Oleh : Eva Rahmi Kasim
Hasil
evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Sosial tahun 2015, ditandai dengan adanya
pelaporan yang masih berorientasi pada kegiatan dan belum menggambarkan
laporan kinerja yang sesungguhnya. Situasi ini tentu berpengaruh terhadap pencapaian kinerja Kementerian
Sosial secara keseluruhan. Berangkat
dari situasi yang kurang menggembirakan ini, Biro Perencanaan melakukan
reformulasi perencanaan strategis Kementerian Sosial dengan pendekatan Balancescorard (BSC), yang dimulai
secara bertahap sejak Oktober lalu dengan melibatkan para perencana dan
fungsional terkait dengan perencanaan dan kebijakan di lingkungan Kementerian
Sosial. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mewujudkan good governance di
lingkungan Kementerian Sosial, dan tentunya mencapai penilaian SAKIP level A.
Pendekatan
metode Balances corecard diadopsi karena
pendekatan ini memiliki keunggulan lebih dari pendekatan yang dianut selama ini
yang hanya bersifat normatif, umum dan
generik serta multi tafsir. Balances corecard
menawarkan pendekatan yang lebih pasti, spesifik, terukur dan jelas
waktunya sehingga tidak multi tafsir. Menurut nara sumber, pakar balanced scorecard pemerintah Suyuti Marzuki yang juga telah menyelesaikan studi
masternya bidang coastal engineering andmanajemen (2005) ini, pendekatan Balances corecard sudah banyak diadopsi dalam perencanaan strategis
beberapa instansi pemerintah di Indonesia.
Keunggulan BSC adalah dapat menyeimbangkan indikator kepentingan perspektif
Stake Holders dengan kepentingan performa lain
yang mengacu ke masa depan, keseimbangan constituent
internal dan eksternal organisasi,
serta keseimbangan antara performa masa lalu dengan indikator yang berbentuk ukuran
proses dan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut
Suyuti -yang banyak memberikan asistensi reformulasi dan rekonstruksi perencanaan
strategis - beberapa Kementerian dan juga pemerintah daerah di Indonesia ini, keunggulan lain metode ini adalah:
-
Memudahkan organisasi menetapkan dan membangun Visi,
Misi dan Peta Strategi,
-
Memudahkan mendefinisikan dan mengkomunikasikan
Sasaran Strategi pada setiap Level Organisasi,. Strategi organisasi akan diterjemahkan kedalam
rencana operasional dengan baik (put
strategy into action) di semua tingkat jabatan di dalam organisasi. Selain itu, dapat menyelaraskan semua pihak dengan strategi yang dipilih melalui proses Cascading dan Aligment,
-
Memudahkan Monitoring pencapaian KPI dan
Level Pimpinan hingga Level pelaksana secara real time,
-
Memudahkan melakukan rapat- rapat secara terukur
untuk koordinasi pelaporan dan pengelolaan kinerja pemerintah.
-
Memudahkan melakukan pengawasan dan pembinaan
pada setiap karyawan atas pencapaian Sasaran strategis dan KPI,
-
Serta
memudahkan pengelolaan Kinerja SDM sehingga mendukung penerapan Reward and Punishment System (RPS),
-
Juga
memudahkan pengelolaan kompetensi
setiap karyawan/ASN dan melakukan asesmen dengan metode yang mudah disesuaikan
(bank kompetensi),
-
Memudahkan
pengelolaan Tindak Lanjut hasil evaluasi karyawan/ASN melalui Pemetaan Pengembangan
SDM ASN.
-
Mempermudah
pengelola organisasi mendapatkan Laporan cetak performa manajemen bisnisnya
(Bisnis Proses) Manajemen kinerja organisasi akan selaras dengan strategi organisasi (strategy and performance management alignment) di semua tingkat jabatan
di dalam organisasi. Akuntabilitas yang terjaga karena jelas siapa mengerjakan
apa, serta apa indikator keberhasilannya di semua tingkat jabatan hingga
individu di dalam organisasi.
-
Dari
pertemuan penyusunan peta strategis Kementerian Sosial yang lalu, didapat
kemajuan yang sangat signifiacant.
Hal ini ditandai adanya peningkatan Sasaran Strategis Kemensosial yang semula
berjumlah 2, berkembang menjadi 9,
begitu juga case cading-nya. Hal ini berarti sasaran yang
akan dicapai menjadi lebih jelas, lebih
spesifik dan lebih terukur (lihat lampiran).
Dalam
pertemuan penyusunan peta strategis kementerian sosial itu, Suyuti juga
mengingatkan, bahwa berdasarkan pengalamannya melakukan asistensi perbaikan
kinerja beberapa instansi/Kementerianlembaga, kunci keberhasilan penerapan
metode Balancescorecard ini memerlukan
keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan, terutama, level pimpinan. Ia mencontohkan proses yang terjadi di
Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang semula dinilai kurang, setelah
melakukan perubahan dengan pendekatan Balancescorecard ini mendapat penilaian
yang sangat baik diantara kementerian dan lembaga yang ada, yang selanjutnya
berdampak pada peningkatan tunjangan kinerja instansi yang bersangkutan.
1. Eva
Rahmi Kasim, Adalah Analis Kebijakan Madya Kementerian Sosial RI.
blognya bagus....padat nilai2
BalasHapus