Selasa, 26 Maret 2024

TENTANG NUZULUL QUR'AN

Peristiwa Turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) dan Keutamaannya
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Peristiwa Turunnya Al-Quran – Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam dan kitab suci ini diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an juga menjadi pedoman bagi semua Islam dalam menjalani kehidupan ini. Dengan Al-Qur’an, maka hidup yang dijalaninya bisa lebih terarah dan terhindar dari perbuatan dosa.

Namun, peristiwa turunnya Al-Qur’an mungkin jarang ada yang mengetahuinya. Jangan khawatir karena pada artikel ini, kita akan membahas lebih jauh tentang peristiwa turunya Al-Qur’an. Namun, sebelum membahas peristiwa turunnya Al-Qur’an, ada baiknya kalau kita membahas tentang pengertian Al-Qur’an terlebih dahulu.

Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam yang menjadi pegangan dan dasar bagi kehidupan. Dalam sejarah, tercatat bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus kepada Rasulullah SAW. Ayat-ayat Al Qur’an diturunkan secara bertahap, sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Salah satu peristiwa yang terkait dengan sejarah turunnya Al-Qur’an ke bumi adalah Nuzulul Qur’an.

Fungsi Diturunkannya Al-Qur’an
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti ada manfaat dan fungsinya. Al-Qur’an mengandung banyak pokok ajaran, sehingga seluruh hidup dan kehidupan ini menjadi teratur. Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti ada manfaatnya. Al-Qur’an mengandung banyak pokok ajaran sehingga seluruh hidup dan kehidupan ini menjadi teratur. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang fungsi Al-Qur’an, seperti dikutip dari buku Al-Qur’an dan Hadits karya Muhaimin yaitu:

1. Sebagai Petunjuk bagi Manusia
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang beriman dan bertaqwa dalam hidup dan kehidupan.

Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam Surat Al A’raf ayat 52:

Artinya: “Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (AlQur’an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan Rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS Al A’raf ayat 52)

Hal ini dapat terlihat bagi siapa saja (manusia) yang mengikuti petunjuk Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan, kejayaan, keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

2. Sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam
Sumber pokok ajaran Islam adalah Al-Qur’an. Sebab, dari Al-Qur’an-lah diambil dari segala pokok syariat dan dalil-dalil syar’i yang mencakup seluruh aspek hukum bagi manusia dalam menjalani hidup di dunia atau akhirat.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Surat An Nisa ayat 105:

Artinya: “Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (AlQuran) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat”.

3. Sebagai Pengajaran bagi Manusia
Al-Qur’an adalah pengajaran bagi manusia. Oleh karena itu, manusia mengetahui jalan yang haq dan batil, antara yang benar dan yang sesat lainnya.

Hal ini tercantum dalam Surat Yunus ayat 57:

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta Rahmat bagi orang yang beriman”. (QS Yunus ayat 57).

Dengan fungsi Al-Qur’an itulah Al-Qur’an memiliki peran yang sangat penting dalam menjalani hidup. Tujuannya agar hidup berjalan kebenaran dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Peristiwa Turunnya Al-Qur’an atau Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Secara bahasa, Nuzulul Qur’an berasal dari dua kata yaitu Nuzulul (menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah) dan Al-Qur’an (kitab suci umat Islam). Jadi, Nuzulul Qur’an dapat diartikan sebagai peristiwa turunnya Al-Qur’an dari tempat yang tinggi ke muka bumi.

Sedangkan makna secara lengkap, Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk digunakan sebagai petunjuk bagi umat Islam. Umat Islam berlomba-lomba untuk mendapatkan malam Nuzulul Qur’an. Malam Nuzulul Qur’an didapat di bulan Ramadhan tanggal 17.

Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Keutamaan Nuzulul Qur’an
Berikut ini adalah keutamaan malam Nuzulul Qur’an, peristiwa turunnya Al Qur’an ke bumi pada 17 Ramadhan, yaitu:

1. Lebih Baik dari 1000 bulan
Disebut lebih baik dari seribu bulan memiliki makna bahwa amalan dan ibadah yang dilakukan dalam malam Nuzulul Qur’an lebih baik dari amalan yang dilakukan selama seribu bulan. Hal itu didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surat Al Qadr ayat 3.

2. Diampuni Segala Dosa
Orang yang menghidupkan malam Nuzulul Qur’an akan mendapatkan ampunan dosa dari Allah SWT hingga diibaratkan seperti bayi yang baru saja lahir ke dunia.

3. Sebagai Malam Penuh Berkah
Malam Nuzulul Qur’an juga menjadi salah satu malam yang penuh berkah. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Surat Al-Dukhan ayat 3. Selain itu, disebut malam penuh berkah karena Al-Qur’an diturunkan ke bumi dalam satu malam di bulan Ramadhan.

Keistimewaan Nuzulul Qur’an
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Adapun keistimewaan Nuzulul Qur’an yaitu sebagai berikut:

Keistimewaan Nuzulul Qur’an yang pertama adalah peristiwa ini telah menguatkan hati Rasulullah SAW dan para sahabat untuk terus berjuang dalam berdakwah dan menyebarkan agama Islam kepada semua orang. Meskipun saat itu, Rasul dan para sahabat banyak mendapat cemoohan, ejekan, hinaan serta siksaan dari pembenci Islam.
Keistimewaan selanjutnya adalah Nuzulul Qur’an merupakan sebuah tantangan serta pertolongan dari Allah SWT untuk umat muslim untuk terus berjuang dijalan Allah SWT dan mengharap ridho Allah SWT.
Nuzulul Qur’an juga memiliki keistimewaan di mana ia merupakan peristiwa turunnya wahyu Allah yang berupa Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan jawaban atas segala pertanyaan manusia mengenai berbagai hal mulai dari fiqih, hukum hingga hal lain yang sangat penting.
Teori Nuzulul Qur’an
Istilah Nuzulul Qur’an ini biasa diperingati pada malam tanggal 17 Ramadhan, sebagai malam dimana pertama kali Al Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira melalui malaikat Jibril. Ada sejumlah teori bagaimana tahapan Al Qur’an diturunkan hingga menjadi utuh. Berikut teori tentang Nuzulul Qur’an:

1. Teori Pertama
Pada malam Lailatul Qadar, Al Qur’an dalam jumlah dan bentuk yang utuh dan komplit, diturunkan ke langit dunia. Setelah itu, dari langit dunia, Al-Qur’an diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai kebutuhan selama 20/23/25 tahun.

2. Teori Kedua
Makna Nuzulul Qur’an dijelaskan juga bahwa Al Qur’an diturunkan ke langit dunia selama 20 malam Lailatul Qadar dalam 20 tahun (Lailatul Qadar hanya turun sekali dalam setahun). Setelah itu, dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW sesuai kebutuhan.

3. Teori Ketiga
Al-Qur’an turun pertama kali pada malam Lailatul Qadar. Selanjutnya, Al Qur’an diturunkan ke bumi secara bertahap dalam waktu berbeda-beda.

Amalan yang Bisa Dilakukan Saat Nuzulul Qur’an
Diriwayatkan dalam Hadits Bukhari

“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah SAW pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Al-Qur’an bersamanya”.

Amalan yang bisa dilakukan di malam nuzulul Qur’an, antara lain:

Amalan nuzulul Qur’an yang pertama adalah istiqomah membaca Al Qur’an. Setidaknya cobalah khatam membaca Al Qur’an satu kali selama bulan Ramadhan ini.
Selanjutnya, amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur’an adalah melakukan I’tikaf atau berdiam diri di masjid pada malam hari. Melakukan I’tikaf sebagai amalan yang dilakukan di malam nuzulul Qur’an bukan berarti hanya diam dan tidur tiduran saja di masjid, tetapi mengisi malam tersebut dengan kegiatan berzikir kepada Allah SWT ataupun membaca Al Quran.
Selanjutnya, Anda bisa juga mengisi malam nuzulul quran dengan memperbanyak shalat malam dan berdoa. Amalan yang dilakukan di malam nuzulul quran ini bisa membuat lebih menghayati betapa sakral dan pentingnya peristiwa turunnya Al Quran yang menjadi pedoman seumur hidup bagi umat islam ini.
Peristiwa Turunnya Al-Qur'an

Ayat Al-Qur’an pertama yang turun adalah surat Al Alaq ayat 1-5. Turunnya ayat ini menjadi tanda awal kenabian Muhammad SAW. Selain itu, turunnya Al Qur’an menjadi awal dari perjuangan menyebarkan agama Islam di jazirah Arab. Al Qur’an pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah utara Mekkah pada 17 Ramadhan 610.

Oleh karena itu, Nuzulul Qur’an diperingati oleh umat Muslim pada malam ke-17 Ramadhan. Dasar dari peringatan Nuzulul Qur’an pada 17 Ramadhan adalah tafsiran dari Surat Al-Anfal ayat 41.

Dalam proses turunnya Al Qur’an sendiri dibagi menjadi dua tahap, yakni:

1. Al Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfuz ke langit dunia
Al-Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfuz ke langit dunia. Al-Qur’an diturunkan ke Nabi Muhammad SAW secara bertahap atau berangsur-angsur. Turunnya Al-Qur’an dibagi lagi ke dalam dua periode, yakni periode Mekkah yang disebut dengan ayat Makkiyah dan periode Madinah yang dikenal dengan ayat Madaniyah.

Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah (paham terkait keimanan) atau tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini, terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan. Sedangkan ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan Muamalah (hubungan manusia sebagai makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam), dan hukum Islam. Pada periode setelah Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, terdapat 28 surat yang diturunkan selama sembilan tahun sembilan bulan. Ayat terakhir Al Qur’an yang turun adalah surat Al Maidah ayat ke-5.

2. Usai diturunkan ke langit dunia, Al Qur’an diturunkan ke Nabi Muhammad SAW secara bertahap melalui malaikat Jibril
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 saat berada di Gua Hira pada tahun 610 M. Turunnya Surat Al Alaq ayat 1-5 menjadikan awal kenabian Muhammad SAW.

Selain itu, waktu turunnya Al Qur’an juga menjadi awal penyebaran agama Islam. Saat itu, Nabi Muhammad sedang menyepi untuk menenangkan hati. Pada saat wahyu pertama ini turun, Rasulullah SAW tidak bisa membaca. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk membaca melalui surat Al-Alaq.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Firman Allah SWT dalam surat Al Alaq ayat 1-5, ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan. Surat Al Alaq ayat 1-5 juga menjadi penanda diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul.

Setelah ayat ini, Al-Qur’an turun secara bertahap. 
Total Al Qur’an turun selama kurang lebih 23 tahun. Setiap ayat diturunkan menyesuaikan dengan problematika sosial, krisis moral, keagamaan, kisah-kisah para Nabi terdahulu hingga hikmah yang terjadi di masa nabi.

Peristiwa Nuzulul Qur’an adalah peristiwa bersejarah dalam agama Islam. Pada tahun 1442 Hijriah, Nuzulul Qur’an diperingati setiap hari Kamis, 29 April 2021. Nuzulul Qur’an adalah proses turunnya ayat Al Qur’an dalam menyempurnakan ajaran Islam sebagai petunjuk umat manusia.

Selain itu, sejarah turunnya Al Qur’an dibagi menjadi dua periode yaitu periode Mekkah (sebelum hijrahnya Nabi) dan Madinah (setelah hijrah). Al Qur’an pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah Utara Mekkah pada 17 Ramadhan 610 M. Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah (paham terkait keimanan) dan tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan.

Sedangkan ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan muamalah (hubungan manusia sebagai makhluk sosial), syariat (aturan dalam kehidupan Islam) dan hukum Islam. Pada periode setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ini, terdapat 28 surat yang diturunkan dalam kurun waktu 9 tahun 9 bulan.

Ayat Al Qur’an yang terakhir yang diturunkan adalah surat Al Maidah ayat 5. Ayat terakhir yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah adalah surat Al-Maidah ayat 5. Ayat ini turun sesudah waktu Ashar pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji terakhir.

Pembukuan Al-Qur’an
Ketika Wahyu pertama kali diturunkan, Rasulullah SAW, yang tidak bisa membaca dan menulis, membacakannya kepada para sahabat. Oleh karena itu, saat pertama kali Al-Qur’an diturunkan, tidak langsung dibentuk kitab seperti sekarang ini. Setelah dibacakan Nabi Muhammad SAW, ayat Al-Qur’an ada yang dihafalkan, ada yang langsung ditulis.

Ayat Al-Qur’an yang turun, di tulis di berbagai tempat, seperti di pelepah pohon kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit binatang, kayu, pelana, hingga potongan tulang binatang. Selepas Nabi Muhammad SAW wafat pada 632 M, umat Islam dipimpin oleh Abu Bakar sebagai Khalifah bagi umat Islam.

Dalam pemerintahan Abu Bakar, banyak terjadi gejolak berupa pemberontakan dan ekspansi wilayah yang menimbulkan pertempuran. Akibatnya, banyak para penghafal Al-Qur’an yang gugur. Hal itu menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya Al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin Khattab merasa perlu untuk membukukan Al-Qur’an dan mengusulkannya kepada Khalifah Abu Bakar.

Khalifah Abu Bakar kemudian menunjuk Zaid Bin Tsabit untuk memimpin proyek pembukuan Al-Qur’an. Usai Al-Qur’an berhasil dibukukan kemudian dilakukan standarisasi pada masa pemerintahan Khalifah Utsman Bin Affan. Selain itu, karena banyak terjadi perbedaan dialek di kalangan umat Islam, Khalifah Utsman memerintahkan untuk diseragamkan. Al-Qur’an yang sekarang ini dijadikan pedoman menggunakan cara penulisan Utsmani atau Rasm Utsmani.

Sumber: Laman Facebook Biografi Ulama. 

MEMOAR SYAHRIR HAMDANI

Adi Arwan Alimin

Saya mengenal beliau sejak tahun 1992. Terkesima melihat pemuda gagah dan cerdas yang menjadi ketua panitia Kemah BAKTI Pemuda se-Sulsel di pegunungan Tompo, Barru Sulawesi Selatan.

Rupanya anak muda dari Polewali. Kami yang datang berkemah di acara itu membicarakannya sebagai figur panutan. Hingga mengenalnya lebih dalam sejak fase perjuangan pembentukan Provinsi Sulbar tahun 2000-an.

Saat itu Syahrir Punggawa Gema Kosgoro Sulsel, saat itu Ibnu Munzir Ketua KNPI Sulsel. Jabatan organisasi kepemudaan level tinggi, hal tak mudah bagi orang yang lahir dari daerah marginal kala itu.

Buku ini merekam sepak terjangnya sejak remaja, aktivis kampus Unhas, juru lobi Sulbar di Senayan hingga hari ini. Ada masa di mana dia menangis mengisahkan getirnya kehidupan di masa kecilnya.

Baca buku ini bila ingin belajar tentang hakikat hidup sebagai pejuang. Sebagai lelaki tanggung menantang badai.

Senin, 25 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (8)

By Ahmad M. Sewang

Dalam ilmu budaya, selalu diingatkan bahwa kita sedang menghadap ke depan menuju hidup yang lebih comport. Jika dahulu cukup sekolah paling tinggi PGA 6 Tahun. Itu pun ikatan dinas. Nanti pada periode saya, baru dibuka jalan melanjutkan studi ke PPS agama dan tempatnya cukup jauh di Syarif Hidayatullah Jakarta dan Yogyakarta, itupun lewat seleksi yang sangat ketat. Bandingkan sekarang PPs sudah ada di depan pintu rumah, misalnya di STAIN Majene.

Demikian pula pengangkatan dosen dahulu masih mudah. Dosen saya waktu masuk studi 1973 masih banyak tamatan BA. Kemudian sesuai perkembangan harus
sarjana dahulu atau Drs. Saya sendiri dosen tahun 1982 baru saja selesai sarjana. Ketika diangkat alhamdulillah sebagai dosen, terdapat tiga lembaga bersamaan: yaitu BKKBN Kendari, Kanwil Departemen Agama Sulawesi Selatan dan dosen di IAIN Alauddin Makassar. Berdasarkan petunjuk warek II, Drs. Muhammad Ahmad saya pilih masuk IAIN. Jika mengisahkan ini menggambarkan dahulu untuk PNS masih mudah. Sekarang persyaratan jadi dosen sharus magister. Magister sekarang sudah over capasity. Menurut pridiksi ke depan untuk jadi dosen harus doktor. Jadi untuk sekolah semakin mudah tetapi semakin panjang jalan yang ditempuh. Jadi studi semakin lama dan sulit sebagai persyaratan jadi PNS.

 Jadi sekali lagi,i di antara yang selalu saya pedomanI adalah menghadap ke depan untuk selalu bersemangat optimis. Adapun sekali-sekali melihat ke kaca spion ke belakang adalah agar tidak tertabrak kendaraan dari belakang atau untuk meluruskan perjalanan ke depan. Jadi tu melihat ke belakang agar meluruskan perjalanan ke depan.

Melihat ke depan dengan berani menembus batas, dan berani menerobos sekat-sekat yang kita ciptakan sendiri. Beranilah bersahabat dengan orang-orang pintar. Jika ingin mengetahui orang bisa dipercaya, maka kenallah sahabatnya lebih dahulu. Di Makassar agar menemukan sahabat yang baik maka saya bergabung di Pengajian Aqsha, disana tergabung umumnya, alumni kedokteran yang ingin mendalami pengetahuan agama, tampak perlu tahu latar belakang organisasi Islamnya, di Jakarta  bergabung di Paramadina dan bersahabat dengan Nurchalis Madjid, setelah kembali ke Makassar memimpin PPs saya bersahabat dengan Prof. Quraish Syihab, Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat, dan Husni Djamaluddin. Khusus yang disebut terakhir begitu dekatnya sama dengan keluarga sehingga waktu melamar berangkat dari rumah beliau. Bersahabat orang baik sama dengan menemukan prosfek lebih baik di masa depan. Mohon maaf, jika ini dikisahkan dengan maksud agar bisa dicontoh hal yang positif. Saya lebih mudah rasanya mengisahkan pengalaman pribadi daripasa pengalaman orang lain.

Wasalam,
Kompleks GPM, 26 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (15)


Benarkah, tidur orang puasa adalah ibadah?

Ketika Rasullullah pada kesempatannya mengatakan bahwa tidur di bulan ramadhan adalah ibadah, banyak yang memperbanyak tidurnya di siang hari dengan alasan ibadah. Lebih baik tidur dari pada ngegosip, ngabuburead yang ngga jelas. Tidak salah tapi mengenai sabda Rasul, coba kita tanyakan ulang tidur yang bagaimana maksud Nabi? Takutnya sudah menganggap tidur kita itu sudah ibadah padahal malah menjadi tidur yang memakruhkan puasa.

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ 

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).

Kalau kembali pada tujuan luhur puasa yakni usaha menekan syahwat lahir, sementara tidur bagian dari syahwat lahir manusia, maka tentu yang dimaksud nabi adalah tidur yang berkualitas bukan tidur yang kita pahami pada umumnya sebagaimana tidur seperti biasanya. 

 موتوا قبل أن تموتوا
"Matilah sebelum kamu mati".

Di hadits ini terdapat dua kata mati. Tentu kata mati yang pertama dengan mati yang kedua berbeda. Pada kata pertama dalam hadits ini "Matilah" yang dimaksud disini adalah mati secara batin sementara kata "mati" yang kedua adalah mati secra fisik.

Kira-kira apa maksud Nabi menyuruh kita mati sebelum mati? Karena mati yang pertama bermakna batin maka yang dimaksud Nabi kira-kira adalah mematikan semua panca indra kita kepada hal-hal yang negatif. Mematikan pandangan untuk tidak melihat tontonan senonoh, mematikan telinga untuk tidak mendengar yang kurang baik, mematikan mulut untuk bercerita aib, mematikan tangan dan kaki menuju maksiat dan mematikan semua panca indra untuk tidak memuaskan nafsu syahwat kita.

Karena puasa adalah training menekan dan mematikan kemauan-kemauan negatif panca indra kita maka tidur yang dimaksud adalah menidurkan atau menghentikan segala aktivitas-aktivitas negatif indrawi kita. Orang sedang tidur sebenarnya sedang mengistirahatkan segala aktivitas indrawinya tetapi pada saat yang sama tidur pada posisinya memuaskan kenyamanan syahwat tidur. Tidak relevan apabila di bulan puasa memperbanyak tidur karena nilai perjuangan menekan syahwat tidur tidak dijalankan.

Selanjutnya, coba kita tanyakan kembali kualitas tidur kita di bulan ramadhan. Apakah tertidur karena puasa atau tidur karena kelaparan? Ataukah tidur kita karena ingin bermalas-malasan? Tentu tidur ini tidak memiliki nilai ibadah. Tidur karena kelaparan berarti tidur yang disebabkan karena nafsu sementara tidur orang yang berpuasa adalah tidur dengan tujuan istirahat untuk memperoleh kembali kekuatan menjalankan ibadah-ibadah lainnya, tidur semata-mata karena kehendak-Nya, serta tidur karena tagihan fisik yang sudah tidak sanggup lagi menahan kantuk.

Imam al-Ghazali menjelaskan:

بل من الآداب أن لا يكثر النوم بالنهار حتى يحس بالجوع والعطش ويستشعر ضعف القوي فيصفو عند ذلك قلبه

“Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumid Din, juz 1, hal. 246).

Wallahu a'lam bisshowab.

Doa Hari ke 15

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ طَاعَةَ الْخَاشِعِيْنَ وَ اشْرَحْ فِيْهِ صَدْرِيْ بِإِنَابَةِ الْمُخْبِتِيْنَ بِأَمَانِكَ يَا أَمَانَ الْخَائِفِيْنَ 

Artinya : Ya Allah, Mohon anugrahkan padaku di bulan ini dengan ketaatan orang-orang yang khusyu serta lapangkanlah dadaku dan dengan taubat orang-orang yang rendah diri. Dengan kekuatan-Mu. Wahai tempat berlindung bagi orang-orang yang ketakutan. 

SELAMAT JALAN BANG SYAM

Adi Arwan Alimin 

Innalillahi wainna ilaihi rajiun
Selamat jalan Kak Syamsuddin Idris. Beliau akrab dalam sapaan Bang Syam sebagai salah satu abang senior kami di Wonomulyo.

Saya mengenalnya sejak puluhan tahun lalu, saya seletting adiknya di SMP 1 Wonomulyo. Kami tetanggaan, rumah kami diantarai ledeng dan trans Sulawesi.

Sosok ini amat familiar. Selalu fokus pada isu apapun yang berkaitan kepentingan orang banyak. Jejak juangnya tercatat dalam proses perjuangan pembentukan Provinsi Sulawesi Barat, juga apa yang sedang ditunggu rakyat banyak: Kabupaten Balanipa.

Saya bersaksi Bang Syam Orang Baik. Telah menjadi Kakak, Sahabat bahkan sparring pada beberapa wacana kerakyatan. Bila dihitung-hitung rahimahullah lebih banyak menelepon ke saya, dibanding saya yang menghubunginya. Ini menandaskan beliau lebih care, lebih sayang. 

Saya bahkan sering membiarkanya memberi kritik diam-diam via telepon. Saya menganggapnya abang jadi patuh mendengarnya. 

"Jangan berhenti bergerak, lakukan sesuatu bagi kepentingan orang banyak." Dan, kita tidak pernah tahu selama ini rupanya dia banyak mengurusi anak-anak pesantren, dan masjid. 

Hari ini, setelah melewati sahur, Allah memanggilmu pergi saat matahari baru beranjak dari Syuruq. Bang Syam engkau hanya 'mudik" lebih awal Ramadan Ini. 

Di sini kami menangisi segala budi baikmu. 
Innalillahi abang Syam.

Mamuju, 25 Maret 2024
~DengAdi~

Minggu, 24 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (7)

By Ahmad M. Sewang

Sejak pertama kali
menginjakkan kaki di PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1986 sudah menggariskan sebuah kaidah sebagai pedoman hidup dalam beragama bahwa semua mazhab, aliran, dan organisasi dalam Islam sepanjang secara tulus berpegang pada al Quran dan hadis sebagai premis utama, mereka itu adalah saudara sesama muslim yang tidak bisa dikeluarkan dari Islam, sekali pun berbeda firqah. Menurut yang saya pahami sampai sekarang kaidah tersebut terus dikembangkan di PPs PTKIN seluruh Indonesia.

 Umat masih terperangkap dengan sekat-sekat sempit yang diciptakannya sendiri. Mereka menganggap dirinya sendiri dan kelompoknyalah paling benar, sedang kelompok lain tidak ada benarnya. Klaim kebenaran inilah membuat stagnan umat berabad-abad. Sebagai contoh, saya sendiri mengalaminya. Pernah dalam sebuah seminar saya mengutip pendapat seorang ilmuwan, Dr. Firanda Andirja Abidin, Lc., M.A., Alumni universitas Madinah, kemudian segera mendapat teguran dari salah seorang peserta yang justru sudah menyandang gelar professor riset. Alasaannya,  melarang mengutip ilmuwan itu karena dia berfaham Wahhabi. Menurut saya, tidak semua ajaran Wahabi negatif yang harus dihindari, tetapi sebaliknya ada pula positif. Di antara jasa besar Dr. Firanda adalah satu-satunya orang Indonesia dipercaya pemerintah Arab Saudi membawakan pengajian di Masjid Nabawi dalam bahasa Indonesia, dan membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa ke dua di Arab Saudi. Saya mengenal beliau ketika di Madinah. 

Karena itu umat harus memiliki kemanpuan selelktif kepada pendapatnya yang positif. Pendapatnya yang negatif tentu tidak perlu diterima. Sebaliknya tidak semua  pendapat kelompok sendiri lebih baik dibanding dengan yang lain. Bahkan pendapat sendiri bisa ditolak jika membawa mudarat atau bikin  keonaran dalam masyarakat. Masih ada sebagian masyarakat muslim lebih leluasa mengutip pendapat ilmuwan non Muslim daripada sesama muslim sendiri hanya karena beda mazhab. Seperti saya temukan pada sebuah komunitas Muslim Indonesia di pinggiran kota Melbeurne, Australia. Mereka sengaja kami datangi bersama Zamahsary Dzafir dan kawan-kawan lainnya. Komunitas tersebut sementara mengajarkan Tafsir al Misbah, karya Prof. Quraish Shihab. Ketika saya tanyakan kelebihan dan kekurangan tafsir itu. Menurutnya, kelebihannya terletak pada bahasa yang digunakan, lebih mudah diterima masyarakat Muslim Indonesia di Melbourne, tetapi kekurangannya, karena penafsirnya banyak mengutip pendapat al-Tabataba'i, sedang at-Tabataba'i adalah penganut mazhab Syiah. Namun, setelah saya tanyakan pada Prof. Quraish Syihab setiba di Indonesia, beliau menjawab, kenapa jika mengutip pendapat Plato, Agustinus dan Goerge Sarton tidak dimasalahkan? Mendengar itu, saya terdiam tak menjawab. Seperti halnya, di Unhas saya sering diundang menguji di universitas ini. Mereka sering mengutip pandangan Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Ibn Khaldun. Bagi Unhas pendapat siapapun yang relevan harus diakomodir, tetapi sebaliknya, walaupun pendapat sendiri jika tidak relevan, apalagi bikin kacau masyarakat, maka hindari jangan dikutip.

Mengutip pendapat mazhab lain bukan berarti sesuatu yang terlarang, seperti mengutip pendapat non muslim langsung menjadi non muslim juga, melainkan menunjukkan keberanian menembus batas demi memperluas wawasan, seperti pendapat Prof. Quraish Shihab, "Semakin luas wawasan seseorang ilmuan berbanding lurus dengan sikap keterbukaan dan ketidakfanatikan pada seseorang." Ini juga menunjukkan kebesaranng hati dan penghormatan pendapat sesama muslim walau beda mazhab. Ketiga, pendapat lain dikutip karena dianggap lebih relevan dan lebih kontektual. Terkadang ada sebagian orang karena fanatik pada paham mazhabnya, membuat mereka terperangkap pada sekat-sekat sempit yang diciptakannya sendiri. Sehingga mereka tak peduli lagi pada pandangan ulama lainnya. Grand al Azhar, Pimpinan Pusat Muhammadiah, Prof. Din Syamsuddin dan almarhum mantan Ketua PB NU, KH Hasyim Muzadi serta 150 ulama se dunia, mereka ikut menyetujui risalah Amman. Salah satu  keputusannya bahwa tidaklah adil jika melakukan generalisasiasi pendapat satu kelompok kecil dari Sunni atau Syiah, kemudian dinisbahkan secara keseluruhan ke seluruh mazhab itu. Inilah sebuah kesalahan fatal dan salah satu faktor rumitnya membangun persatuan umat.

Keengganan bergabung secara struktural pada organisasi mainstream dimaksudkan agar bisa menjadi media untuk mempersatukan umat walau pada skala kecil seperti IMMIM. Sebagai mantan ketua umum  DPP IMMIM saya telah berusaha menghimpun anggota tanpa memandang latar belakang mereka. Bahkan saya bisa menikmati bergaul dengan sahabat-sahabat yang berbeda latar belakang organisasi tersebut. Saya pun patut bersyukur karena keinginan itu saya bisa inpelementasikan dengan menulis sebuah buku di tengah  era masih timbulnya perbedaabn. Buku itu berjudul, "Persatuan Islam dan Saling Menghargai Perbedaan." Buku itu berkesimpulan kita hanya bisa bersatu bila siap menghargai perbedaan dalam masalah furu'. Sebab perbedaan semacam ini adalah sunatullah, sebuah kekayaan dan rahmat untuk umat. dalam usaha berfastabiqul khaerat. Karena itu organisasi Islam mana pun mengundang saya dalam pengembangan Islam saya hadiri. Saya pernah diundang di kantor NU Wilayah untuk berbicara pengembangan dakwah ke depan dan saya pun penuhi. Sekarang saya diundang jadi dosen PPS, pembina mata kuliah Studi Peradaban Islam di Universitas Muhammadiyah Makassar. Saya pun menjalankan tugas itu dengan senang hati. Jadi dalam masalah akademik pasti saya penuhi pada setiap undangan, termasuk undangan seminar di HMI walau tidak pernah di kader di organisasi ini. Beberapa tahun lalu saya diundang berceramah di Unismu dan juga saya ladeni.

Akhirnya, setelah saya pulang kampung saya melihat sudah banyak perubahan yang terjadi. Sejalan dengan berjalannya waktu dan perubahan zaman. Semakin panjang bentang waktu melihatnya, semakin banyak terlihat perubahan itu. Kehidupan di kampung sudah hampir sama dengan di kota. Bahkan tidak lagi seragam paham keagamaan, tetapi sudah mulai transisi ke arah beraneka ragam. Hal ini karena sudah mulai beberapa keluarga anaknya dikirim ke kota untuk belajar. Mereka ini yang membawa paham baru ke kampung. Muhammadiyah yang dianggap paham sesat dahulu sudah mulai dianggap sebagai teman bersama mencari kebenaran. Dalam ilmu sosial dikatakan, "Tidak ada yang tetap di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri." Dalam QS al-Rahman, 26-28, dikatakan,-
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan  yang manakah yang kamu dustakan?
 Dalam ilmu budaya agama pun mengalami perubahan. Saya masih ingat waktu anak-anak, belum ada jam, radio, apa lagi tv. Beragama atau berpuasa berpedoman pada tanda-tanda alam, misalnya berbuka jika ayam sudah naik di praduan pertanda bahwa matahari sudah terbenam. Demikian pula kalau fajar sudah terbit ditandai jika ayam sudah mulai berkokok. Beragama ke depan akan mengalami perubahan.

"Sebagai tanda syukur pada-Mu ya Allah saya ingin mengucapkan terima kasih,
1. Engkau telah membukakan jalan untuk studi dan reset sampai di manca negara dan bertemu aneka macam pendapat, manusia yang cukup berarti dan memperkaya khazanah dalam menjalani samudra kehidupan. Saya berkeyakinan, andai bukan karena kehendak-Mu saya tetap tinggal di kampung seperti masyarakat kebanyakan niscaya saya akan jadi terlibat dalam professi sebagai nelayan atau petani.

2. Sebagai hamba, sepertinya merasa malu memohon lagi sesuatu yang bersifat duniawi pada-Mu, seperti panjang umur sebab jangan sampai dianggap sebagai hamba tak tahu diri dan tak tahu bersyukur, seperti Engkau firmankan secara berulang-ulang dalam QS  al-Rahman, 
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.

Wassalam,
Makassar,  25 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (14)


Puasa sebagai Obat Psikologis-Biologis

Puasa adalah rukun keempat dalam Islam setelah syahadat, shalat dan zakat. Puasa hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman sebagaimana panggilan Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa"._ Perintah untuk berpuasa ini pun telah diperintahkan Allah dari kaum terdahulu _"sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu"_ dengan tujuan _"agar kamu bertakwa". Itulah kata Allah pada surah al-Baqarah ayat 183 itu. Puasa untuk orang yang beriman dengan tujuan agar tingkat keimanannya bertambah sampai pada level takwa. Berdasarkan ayat tersebut, bahwa beriman belum tentu bertakwa oleh karenanya perintah puasa agar kita bertakwa.

Selain efek psikologis dari berpuasa (untuk takwa), puasa juga menuju kesehatan biologis, kesehatan untuk tubuh yang berpuasa.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ٱلَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّىٰكَ فَعَدَلَكَ
"Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang," (QS. Al-Infitar 82: Ayat 7)

Bisa saja kita menganggap bahwa puasa itu menyiksa karena menahan lapar dan haus akan tetapi dibalik dari lapar dan haus terdapat hikmah yang sangat dahsyat. Sebagaimana pada surah al-Infitar diatas Allah telah menjadikan tubuh manusia seimbang maka puasa termasuk salah satu cara Allah untuk tetap menyeimbangkan kondisi fisik atau tubuh manusia.

Dalam ilmu kedokteran, terdapat istilah Homeostasis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), homeostasis adalah keadaan dalam tubuh suatu makhluk hidup yang mempertahankan kosentrasi zat dalam tubuh. Menurut Agus Mustofa (penulis puluhan buku best seller) menjelaskan bahwa homeostasis merupakan mekanisme otomatis yang ada dalam tubuh manusia, ketika tidak seimbang akan gampang terserang penyakit. Beliau memberikan contoh terkait dengan homeostasis seperti ketika seseorang menggigil karena kedinginan maka tubuh akan bereaksi panas begitu pun sebaliknya ketika panas, tubuh akan bereaksi mengeluarkan keringat untuk menetralisir panas tersebut atau ketika seseorang kekurangan makanan maka reaksi perut akan lapar. Inilah sistem kerja homeostasis menurut pandangan beliau.

Apa saja yang menyebabkan ketidakseimbangan makanan dalam tubuh manusia? menurut beliau, diantara penyebabnya adalah makanan yang masuk kedalam tubuh terlalu banyak, terlalu sering makan dan jenis makanan yang tidak baik. Islam telah menjelaskan tatacara makan yang baik sebagaimana dalam surah al-a'raf.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 31)

Pertama, makan berarti memasukkan benda padat kedalam perut, kedua minum berarti memasukkan cairan dalam tubuh, ketiga jangan berlebih-lebihan yang berarti menyisakan rongga dalam perut untuk udara. Artinya minum untuk mencairkan makanan yang telah dimakan dan tidak berlebihan agar sistem kerja lambung berfungsi secara baik. Makan ibarat pabrik pembuatan jalan dengan pengecoran, apabila pabrik pembuatan jalan tersebut terlalu dipenuhi benda padat tanpa campuran air maka kemungkinan pabriknya akan rusak.

Berikutnya, menurut Agus Mustofa secara garis besar terdapat tiga tahap mekanan itu diolah dalam tubuh manusia, yaitu melalui mulut yang berfungsi sebagai pemecah makanan (amilase) dengan bantuan air liur, berikutnya melalui lambung yang berfungsi membunuh bakteri yang tersisa dari mulut (asam lambung) dan juga berfungsi untuk memecah makanan lebih kecil yang disebut dengan glukosa (amilase), yang terakhir adalah usus halus yang diedar ke seluruh tubuh yang telah diserap dengan darah sebelumnya.

Menurut para ahli bahwa munculnya banyak penyakit pada fisik manusia disebabkan karena banyaknya makanan yang dikonsumsi. Untuk itu, sebagaimana penjelasan diatas maka puasa selain berfungsi untuk meningkatkan level iman ke level takwa juga berfungsi untuk membersihkan saluran pencernaan yang terlalu banyak makanan yang telah kita masukkan kedalam tubuh sebelumnya dengan kata lain puasa menyembuhkan penyakit psikologis (penyakit dalam) juga menyembuhkan penyakit biologis (penyakit luar) pada diri manusia. Wallahu a'lam bisshowab.

(Dari buku Wisdom of The Moment: Usman Suil)

Doa hari ke 14

اَللَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِيْ فِيْهِ بِالْعَثَرَاتِ وَ أَقِلْنِيْ فِيْهِ مِنَ الْخَطَايَا وَ الْهَفَوَاتِ وَ لاَ تَجْعَلْنِيْ فِيْهِ غَرَضًا لِلْبَلايَا وَ الآفَاتِ بِعِزَّتِكَ يَا عِزَّ الْمُسْلِمِيْنَ

Artinya : Ya Allah! Mohon Janganlah ENGKAU tuntut dari kami di bulan ini semua kesalahan yang aku lakukan. Hapuskan seluruh kesalahan dan kebodohanku. Hindarkan aku dari bencana dan malapetaka. Demi kemuliaan-MU, Wahai sandaran Kemulian kaum Muslimin.

Sabtu, 23 Maret 2024

USMAN SUIL || RENUNGAN RAMADHAN (13)


Peperangan Dua Kubu

Manusia tidak pernah berhenti bergerak untuk selalu mengindentifikasi kesempurnaanya sebagai makhluk yang sebaik-baiknya ciptaan. Namun karena manusia adalah gabungan dari jasmani dan ruhani maka geraknya pun ada yang bersifat metafisik dan kadang-kadang bersifat jasmani (fisik). Atau mungkin gerak pada tujuan jasmani lebih dominan sehingga berputar-putar pada masalah tujuan jasmani bukan tujuan ruhani.

Manusia adalah tempat berperangnya dua kutub yang saling berlawanan, yaitu jasmani dan ruhani. Perbedaan dari keduanya dapat dilihat dari tujuannya masing-masing. Tubuh yang dimiliki manusia adalah tempat gerak jasmani dan di dalam tubuh manusia ada jiwa sebagai tempat gerak ruhani. Pada dua kubu ini masing-masing memilki wilayah kekuasan. Keduanya selalu siap berperang untuk saling merebut dan memperluas kekuasaannya. Nafsu sebagai pemimpin fisik sementara jiwa dipimpin oleh hati atau fitrah. Keduanya memiliki penasehat yang sama yang berusaha bersikap netral tapi kadang-kadang menghianati satu diantara keduanya, ia adalah akal.

Akal adalah bahan jiwa menuju Allah namun juga kadang-kadang berperang sebagai bahan hawa nafsu untuk menjauh dari-Nya. Akal yang apabila disetir oleh hawa nafsu akan menjadi petunjuk jalan memperlancar kehendak hawa nafsu pada saat yang sama akal juga berperang sebagai petunjuk menuju Allah ketika yang meguasainya adalah hati. Dengan akal, hawa nafsu mampu menyerap sifat setan dan juga dengan akal, hati mampu menyerap unsur ketuhanan. Dengan kata lain, akal menjadi rebutan antara dua kubu besar yakni kubu hawa nafsu dan kubu hati.

Sebagai ilustrasi, dalam persidangan perceraian misalnya. Perdebatan antara suami istri memperbutkan hak masing-masing maka akal disini berperang sebagai pengamat. Ia senantiasa berada pada yang benar jika ia mampuenghalangi dirinya dari suap menyuap. Tapi ketika tidak maka ia akan menjadi lawan kebenaran. Artinya, akal tidak tertutup kemungkinan mengalami penyimpangan dan membela yang salah apabila tidak disuplai dari ilmu pengetahuan yang baik.

