Minggu, 05 Februari 2017

MUHAMMAD RAHMAT MUCHTAR : Seniman Literat Yang Inspiratif



Muhammad Rahmat Muchtar, demikian nama lengkap yang ia sandang. Kak Rahmat atau Mat Panggung adalah panggilan kekerabatan yang disematkan oleh teman-teman dan anak-anak didiknya di Uwake’ Cultuur Fondation.
Lelaki yang lahir di Tinambung, 10 Juli 1974 ini termasuk salah satu sosok yang multi talenta. Disamping ia jago melukis, juga piawai bermain musik tradisional, lihai menulis dan lincah di panggung baik berteater, berpuisi maupun menampilkan kacaping luar pagarnya. Pokoknya, Pria yang menjadi suami dari Sri Wahyuni, S.Sn ini adalah aset Mandar yang sulit dicari tandingannya.
Uwake’ Culture Foundation adalah sebuah lembaga nirlaba yang ia dirikan sejak tahun 2010, dan diakta notariskan pada tahun 2012. Melalui Lembaga Uwake’ inilah ia mencoba melakukan penguatan kehidupan serta program-program pengembangan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan, pelestarian melalui perspektif seni budaya baik yang berasal dari pemerintah, swasta dan masyarakat.
Hal tersebut tergambar jelas dalam visi lembaganya, yaitu“mendorong perkembangan pola pikir pembaharuan didalam masyarakat yang di elaborasi oleh muatan tradisi, modern, dan kontemporer lewat seni budaya”.
Visi yang dirumuskan tersebut kemudian ia faktualkan dalam beberapa poin misi lembaganya, yakni: mengadakan pendidikan alternatif dengan pendekatan seni budaya dan dari berbagai sudut pandang keilmuan; memberdayakan potensi seni dan budaya baik tradisi, modern, kontemporer sebagai kesatuan bentuk dialektika serta sebagai media; melakukan kajian seni budaya implementasi:
-       Menyelenggarakan program workshop, study tour, residensi, diskusi, seminar, ceramah dan berbagai bentuk pendidikan alternatif;
-   Membangun daya hidup seni dan budaya serta pariwisata melalui jaringan kerjasama intstansi pemerintah, non pemerintah, lembaga sekolah dan lembaga seni budaya;
-       menyediakan informasi berupa buku seni, artikel, koran, majalah, catalog visual, brosur dan fhoto; 
- Mengadakan pameran, pentas serta pagelaran di lingkungan sendiri, lintas kabupaten, provinsi dan mancanegara.
Uwake’ yang punya sekretariat di Jalan Sultan Hasanuddin No. 68 Tinggas-Tinggas, Tinambung, saat ini manjadi salah satu diantara banyaknya komunitas seni yang kerap tampil mewarnai berbagai pertunjukan dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Termasuk menjadi inisiator Bendi Pustaka ‘’paissangang’’. Bendi Pustaka adalah salah satu upaya menggiatkan literasi yang masih sangat memprihatinkan. Di Polewali Mandar ini, meski sudah mempunyai perpustakaan daerah dan telah mengelola mobil perpustakaan keliling, serta beberapa desa yang mempunyai perpustakaan. Namun kenyataannya tidak membuahkan hasil yang sesuai cita-cita dan target.
Terlebih sarana internet yang menjadi trend saat ini sangat menjamur dan memudahkan masyarakat mengakses guna mencari informasi dan ilmu pengetahuan, maka  buku-buku bacaan semakin ditinggalkan yang membuat perpustakaan sekolah, desa dan daerah sepi. Kondisi itulah yang membuatnya resah dan mencoba berupaya menularkan virus literasi kepada generasi. Maka muncullah gagasan pengembangan literasi dengan moda Bendi Pustaka. Bendi sebagai salah satu transportasi tadisional yang sudah mulai banyak ditinggalkan dijadikannya sebagai perpustakaan keliling yang dapat mendatangi kota dan desa-desa sekitarnya. 
Tanggal 1 Juni 2015 adalah hari peluncuran bendi bustaka yang bersamaan dengan perahu pustaka di kampung Baba Toa, Lapeo, Kec. Campalagian, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kandang Bendi Pustaka memang ada di Tinambung tapi lounchingnya di Campalagian karena Perahu Pustaka di buat disana.

Bendi Pustaka adalah wadah untuk mendorong terciptanya dan terselenggaranya media penghubung literasi yang akif sebagai suatu perpustakaan dinamis disamping perpustakaan tetap; mewujudkan masyarakat yang berbudi pekerti dan berpengetahuan melalui sugesti gemar membaca untuk meraup dan mengamalkan ilmu pengetahuan. Sasaran bendi pustaka adalah tiap desa-desa yang terjangkau serta lembaga sekolah yang ada di Kecamatan Tinambung, Limboro dan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar. Pembacanya mayoritas adalah anak-anak yakni TK – SD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar