Sabtu, 03 Februari 2024

SERIGALA BERTOPENG NABI (4)


Tiba-tiba saja kau hadir dengan lusuh diwajahmu
Guratan diwajahmu nampak penuh beban 
Kusambut setiap salam yang kau ucap dibibirmu
Dan ikut memunguti pilu yang digoreskan pemilu 
Lalu kusiapkan air untuk membasuh kusam di wajahmu 
Dan tak pernah aku menghitung berapa jumlah sujud
Serta doa-doa apa saja yang mengiringi zikirmu diatas sajadahku
Semua kuhalalkan sebab tak mungkin do’a-do’amu lahirkan dosa

Tiba-tiba saja hadirmu membuatku punya nyali
Dari diam dan sugiging ditempat menjadi auman lalu mencakar
Aku bahkan mengorbankan kenikmatanku untuk sirondo-rondoi
Dan tak secuilpun dihatiku mampu kulakukan untuk melukaimu
Aku bahkan masih tertawa ketika kau mengusik tidurku
Bahkan tak tidurpun kulakukan demi sebuah obsesi yang kau dapuk
Karna begitulah aku menerjemahkan kebersamaan yang sulit kau dapati
Semua kuhibahkan sebab kuyakin dosa-dosaku terkikis karnamu

iba-tiba saja hadirmu membuatku resah
Sebab segala tentangku kuurai karna uraian mengajakmu mengurai
Kau rela melerai seteru dihidupku yang tak mungkin bisa kuurai
Wajar saja aku resah, sebab kau hadir menjagaku meski aku terjaga
Terlebih ketika aku lelap dan lalai, kau masih saja enggan berlalu
Hingga kutemukan dirimu membeli resahku dengan menghinaku
Betapa tidak, kau dengan enjoy bersama laba-laba menyusun jaring
Aku tahu itu, tapi sekali lagi aku abai dengan lakumu

Kini hadirmu hampir semusim
Tiba-tiba saja kau beranjak dan aku kau injak
Wajahmu tak lagi lusuh, tapi berbinar ketika aku enggan menindak
Kau bahkan mampu menginjak-injak sajadah tempat sujudku
Karena akik dan batu mulia biasa kau jejer di jemarimu
Dengan semua itu, kau menyangka memiliki kehormatan
Lalu apakah dengan kehormatan itu kau jadi orang terhormat ?
Dan apakah menginjak kehormatan itu adalah kemuliaan ?
Mungkin saja semua kau aminkan karna fasihmu melafal dzikir
Tapi kau lupa, bahwa sujud dan dzikir itu bukan sekedar pelebur dosa
Bahwa batu mulia itu bukan sekedar mulia untuk gagah-gagahan
Semua itu adalah pertanda yang menandai kita sebagai manusia
Jika manusia abai dengan kemanusiaan
Maka sujud, dzikir, akik dan batu mulia adalah sia-sia
Kini, hadirmu dan hadirku adalah keadaan
Dan keberadaan kita tak harus berada jika tak bisa beradab
Sebab jika kau tak bisa menjaga adab, 
Jangan sesalkan jika aku menjadi biadab !

@BOTTO, Dua Sembilan Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar