Minggu, 10 Maret 2024

MANDAR DALAM BUKU BUMI SRIWIJAYA

Buku Bumi Sriwijaya adalah epos sejarah yang ditulis oleh Bagus Dilla, seorang penulis jebolan Pesantren Madrasatul Qur'an Tebuireng Jombang Jawa Timur. Buku setebal 483 ini terbit pada tahun 2010 lewat Pwnerbit Diva Press Jogyakarta. 

Sebagaimana kita ketahui, Sriwijaya adalah imperium besar meski tak tercatat dengan baik dalam torehan sejarah sebagaimana Imperium Persia, Romawi, Mesir, Arab, Cina dan India. Kebesaran Sriwijaya hanya sebentuk serpihan serpihan kecil yang perlu direka dan dibentuk. 

Terlepas dari itu, Kerajaan Sriwijaya tentu harus diakui sebagai sebuah kerajaan besar sebelum Majapahit. Kekuasaannya membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kaimantan hingga Sulawesi (?). 

Hal menarik dari buku ini adalah pengakuan penulis yang bisa jadi tak tahu dimana itu Mandar, tapi dengan kekuatan literatur atau sumber valid menyebut Mandar pada bagian 40 segmen Perang di Binaga halaman 261 sebagai berikut:
"..... Kita tidak perlu gegabah. Kekuatan kita lebih unggul dari sisi pertahanan. Aku rasa, mereka akan kesulitan menembus pertahanan kita. Kita telah meminta bantuan dari keluarga Kanpi yang masih belum tunduk kepada Jagadhita. Para perompak di perairan Seilan, Mandar, Banjar, Langkasuka, Dharmanagari, Pan Pan, Gangga Negara, Dwarawati, Chaiya, Kambonyanyat dan Syangka....... "

Sebagai novel atau epos, tentu saja ini tidak mesti dipahami sebagai bentuk karangan bebas. Penulisnya tentu tak akan seberani itu mereka-reka peristiwa kendati hal tersebut halal dalam wilayah susastra. Karya sastra juga tak etis dimaknai sebagai sebentuk narasi yang mengakumulasi kebohongan belaka. 

Dunia kesusastraan hari ini adalah pola penulis untuk mengawali sebuah obyek cerita sebelum serpihan serpihan cerita itu direkonstruksi dalam buku karya sejarah. Karya sastra dianggap lebih maju karena mementingkan isi daripada bentuk. Sastra dianggap sebagai sugesti untuk memberi semangat mencari jalan baru bagi sebuah peradaban dalam membangkitkan semangat bangsa. 

Sebagaimana Bagus Dilla mengaukui bahwa karyanya itu merupakan orientasi susastra dengan sedikit balutan sejarah. Novel Bumi Sriwijaya adalah sebentuk upaya pengayaan cerita dan budaya yang tidak terlalu ambisius dan prestisius, kecuali hanya mengingat-ingat masa lampau yang nyaris tak terbentuk (hal.6). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar