Sabtu, 21 September 2019

HUSNI DJAMALUDDIN: "Ya, Betul. Dia Panglima. Titik!".

Catatan Muhammad Munir
Foto alm.Husni Djamaluddin saat Megawati Soekarno Putri kunjungan kerja ke Polewali Mandar, 26 Juni 2004

15 Tahun Sulawesi Barat ini, izinkan saya melisan tuliskan sosok Husni Djamaluddin, kendati saya bukan orang orang yang pernah berguru langsung. Bertemu pun tak pernah selain hanya melihatnya beberapa kali dalam kurun waktu 1999, 2000, 2001 dan terakhir 2004, itupun hanya sekedar melihatnya sepintas.
Pernah suatu ketika saya ditanya siapa yang menjuluki Husni Djamaluddin sebagai Panglima Puisi?. Pertanyaan ini tentu saja membuat saya tersentak sebab pembacaan dan pemahaman saya tentang beliau sebatas pada Trilogi Bacaan: Husni Djamaluddin Yang Saya Kenal; Adakah Kita Masih Bertanya?; Indonesia, Masihkah Kau Tanah Airku?. Saya yakin pertanyaan ini akan terus muncul dan bisa menjadi bom waktu bagi penggiat literasi ketika tak mampu memberikan jawaban.

Berangkat dari satu pertanyaan yang datang dari sederet penanya itu saya hanya punya dua orang guru selain Kak Yuyun (Dr. Yundini Husni), tempat bertanya terkait Husni, yakni A'ba Lele (Tammalele) dan Kak Adi (Adi Arwan Alimin). Hasilnya adalah bahwa yang menjuluki itu jelas teman-temannya sendiri. Bukan SK sebagaimana ASN atau pejabat. Sebab penyematan itu kita hanya mendengarnya dari tuturan ke tuturan. Menurut sepupunya, Daeng Atjo, suatu malam saat alm Husni tampil di TIM ia menangis karena dianggap sebagai salah seorang penyair besar dari timur. Husni mengatakan, ia tak ada apa-apanya dibanding nenek moyangnya yang pandai merangkai kalinda'da'.
Jadi selain teman seangkatannya yang memberi julukan itu, Adi Arwan bercerita pada saya tentang pengalamannya: "Saya salah satu diantara wartawan di Sulsel (belum Sulbar) sejak saya disebut wartawan orang terus menyebut dan memanggilnya seperti itu (panglima puisi)".
Saya beruntung, lanjutnya, pernah mewawancarai beliau, termasuk melakukan wawancara imajiner dengan fasilitasi makalah yang ditulis tahun 2002. Makalah itu diberikan kak Farid Wadji".
Tahun 2007 di Polewali dalam acara mengenang beliau, yang menghadirkan alm. Rahman Arge, pak Husni ditulis dalam backdrop acara sebagai Panglima Puisi Indonesia. Jadi beliau sejak lama dikenal seperti itu.
Almarhum bukan hanya penyair biasa, beliau sastrawan yang mendirikan DKM Sulsel, Anggota DPRD dan wartawan yang disegani di daratan Sulawesi.
"Jadi kita ini belum ada apa-apanya dibanding beliau... alm Husni juga Panglima tertinggi perjuangan Sulawesi Barat. Itu tidak ada SK-nya tertulis sebaga Panglima di KAPP Sulbar, tapi alm. sosok terdepan di perjuangan, bukankah itu juga dapat disebut Panglima. Jangan lupa beliau yang pertama kali menyebut dan memberi Sulbar ini dengan istilah Malaqbiq. Saya mendengarnya langsung di Jakarta, 10 jam setelah Sulbar setelah ketuk palu". Urai Kak Adi pada suatu sore ketika singgah di Rumpita dalam perjalanan pulang ke Mamuju.
Selain gelar panglima, beliau adalah sosok yang kerap melisankan kata "Iyau Tomandar" sehingga ketika Sulbar terbentuk, ia dengan bangga menyematkan kata pada tulisan Sulawesi Barat yaitu MALAQBIQ.
Maka ijinkan saya mengucapkan Selamat Hari Ulang Tahun Ke-15 Propinsi Sulawesi Barat:
MASIHKAH KAU DI SEBUT MALAQBIQ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar