Sabtu, 07 Januari 2017

Adi Arwan Alimin : Dari Tinta Ia Memesrai Mandarnya Dengan Cinta !



Adi Arwan Alimin. Sosok ini tidak terlalu asing bagi penulis, sebab sejak tahun 1995-1997 lalu, penulis selalu bercengkrama dengannya dalam kegiatan pramuka Saka Bhayangkara. Penulis yang saat itu masih menjadi siswa MAN Polmas kerap mendapatkan bimbingan dan arahannya sebagai Pembina senior dalam Saka Bhayangkara. Sepanjang tahun itu, gabungan dari kader pramuka SMA 1 Wonomulyo, STM Tumpiling dan MAN Lampa kerap terlibat secara bersama-sama dalam kegiatan pramuka di Cadika Ammana Pattolawali Manding.

BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM PERSPEKTIF MANDAR



Drs. Darmansyah
Oleh : Drs. Darmansyah*
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang berasal dari bahasa Jawa kuno, yang salah satu kata “tunggal” ada juga pada bahasa daerah Mandar, dan tidak menutup kemungkinan terdapat juga pada bahasa daerah lain. Penulis berpendapat bahwa, penggagas semboyang bangsa Indonesia berupaya mencari kalimat yang dianggap merangkum atau mewakili semua bahasa daerah di Indonesia ini. Adapun siapa yang memuasali atau diasali, wallahu a’lam – lakukan penelitian lebih dalam.
Bhinneka Tunggal Ika, seringkali diartikan dengan kalimat “berbeda-beda tetapi satu”.

Penulis lebih cenderung membahasakan dengan kalimat “beragam dalam kebersamaan”. Kalimat lain menyebutkan “bersatu kita teguh - bercerai kita runtuh”. Demi persatuan, penulis membahasakan “bersatu kita teguh – bercerai kita kawin kembali (rujuk)”. Bhinneka Tunggal Ika, jika diterjemahkan kata perkata. Kata Bhinneka berarti “beraneka ragam” atau “berbeda-beda”. Kata neka dalam bahasa Sangsekerta berarti “macam” dan menjadi pembentuk kata “aneka” dalam bahasa Indonesia. Kata tunggal dalam bahasa Jawa kuno berarti satu, memberi makna bahwa walaupun beragam tetapi hakekatnya satu kesatuan dalam bingkai NKRI.