Oleh karena itu, akal membutuhkan pengetahuan terkait dengan hawa nafsu, seperti apa ia dan bagaimana wataknya dalam diri manusia. Akal mempunyai kewajiban untuk mengetahui peran positif negatif hawa nafsu serta dengan ciri-cirinya karena ia mampu membangun sekaligus meruntuhkan kehidupan manusia.

Nabi Saw bersabda: "Sekiranya anak cucu Adam mempunyai dua lembah emas, niscaya dia masih berhasrat pada lembah yang ketiga." Hadits Nabi ini memberikan satu petunjuk bahwa sifat atau watak hawa nafsu itu ekspansif (luas). Hawa nafsu yang apabila disuap satu kali akan meminta dua kali, tiga kali, seterusnya dan seterusnya. Tintutan hawa nafsu yang brrsifat mutlak ini mengakibatkan tidak memilki akhir pemuasan. Semakin mencoba untuk dipuaskan ia akan semakin memiliki banyak tuntutan untuk dipuaskan. Arti kata, ia tidak memilki batasan kepuasan.

Keinginan yang dilandasi gerak hawa nafsu mendesak seseorang untuk cepat-cepat memiliki apa yang menjadi keinginannya tersebut. Artinya selain ekspansif, hawa nafsu juga memiliki daya gerak cepat. Lihatlah pemerkosaan terjadi karena si pelaku didesak oleh nafsu syahwatnya untuk menuruti keinginannya pada seksual. Syahwat tidak akan memperhitungkan pada sah atau tidaknya karena yang ia lihat adalah bagaimana pemenuhannya dapat terpenuhi secepat mungkin. 

Ungkapan menarik dari Amirul Mukminin Ali bin AbibThalib, "Dosa-dosa syahwat tak ubahnya kuda liar yang terlepas kendalinya, ia akan dengan kencang melarikan pengendaranya ke neraka. Ketahuilah takwa adalah pengendara yang patuh. Pengendaranya dengan santai dapat memegang kendali dan ia akan membawanya masuk surga." 

Sudah jelas bahwa puasa diperintahkan sekurang-kurangnya mempersempit wilayah kekuasaan hawa nafsu sekaligus memperlambat pengendaranya menuju ke neraka. Puasa menjadi tali pengikat keliaran syahwat. Puasa adalah jalan menuju takwa agar kemudian kendaran takwa menjadi wasilah menuju surga-Nya. Wallahu a'lam bisshowab.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ  فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggal (nya)." (QS. An-Nazi'at 79: Ayat 40-41)

Doa Hari ke 13

اَللَّهُمَّ طَهِّرْنِيْ فِيْهِ مِنَ الدَّنَسِ وَ الْأَقْذَارِ وَ صَبِّرْنِيْ فِيْهِ عَلَى كَائِنَاتِ الْأَقْدَارِ وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِلتُّقَى وَ صُحْبَةِ الأَبْرَارِ بِعَوْنِكَ يَا قُرَّةَ عَيْنِ الْمَسَاكِيْنِ

Artinya : Ya Allah! Mohon sucikanlah diri kami di bulan ini dari segala nista dan perbuatan keji. Berilah aku kesabaran atas apa yang telah Engkau tetapkan. Anugerahkan kepada kami ketakwaan dan persahabatan dengan orang-orang yang baik dengan pertolongan-MU, Wahai cahaya hati orang-orang yang miskin.


Jumat, 22 Maret 2024

DESA PAMBUSUANG DALAM LINTASAN ANTROPOLOGI SEJARAH (6)

By Ahmad M. Sewang

Biasanya saya istirahat menulis pada akhir pekan, sebagai mana halnya kantor berita yang saya ikuti. Tetapi khusus hari ini saya tetap menulis, sebab hari ini bersamaan hari haul Darwis Hamsa yang saya singgung di akhir tulisan.

Saat studi di S1 Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar.  Sikap saya berbeda ketika di Polewali. Kecuali  aktivitas sebelumnya yang tetap saya teruskan, yaitu megikuti kegiatan pengajian kitab kuning sebagai pesan kiyai saya di kampung, seperti akttif pengajian di Masjid Raya Makassar dan Pasar Terong, K.H. Mustari, Makassar di samping rutin mengikuti kuliah. Di Makassar tidak lagi ikut pada organisasi mainstamen Islam, kecuali hanya aktif mengikuti kegiatan ormas Islam yang independent. Saya tidak ikut di NU, Muhammadiyah dan SI. Saya hanya aktif di pengajian Aqsha, Remaja Masjid dan di IMMIM. Saya masuk di IAIN Makassar tahun 1973. Jika dibuat dalam bentuk perangkatan, saya masuk angkatan ke dua setelah angkatan pertama dari Mandar sebagai as Sabiqunal Awwalun. Dari Pambusuang yang masuk angkatan pertama: Baharuddin Lopa yang mulai kuliah di Unhas tahun 1955, Basri Hasanuddin, dan Muchtar Husein. Zaman itu termasuk zaman kesulitan. Mandar masih dikuasai 7.10 dan gerombolan bersenjata. Tetapi siapa pun yang lolos dari seleksi alam dalam studi akan langsung kerja. Saya sendiri termasuk angkatan kedua dari Pambusuang. Mulai saat itu sudah ada beberapa generasi muda kampung yang pergi studi. Bisa dilihat teman SR atau Ibtidaiyah berapa yang lanjut ke Sanawiah, dan berapa lagi yang lanjut SP IAIN dan yang bisa melanjutkan ke IAIN dari sini berapa orang seangkatan yang lanjut ke Pascasarjana dan berapa orang yang bisa jadi Guru Besar. Dari sini saya bersyukur jika saya kemukakan ini semata-mata   فامابنعمة ربك فحدث  bukan sebuah kesombongan:
1. Kamilah professor pertama di UIN Alauddin suami isteri.
2. Saya termasuk orang pertama yang bisa menyelesaikan biografi dan auto biografi di UIN Alauddin Makassar.
3. Saya juga bersyukur karena termasuk al-sabiqunal awwalun menginjakkan kaki di lima benua di dunia.
4. Saya juga termasuk di antara keluarga yang Assabigunal Awwlun melakukan perkawinan exogami. Sebelumnya perkawinan umumnya indogami mengingat pergaulan masih terbatas. Sedang pergaulan keluar terbatas karena dibatasi oleh transfort yang belum semaju seperti sekarang. Bergaul di luar suku penuh kecurigaan. Beberapa orang selalu menyuruh berhati-hati, misalnya hati-hati ke Mamuju sebab mereka punya guna-guna bikin lembek kepala atau jangan ke Papua nanti di makan, mereka pemakan manusia. Dahulu perkawinan ideal adalah sepupu. Sekarang tidak ada lagi kecurigaan semacam itu, pergaulan tambah meluas pergi studi ke mana saja, ketemu orang yang berbeda suku bisa saja kawin. Dan perkawinan lebih didominasi oleh yang bersangkutan, jika dahu didominasi keluarga. Bahkan ada kecenderungan perkawinan masa kini exogami setelah pergaulan semakin meluas. Sebagai contoh perkawinan antara negara, Prof. Dr. Andi Faisal kawin dengan muslimah Prancis setelah sama-sama studi di negara Ganada.

Saya bermukim di Belanda untuk riset selama satu tahun  di Leiden, dan naik haji pertama saya bersama isteri justru dari Belanda. Sebulan penuh riset di Mesir, seminggu short riset di Melbourne, Australia.
 Karena itu ketika saya tiba di Ibu kota dunia, New York, AS, saya langsung bersyukur dan berterima kasih pada Allah swt. dengan berkata dalam hati, "Saya dilahirkan di kampung bersahaja dan bisa menyaksikan Ibu Kota Peradaban Dunia, tempat berkantor PBB, andai saya lahir di New York, mungkin s⁰aya tidak pernah tahu budaya bersahaja di kampung.

Setelah diangkat sebagai PNS dan diutus melanjutkan sekolah di Pascasajana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari sini saya mendapat pengetahuan baru dan berpendapat, "Semua paham fikih dan teologi yang muncul dalam sejarah adalah Islam selama mendasarkan diri pada al-Quran dan Hadis dengan tulus." Paham inilah yang saya bawa melanglang buana ke manca negara. Lima benua di dunia ini sudah saya tempati untuk belajar paling kurang 14 negara saya telah lewati. Saya telah menulis buku khusus tentang in dengan judul, "Rihlah ke Mancanegara." Ketika saya tiba di air port New York sebagai Ibu kota Dunia, di sana saya bersyukur pada Allah swt. sambil berdoa, "Ya Allah saya berterima kasih pada-Mu sebab saya lahir di kampung bersahaja, kemudian Engkau telah membuka mata dan hati saya melihat peradaban dunia begitu kaya dan luas bahkan pernah hidup di Leiden, Belanda, selama satu tahun. Bayangkan, jika saya tetap di kampung mungkin tetap berpaham konservatif tradisional dalam beragama. Sebaliknya, andai kata saya lahir dan hidup di New York sebagai pusat peradaban dunia, sudah pasti saya tidak paham kehidupan kampung yang bersahaja." 

Berhubung karena ada Haul Darwis Hamsa hari ini di Pesantren Jareje Pambusuang, maka kesempatan ini saya akan menyinggung sepanjang yang saya ketahui. Selama studi di Polewali saya banyak berinteraksi dengan beliau, beliau tempat bertanya apa yang tidak diketahui. Darwis Hamsa memang tidak banyak disinggung sebelumnya karena tempat kelahirannya masih kontroversi; apakah lahir di Pambusuang atau di Pulau Sabaru? 

Yang jelas beliau termasuk tokoh yang terhormat. Darwis Hamsa Ketua Partai Syarikat Islam cabang Polmas sekaligus ketua cabang IMMIM Polmas, bahkan sebagai pernah saya singgung tempat saya pelatihan SEPMI di Polewali. Beliau Pimpinan cabang PSI Cabang Polmas adalah lanjutan Syarikat Mandar yang didirakan para pedagang Mandar yang berdagang sampai di Padang yang documen photonya masih bisa disaksikan tahun 1923. Abdul Muis Pimpinan SI Pusat Jakarta duduk di tengah-tengah di kelilingi para pedagang asal Mandar, yaitu dari Pambusuang, Karama dan Tangnga-Tangnga. Barangkali photo itu masih bisa ditemukan di rumah almarhum annaguru Hawu. Photo docomen itu sangat penting dan memiliki nilai sejarah.

Ketika saya kuliah di Jakarta saya ketemu lagi almarhum Darwis Hamsa dan beliau bekerja di Pusat Lembaga Pembangunan milik Adi Sasono. Di Jakarta beliau bergabung paguyuban asal dari Lambanan di sana beliau  mengatur pelaksanaan dakwrahnya. Dari sini beliau selalu menempatkan diri orang yang bermanfaat. Dalam suasana demikian muncul  pertanyaan besar? Mengapa orang Mandar yang tergabung dalam Syarikat Islam rata-rata orang cerdas, seperti Darwis Hams, Basri Hasanuddin, Rahmat Hasanuddin, Makmun Hasanuddin, Andi Mappatunru, dan Husni Djamaluddin?

Wasalam,
Kompleks GPM, 23 Maret 2024

TENTANG ZAKAT FITRAH

Do'a niat membayar dan menerima zakat fitrah.

1- Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri
#Bismillahhirohmaanirrohiim.

نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِىْ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN NAFSII FARDLOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah pada diri saya sendiri, fardhu karena Allah Ta'ala.

2- Niat Zakat Fitrah untuk Istri.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجَتِيْ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN ZAUJATII FARDHOL LILLAATI TA'AALAA
Artinya : Saya niat mengeluarkan zakat fitrah atas istri saya fardhu karena Allah Ta'ala.

3- Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ وَلَدِيْ... فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN WALADII (Sebutkan Nama Anaknya) FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak laki-laki saya (sebut namanya) Fardhu karena Allah Ta’ala.

4- Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ بِنْتِيْ... فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN BINTII (Sebutkan Nama Anaknya) FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak perempuan saya (sebut namanya), fardhu karena Allah Ta’ala.

5- Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِّىْ وَعَنْ جَمِيْعِ مَا يَلْزَمُنِىْ نَفَقَاتُهُمْ شَرْعًا فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'ANNII WA'AN JAMII'I MAA YALZAMUNII NAFAQOOTUHUM SYAR'AN FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Saya niat mengeluarkan zakat atas diri saya dan atas sekalian yang saya diwajibkan memberi nafkah pada mereka secara syari’at, fardhu karena Allah Ta’aala.

6- Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ (…..) فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN (Sebutkan nama orangnya) FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA
Artinya : Niat saya mengeluarkan zakat fitrah atas (sebut nama orangnya), Fardhu karena Allah Ta’ala.

7- Doa Ketika Menerima Zakat.

آجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَبَارَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُوْرًا
AAJAROKALLAAHU FIIMAA A'THOITA WABAAROKA FIIMAA ABQOITA WAJA'ALAHU LAKA THOHUURON
Artinya : Semoga Allah memberikan pahala kepadamu pada barang yang engkau berikan (zakatkan) dan semoga Allah memberkahimu dalam harta-harta yang masih engkau sisakan dan semoga pula menjadikannya sebagai pembersih (dosa) bagimu.

''Allahumma shalli 'ala Sayyina Muhammad wa'ala Ali Sayyidina Muhammad.

Ya Allah sampaikan sholawat kmi kepada Rasulullah, dan semoga kebaikan,amal ibadah puasa kita di terima Allah Subhanahu Wat'ala.
Aamiin Yarabbal'alaamiin.