Paska ditetapkannya UU No. 32 tahun 2004 tentng pemerintahan
daerah, Negeri ini memulai babakan baru pemilihan bupati. Jika sebelumnya
bupati di pilih dalam gedung mewah kantor DPRD, kini bupati telah dipilih lewat
tempat tempat pemungutan suara yang tersebar disetiap sudut daerah.
Di tahun 2004 menjadi tahun ketiga Kalma
Katta menjabat
sebagai Wakil Bupati
Majene mendampingi Muhammad Darwis.
Pasangan Darwis Kalma
terpilih menjadi Bupati dan
Wakil Bupati Majene periode 2001-2006. Menjelang tahun 2006 konstelasi politik
Majene mulai memanas. Dua
pemimpin daerah ini telah memutuskan bertarung dalam pemilukada Majene.
Dengan menggandeng PAN dan PDIP, Kalma Katta
menantang atasannya memperebutkan kursi Bupati Majene. Dan tanpa di duga Kalma
Katta yang berapasangan dengan A. Itol Syaiful Tonra (anak bupati kedua Majene,
A Tonra) memenangkan pilihan rakyat. Tongkat Bupati Majene pun berpindah. Kalma Katta menjadi Bupati
Majene masa bakti 2006-2011.
Sejatinya Kalma Katta tidak dilahirkan
sebagai politisi. Ia lahir dan dibesarkan dalam disiplin birokrasi. Setelah merampungkan
masa sekolahnya di IPDN Makassar tahun 1971 ia memilih jalur pamong sebagai
pilihan hidupnya dan diangkat menjadi PNS pada tahun 1977. Ia diterima bekerja
di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Majene. Kalma Katta mempunyai kemampuan khusus sehingga
kariernya langsung menanjak.
Hanya satu tahun menjadi PNS ia diserahi tugas menjabat
Kepala Seksi (Kasi) Bina Marga Dinas PU Kabuapten Majene pada tahun 1978 dan
setahun kemudian kembali dimutasi menjadi Kasi Teknik di dinas yang sama tahun
1979.
Pada tahun 1985, Kalma Katta naik pangkat dan
diangkat menjadi Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas PU Kabupaten Majene. Hanya
4 tahun menjadi Kabid, jabatan tertinggi di Dinas PU ia nikmati tahun 1989 sampai 1999. Selepas
dari PU, Kalma diangkat menjadi Asisten
Bupati Bidang Administrasi Pembangunan.
Tahun 2001, Bupati Tajuddin Noer menyelesaikan masa baktinya
dan membuat Muhammad Darwis punya kans yang besar untuk menempati posisi
sebagai Bupati Majene sebab Muhammad Darwis menjabat sebagai Ketua DPD II Golkar Majene, terlebih pada
pemilu 1999, Golkar sebagai pemenang pemilu yang mempunyai banyak kursi di
DPRD.
Kalma Katta mengambl peran politik untuk maju
sebagai Wakil Bupati
Majene mendampingi Muhammad Darwis. Pasangan Darwis- Kalma ternyata mampu melenggang
menjadi pemenang dan menakhodai Majene hingga tahun 2006.
Pada Pilkada 2006 yang merupakan pilkada pertama
yang dipilih secara langsung oleh rakyat di Majene, Kalma Katta bersama A. Itol Saiful Tonra menantang
Muhammad Darwis untuk berkompetisi di pilkada Majene. Dan diluar sangkaan,
Kalma-Itol yang diusung oleh PAN dan PDI-P ini ternyata mampu mengunci
kemenangan dan mengalahkan Muhammad Darwis sebagai incoumbent.
Sejak 2006-2011, Kalma dan Itol Saiful Tonra
menakhodai Majene dan pada pilkada 2011, Kalma kembali maju sebagai Bupati Majene
menggandeng Fahmi Massiara dengan mengendarai Golkar. Kemenangan kembali
berpihak padanya untuk memimpin Majene pada periode 2011-2016.
Kalma Katta sering mendatangi daerah pelosok
di pegunungan yang tidak terjangkau oleh angkutan trasportasi. Beliau ikhlas
berjalan kaki puluhan kilometer untuk mengunjungi rakyatnya pada daerah
terisolir, di Paminggalang, Urekang, Panggalo, Coci, Belia, Taukong, Ratte Adolang, Pumballar,
Tandiallo, Ratte Tarring, Ratte Padzang, dll.
Tidak tanggung-tanggung hadir
ditengah-tengah masyarakat untuk berbaur pada acara berburu babi misalnya
(morangngang). Siapapun yang mengundangnya pada acara perkawinan, selamatan,
dll. Pasti beliau hadIr. Paling tidak bila bersamaan dengan kegiatan kedinasan
yang tidak bisa diwakili, maka dia akan mengutus keluarganya menggantikan
beliau.
Pada sisi lain di dunia politik, beliau
sangat dinamis, tidak fanatik pada anggota partai Golkar saja sebagai partai
yang dipimpinnya, tapi dia dapat merangkul anggota DPRD dari partai mana saja
yang penting punya komitmen untuk rakyat Majene. Itulah ciri tersendiri pada
diri Kalma Katta yang jarang dimiliki oleh orang lain.
Karena sikapnya yang demokratis dan mampu
merangkul semua pihak, sehingga program kerakyatan yang beliau usung tidak
menemui kendala atau penolakan dari kelompok masyarakat utamanya di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Majene.
Pemerintah Kabupaten Majene periode H. Kalma Katta, S.Sos, MM. Memiliki visi yang dituangkan
ke dalam Peraturan Daerah Kabupaten Majene tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yaitu “Terwujudnya Kabupaten Majene Yang Memiliki
Kemandirian Dalam Tatanan Kehidupan Masyarakat Madani Yang Agamis Dan Berbudaya
Serta Berilmu Dan Berwawasan Lingkungan”.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka
pemerintahan Kalma Katta menyusun misi yang terdiri dari 8 (delapan) poin,
diantaranya;
(1)
Meningkatkan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan
masyarakat;
(2)
meningkatkan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa;
(3)
Mewujudkan peran pemerintah daerah yang berfungsi sebagai pelayan
masyarakat yang professional, berdaya guna, produktif, aspiratif, transparan
dan bertanggung jawab, serta
jauh dari praktek kkn;
(4)
Memberdayakan masyarakat dan segala kekuatan ekonomi terutama
pengusaha kecil, kelompok tani/nelayan dan kub dengan pengembangan sistim
ekonomi kerakyatan yang berbasis pada SDA produktif;
(5)
Mencapai taraf hidup kesejahteraan rakyat yang ditandai dengan
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan memprioritaskan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat;
(6)
Menciptakan iklim pendidikan yang bermutu guna mempertegas akhlak
mulia, kreatif, inovatif, berwawasan luas, cerdas, sehat, berdisiplin dan
bertanggungJawab, serta menguasai iptek;
(7)
Mengelola potensi daerah yang ditandai dengan kemampuan
berkompetensi di pasar global;
(8)
Mewujudkan kelestarian sumber daya alam sebagai implementasi
kepedulian terhadap lingkungan.
Dalam melaksanakan visi dan misi tersebut
pemerintahan Kalma Katta menetapkan 10 (sepuluh) pokok sasaran target utama
pembangunan daerah, yakni:
(1)
Bidang politik dan pemerintahan;
(2)
Bidang keagamaan;
(3)
Bidang sosial budaya;
(4)
Bidang social ekonomi;
(5)
Bidang kesejahteraan rakyat/kesra;
(6)
Bidang kesehatan;
(7)
Bidang pendidikan;
(8)
Bidang peranan wanita;
(9)
Bidang pemuda dan olahraga;
(10)
Bidang sumber daya alam, lingkungan dan penataan wilayah.
Dari penjabaran visi dan misi dan sasaran
target tersebut, bupati H. Kalma Katta kemudian dirangkum dan diintisarikan ke
dalam sebuah slogam yang bernama Mammis dan
bila digabungkan dengan nama kabupatennya maka menjadi Majene Mammis, Majene Membangun Mengurangi Kemiskinan. Makna yang terkandung dalam
slogan Majene Mammis dari
tinjauan etimologi (ilmu terbentuknya bahasa), maka kata Mammis memiliki 3 (tiga) makna
yang saling berkorelasi dan saling mengikat antara satu dengan lainnya.
Makna Mammis yang pertama diambil dari bahasa daerah
Mandar, yang berarti manis (rasa yang pas dan menyenangkan). Rasa manis ada
jika suatu keadaan meyenangkan, kondisi buah sudah masak, mammis bisa juga
berarti matang dalam perencanaan, sekaligus matang dalam bertindak dan bertutur.
Mammis berkonotasi sama dengan professional,
sebagai contoh Perdana Menteri Jepang yang kebanyakan sudah berusia tua
(matang), karena sudah matang maka dalam bertindak selalu memiliki kebaikan dan
pengalaman, bertindak sebagai sosok yang professional. Karena itu mammis
dianalogikan juga kepada person atau masyarakat yang berkualitas.
Makna yang pertama ini mengandung filosofi
bahwa, suatu daerah dikatakan mandiri apabila sebagian besar penduduknya kurang ketergantungannya
kepada pemerintah, masyarakatnya mandiri dalam meningkatkan kualitas hidup.
Kondisi penduduk yang demikian itu adalah yang sudah matang (masak). Mammis
dari segi ekonomi, pendidikan, budaya, politik, dan lain sebagainya.
Makna kedua mammis, dapat dijabarkan pada
sebuah singkatan kata yang bisa disebutkan menjadi komitmen bersama yang dapat
mengubah semangat sehingga berpengaruh terhadap kinerja dan spirit hidup
masyarakat. Mammis berarti: Majene membangun mengurangi kemiskinan.
Makna ini memiliki filosofi bermuara pada sebuah aktivitas pembangunan
yang dilakukan pemerintah daerah yaitu meningkatkan kesejahteraan
kehidupan masyarakat. Dengan meningkatnya kesejahteraan, masyarakat dapat memperoleh
hak-haknya, seperti hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pangan,
hak atas keyakinan, hak atas keamanan, dan lain sebagainaya.
Dengan slogan Mammis tersebut, maka
pemerintah Kabupaten Majene dalam melaksanakan pembanggunan berujung kepada
sasaran utama mengurangi kemiskinan dengan memberikan peningkatan kesejahteraan
bagi warga masyarakat Majene.
Kalma Katta dalam dunia kemasyarakatan,
beliau adalah seorang organisatoris, dan banyak dipercaya untuk memimpin
organisasi kemasyarakatan diantaranya adalah: Ketua I AMPI (1982-1985), Ketua III MKGR
(1983-1988), Ketua Harian KONI (2001-sekarang), Ketua Kwarcab Pramuka (2000-sekarang), Ketua BAZ
(2003-sekarang), Ketua ORARI 2003-sekarang), Ketua Satlak Bencana Alam
(2004-sekarang), Ketua Harian Komindo (2005-sekarang), Ketua BRIDGE (2000-sekarang), Ketua PBSI
(2004-sekarang),Ketua LAWN TENNIS (2001-sekarang), Ketua I PBVSI
(2000-sekarang), Ketua IKA UNISMUH (2006-sekarang), Ketua Pembangunan Masjid
Agung Raudatul Abidin
(2003-sekarang), Ketua Pembangunan Masjid Agung Majene (2008-sekarang), Penasehat
Karang Taruna Kabupaten Majene, Ketua Sepakbola Kabupaten Majene (GASMAN).