Kamus adalah deskripsi
kosakata dari suatu bahasa. Kamus menjelaskan apa arti kata dan menunjukkan
bagaimana kata itu bekerja sama untuk membentuk kalimat. Informasi yang
disajikan dalam kamus itu diperoleh dari dua sumber utama, yaitu introspeksi dan observasi.
Introspeksi berarti melihat ke dalam otak kita sendiri dan mencoba mengingat
semua yang kita tahu tentang kata. Sementara itu, observasi berarti memeriksa
contoh-contoh nyata dari bahasa yang digunakan (dalam surat kabar, novel, blog,
twit, dsb.) sehingga kita dapat mengamati bagaimana orang menggunakan kata-kata
ketika mereka berkomunikasi satu sama lain.
Penutur yang fasih dalam suatu bahasa tentunya harus sudah tahu banyak
tentang kosakata bahasa itu. Oleh karena itu, introspeksi dapat menjadi sumber
wawasan yang berguna tentang apa makna kata itu dan bagaimana kata itu
digunakan. Akan tetapi, kamus harus memberikan laporan lengkap dan seimbang
mengenai perilaku sebuah kata, dan introspeksi saja tidak dapat memberikan
informasi yang cukup untuk tujuan itu. Akibatnya, para pekamus, sejak zaman
Samuel Johnson pada abad ke-18, telah memilih untuk mendasarkan kamus mereka
pada observasi. Di era Johnson, mengamati bahasa adalah pekerjaan yang
melelahkan. Mengamati bahasa sama dengan membaca ratusan buku dan penggalian
contoh yang baik dari kata-kata yang digunakan. Namun, teknologi komputer saat
ini membuat semua itu lebih mudah. Teknologi komputer memberi kita akses ke
begitu banyak data bahasa yang baik sehingga kita sekarang mampu memberikan
penjelasan yang benar-benar dapat diandalkan tentang kosakata suatu bahasa (Macmillan
Dictionaries: 2014).
Proses tersebut menjadi alas pijakan sehingga
penulis mampu menyelesaikan semua rangkaian informasi yang dirangkum dalam buku
setebal 1500 halaman ini. Buku ini adalah buku sejenis ensiklopedia yang
paling tebal yang pernah ditulis di Mandar dan oleh orang Mandar. Informasi
dalam buku ini adalah akumulasi dari semua kebiasaan-kebiasan kecil yang
dilakukan setiap saat. Informasi yang selama ini berserakan di rimba raya,
dibelahan dunia maya. Butuh waktu yang panjang untuk menyatukannya dalam bentuk
sebuah buku. Dan kehendak-Nya jualah yang mengantar naskah ini menemukan
takdirnya sebagai buku yang kuberi nama Kamus Sejarah dan
Kebudayaan Mandar, (Ensiklopedia Tokoh, Sejarah, Seni dan
Budaya Mandar).
Kamus Sejarah dan
Kebudayaan Mandar, (Ensiklopedia Tokoh, Sejarah, Seni dan
Budaya Mandar)ini memuat khazanah kosakata bahasa yang berhubungan dengan tokoh, sejarah, seni dan budaya Mandar yang
dapat menjadi acuan dalam menengok perjalanan sejarah masa
lampau dan menata masa depan peradaban Mandar. Mandar memiliki banyak
catatan sejarah yang berserakan dan belum pernah tersajikan dalam bentuk buku
yang utuh. Padahal diantara beberapa tokoh dan berbagai rentetan sejarah yang
terjadi selama ini sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai
sarana pikir, ekspresi untuk menata kehidupan yang lebih MAJU dan MALAQBIQ sesuai cita-cita founding father Sulawesi
Barat.
Kamus Sejarah dan Kebudayaan Mandar, (Ensiklopedia Tokoh, Sejarah, Seni dan
Budaya Mandar) ini merupakan himpunan informasi
terntang Mandar yang dihimpun dalam satu buku. Diharapkan, buku ini bisa
menjadi buku rujukan dalam mempelajari dan memahami Mandar secara utuh. Selain tokoh, sejarah, seni dan budaya, ada juga beberapa kosakata
umum atau istilah bahasa Mandar yang termuat dalam kamus. Tentu saja ini akan sangat bermanfaat bagi pelajar dan
mahasiswa yang ingin mempelajari tentang seluk beluk manusia Mandar.
Apa yang terkandung dalam kamus ini merupakan hasil penelusuran penulis ke
beberapa situs dan pusat-pusat peradaban di Mandar, mulai dari Paku sampai
Suremana, Tasiu-Kalumpang, Bonehau Mambi, Lampa Mapilli-Matangnga,
Matangnga-Lenggo, Matangga-Mambi, Tinambung-Alu, Panyingkul Luyo-Besoangin,
Patulang-Alu. Hasil pernelusuran di beberapa tempat tersebut diramu dengan gaya
bahasa bertutur sehingga menjadi kumpulan informasi tentang Mandar dari A-Z.
Selain itu ada banyak tulisan tentang Mandar yang ditulis oleh beberapa penulis
dan peneliti sejarah Mandar yang juga ikut tersaji dalam buku ini.
Bisa dikatakan, buku ini adalah hasil riset langsung ke lapangan ditambah riset
pustaka sehingga muatan informasi dalam kamus ini menjadi lebih padat dan kaya
akan khasanah kebudayaan Mandar lampau dan sekarang. Buku ini sesungguhnya
lebih tepat disebut sebagai ensiklopedia Mandar sebab informasi yang termuat
memang mewakili berbagai tradisi, kebudayaan dan sejarah eks wilayah afdeling
Mandar ini. Namun karena sebelumnya sudah ada buku Ensiklopedia Mandar yang
ditulis oleh Bapak Suradi Yasil, sehingga penulis memakai kata Kamus Sejarah dan
kebudayaan Mandar. Tulisan dalam buku ini dapat
dibandingkan sekaligus disandingkan dengan Ensiklopedia Mandar yang terbit
sebelumnya. Buku ini menjadi Kamus
yang sengaja dirancang untuk proses penyempurnaan ensiklopedia sebelumnya yang
hanya 90% memuat informasi dari Pitu Ba’bana Binanga dan 10% informasi dari
Pitu Ba’bana Binanga. Harapan kita tentunya, baik Ensiklopedia Mandar maupun
Kamus Sejarah ini menjadi sumber rujukan untuk melengkapi perbendaharan
pengetahuan tentang Mandar.
Kamus dengan ketebalan mencapai 1500 halaman ini merupakan ramuan informasi
dari penelusuran penulis dan juga penelusuran informasi melalui buku-buku yang
sebelumnya telah diterbitkan, salinan lontar Mandar yang berhasil ditemukan
penulis, juga sejumlah informasi yang terdiri dari tulisan, rilis di media
catak, media on line yang berhasil penulis searching di google. Kamus ini ditulis
dan disusun berdasarkan abjad dengan menyebutkan sumber/link tulisan yang
termuat dalam buku ini. Selain itu, berbagai informasi melalui status
teman-teman penulis di medsos terabadikan dalam buku ini. Termasuk informasi
melalui email, telfon, sms, surat, surat kabar/majalah maupun melalui forum atau pertemuan
ilmiah.
Dari segi
isinya, kamus ini diperkaya istilah bidang ilmu sejarah, budaya, seni dan profil tokoh baik yang sudah sering dilisan
tuliskan maupun yang hanya melalui tutur, bahkan ada diantaranya yang sama sekali asing di daerah Mandar. Semua itu dilakukan agar kedepan
generasi kita semakin mudah mempelajari dan mencari sumber rujukan tentang
Mandar, termasuk meneladani figur tokoh-tokoh dalam buku ini. Informasi di buku ini sangat mungkin jadi rujukan dan acuan terutama pelajar dan mahasiswa serta masyarakat umum yang berminat memahami konsep-konsep dasar tentang periodesasi sejarah, tokoh, budaya dan seni di Mandar. Dengan
demikian, buku ini diharapkan menjadi sumbangan
bagi upaya pencerdasan anak-anak Mandar dan bangsa ini menjadi lebih terasa
Inilah hasil dari sebuah semangat, ketekunan, dan kerja keras penulis selama ini. Oleh karena itu, dengan terbitnya
kamus ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Tim kreatif Rumpita dan jaringan rumah bacanya, saudara-saudara di Museum
Mandar Majene, di Teater Flamboyant Mandar, Komunitas dan Sanggar Seni di
Majene dan Polewali Mandar, Uwake Cultuur Fondation, Apatar Pamboang, Rumah
Kata, KOPI Sendana, Appeq Jannangang, KOMPADANSA Mandar, Nusa Pustaka, Rumah
Pustaka, Sossorang, One-Do, MSI, LAN,
UNSULBAR, UMASMAN, UNIKA, UNM, UIN Alauddin, UNHAS dan semua
pihak yang telah turut berperan dalam penulisan kamus ini. Selain itu saya memberikan
ucapan terima kasih kepada Pemda Majene, anggota
DPRD Kabupaten Majene, Anggota DPRD Kabupaten Polewali Mandar, Anggota DPRD
Provinsi Sulawesi Barat, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten dan provinsi.
Tak lupa melalui kesempatan ini juga, saya ingin menghaturkan ribuan ucapan terima
kasih kepada orang tua saya Nurdin Hamma, Suradi Yasil, Aksan Djalaluddin, H.
Murad, Darwin Badaruddin, Bakri Latief, H. Ahmad Asdy, Tammalele, dan semua
saudara dan para senior generasi emas Mandar, Hamzah Ismail, Muhammad Asri
Abdullah, Adi Arwan Alimin, Bustan Basir Rahmat, Opy Muis Mandra, Mustari Mula,
Muhammad Rahmat Muchtar, Muhammad Ridwan Alimuddin, M. Thamrin, Ramli Rusli,
Ainun Nurdin, Ahmad Akbar, Wahyudi Hamarong, Ilham Muin, Muhammad Naim, Mursyid Wulandari, Muhammad Aslam, H.
Syarifuddin, Jalaluddin Ngallo, Yudhi, Mega, Aco, Zulfihadi, Mursalin, S.Pd., Abdul Rasyid Ruslan dan semua yang kerap memberiku ruang untuk berfikir dan berkarya selama ini.
Semoga
penerbitan kamus ini dapat memberi manfaat besar bagi upaya pencerdasan masyarakat Sulawesi Barat yang Malaqbiq menuju insan
Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Majene, Maret 2017
MUHAMMAD MUNIR