Tempat paling tinggi tekanan gravitasinya memiliki konten garam dan aliran anak sungai dibawah tanah banyak. Sebab itu, jika shalat di Masjidil Haram, meskipun di tempat terbuka tanpa atap, masih terasa dingin lantainya.

-

Ka'bah bukan sekadar bangunan hitam empat persegi, tetapi satu tempat ajaib karena disitu pemusatan energi, gravitasi, zona magnetisme nol dan tempat dirahmati.

-

Tidur dengan posisi menghadap Ka'bah secara otomatis neuron-neuron otak akan terangsang sangat aktif sampai tulang belakang dan menghasilkan sel darah.

-

Pergerakan mengelilingi Ka'bah ----- arah lawan jam memberikan energi hidup (life force energy = chi = chakra) alamiah dari alam semesta. Semua sudah ada di alam ini bergerak menurut lawan jam, Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, telah tentukan hukumnya begitu.

-

Peredaran darah atau apa saja dalam tubuh manusia sesuai lawan jam. Justru dengan mengelilingi Ka'bah menurut lawan jam, berarti sirkulasi darah pada tubuh meningkat dan sudah tentu akan menambah energi. Sebab itu orang berada di Makkah selalu bertenaga, sehat dan panjang umur.

-

Sedangkan bilangan tujuh (7) itu adalah simbolik tak terhingga banyaknya. Angka tujuh (7) berarti: Tidak terbatas atau terlalu banyak. Dengan melakukan tujuh (7) kali putaran sebenarnya kita mendapat ibadah tidak terbatas jumlahnya.

-

Larangan memakai topi, songkok atau menutup kepala ----- karena rambut dan bulu roma (pria) adalah ibarat antena untuk menerima gelombang baik dipancarkan langsung dari Ka'bah. Sebab melakukan ibadah haji atau umrah, kita seperti dilahirkan kembali sebagai manusia baru, karena segala hal buruk telah ditarik dan diganti dengan 'nur atau cahaya.'

-

Setelah selesai, baru bercukur atau tahallul. Tujuannya untuk melepaskan diri dari pantang larang dalam ihram. Namun, rahasia disebaliknya adalah untuk membersihkan antena atau reseptor kita dari segala kotoran, sehingga hanya gelombang baik akan diterima oleh tubuh kita.

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَاللهُ أَكْبَرُ.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ.

Terjemahan: Subhanallahu Walhamdulillah Walaa Ilaaha Illallahu Allahu Akbar. Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika lak.

Artinya: Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar. Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.

----- Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, mengatakan bahwa rangkaian kalimat tersebut diatas lebih disukai daripada dunia dan segala isinya.

Catatan kaki:

Ummul Quro ----- artinya: Ibu atau Induk dari kota-kota di dunia.

Ma Haulahaa ----- artinya: Negeri-negeri sekelilingnya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ka%27bah 

https://id.wikipedia.org/wiki/Makkah 

https://www.kompasiana.com/.../bahasa-arab-terdapat... 

https://www.freedomsiana.id/subhanallah-walhamdulillah... 

https://www.detik.com/.../arti-labbaik-allahumma-labbaik... 

Dokumen foto: Davaynwa ----- Ka'bah - yaum Ahad, almanak 21 Ramadhan 1445 Hijriah - hari Minggu, tertanggal 31 Maret 2024 Masehi, sumber Walpaper Cave.

Terima kasih.

#KoPigiKeliling Berkabar Berita, Berbagi Hidup.

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (20)


Kesadaran Lailatul Qadar

Puasa sebagai treaning spritual menuju tangga pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dengan malam Lalilatul Kadar sebagai Milad Al-Qur'an, milad peradaban, dan miladnya segala nilai-nilai ajaran sakral Tuhan yang terjadi pada malam hari sebagai waktu yang paling tepat untuk komunikasi spiritual bersama-Nya 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّا سَنُلۡقِي عَلَيۡكَ قَوۡلًا ثقِيْلاً إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيۡلِ هِيَ أَشَدُّ وَطۡئًا وَأَقۡوَمُ قِيلًا
  
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan."(QS. Al-Muzzammil 73: 5-6)

Bangun malam di malam yang lebih baik dari seribu bulan (malam lailatul kadar) untuk membaca ulang sejauh mana hubungan kita dengan Al-Qur'an dan sejauh apa tingkat pemahaman kita terhadap Firman-Nya, semestinya tidak hanya dirangkaikan dengan acara seremonial-seremonial. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
"sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan." (QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 3)

Lailatul qadar secara bahasa berarti malam (lail) dan ukuran (qadar). Dalam riwayat disebutkan bahwa tanda turunnya lailatul qadar dengan langit yang cerah, suasananya tenang dan sunyi, dan tidak panas dan juga tidak dingin (sejuk). Dari tanda-tanda ini, saya lebih menelisik kedalam diri. Dengan petunjuk puasa hingga membentuk ukuran tertentu menuju kesadaran tertentu. Artinya lailatul qadar berarti terbentuknya kesadaran baru setelah melepas identitas kebinatangan dengan membelenggu nafsu kita.

Turunnya lailatul qadar adalah kesadaran ilahi yang terpatri dalam diri kita sehingga kita mampu merasakan kehadiran Tuhan. Juga dikatakan bahwa malam lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Adakah yang lebih baik ketika kesadaran ilahi kita menyatu dalam diri kita. Adakah yang lebih baik ketika kita mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam diri kita. Lailatul qadar adalah malam dimana sampah-sampah dalam diri seperti sampah kemarahan, sampah kebencian, sampah kemunafikan, sampah riya, sampah kesombongan, sampah ke-aku-an telah kita singkirkan dengan berpuasa. 

Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al-Quran, artinya ssya lebih memaknai bahwa ketika sampah-sampah telah disingkirkan kemudian kesadaran ilahi masuk ke dalam kesadaran kita maka, ia akan mewujud menjadi firman ilahi yakni al-Quran. Akhlak kita menjadi akhlak al-quran. Ruhani kita menjadi nur. Pada akhirnya menjadi sejahtera sampai terbit fajar.

سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
"Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr 97: Ayat 5)

Wallahi a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 20

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ فِيْهِ أَبْوَابَ الْجِنَانِ وَ أَغْلِقْ عَنِّيْ فِيْهِ أَبْوَابَ النِّيْرَانِ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ يَا مُنْزِلَ السَّكِيْنَةِ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, bukakanlah bagiku di bulan ini pintu-pintu menuju surga dan tutupkan bagiku pintu-pintu neraka. Berikanlah kemampuan padaku untuk menelaah Al qur’an di bulan ini. Wahai yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin.