Rawana atau parrawana (rebana) adalah sebuah jenis pertunjukan
yang ada di Mandar. Jenis alat dan pertunjukan ini mulai ada ketika islam masuk
di Mandar dan dalam perkembangannya, pertunjukan ini kerap kali mengiringi atau
di pertunjukan ketika masyarakat mempunyai hajatan keagamaan seperti khataman
qu’ran dan mengiringi iringan pengantin.
Jenis pertunjukan ini dimainkan tidak hanya oleh kelompok
laki-laki atau parrawana tommuane tapi juga kelompok perempuan yang disebut
parrawana towaine yang dalam pertunjukan bisanya perempuan yang menabuh rebana
ini menggunakan kostum pakaian adat Mandar.
Baik parrawana tommuane maupun parrawana towaine, tabuhan rebana
dan syair lagunya semuanya mengandung pesan agama dan seruan-seruan moral,
seperti:
“Manu-manu di suruga, saicco pole
boi,
Allahmappettuleang, tosukku
sambayanna.....
Passambayammoqo naung, pallima
wattumoqo,
Allahiyamo tuqu pewongan di
ahera...”,dst.
Hanya saja parrawana towaine syair lagunya memakai bahasa Mandar
sementara parrawana tommuane menggunakan bahasa arab yang di ambil dari kitab
Al Barzanjiy seperti al burdah (burudah), tananka, asyrakah dll. Selain itu,
tabuhan rebana pada pertunjukan parrawana
tommuane tersirat kalimat tahlil,
misalnya, tabuhan “de’
dung de’ dung de’ de’
dung...” Ketukan ini menyiratkan untaian “laa ilaha illallah...”.
Alat musik yang digunakan adalah rawana besar dan kecil, terbuat
dari batang kayu yang di bentuk sedemikian rupa dengan bagian sisi depannya di
bungkus kulit kambing (pakolong) yang sudah dikeringkan,sedangkan personilnya
terdiri dari 8 sampai 15 orang yang semuanya di haruskan menyanyi mengikuti
irama rawana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar