Rabu, 21 Desember 2016

Mengenal Lebih Dekat KALMA KATTA

Paska ditetapkannya UU No. 32 tahun 2004 tentng pemerintahan daerah, Negeri ini memulai babakan baru pemilihan bupati. Jika sebelumnya bupati di pilih dalam gedung mewah kantor DPRD, kini bupati telah dipilih lewat tempat tempat pemungutan suara yang tersebar disetiap sudut daerah.

Di tahun 2004 menjadi tahun ketiga Kalma Katta menjabat sebagai Wakil Bupati Majene mendampingi Muhammad  Darwis. Pasangan Darwis Kalma terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Majene periode 2001-2006. Menjelang tahun 2006 konstelasi politik Majene mulai memanas. Dua pemimpin daerah ini telah memutuskan bertarung dalam pemilukada Majene.

Dengan menggandeng PAN dan PDIP, Kalma Katta menantang atasannya memperebutkan kursi Bupati Majene. Dan tanpa di duga Kalma Katta yang berapasangan dengan A. Itol Syaiful Tonra (anak bupati kedua Majene, A Tonra) memenangkan pilihan rakyat. Tongkat Bupati Majene pun berpindah. Kalma Katta menjadi Bupati Majene masa bakti 2006-2011.

Sejatinya Kalma Katta tidak dilahirkan sebagai politisi. Ia lahir dan dibesarkan dalam disiplin birokrasi. Setelah merampungkan masa sekolahnya di IPDN Makassar tahun 1971 ia memilih jalur pamong sebagai pilihan hidupnya dan diangkat menjadi PNS pada tahun 1977. Ia diterima bekerja di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Majene. Kalma Katta mempunyai kemampuan khusus sehingga kariernya langsung menanjak.

Hanya satu tahun menjadi PNS ia diserahi tugas menjabat Kepala Seksi (Kasi) Bina Marga Dinas PU Kabuapten Majene pada tahun 1978 dan setahun kemudian kembali dimutasi menjadi Kasi Teknik di dinas yang sama tahun 1979.

Pada tahun 1985, Kalma Katta naik pangkat dan diangkat menjadi Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas PU Kabupaten Majene. Hanya 4 tahun menjadi Kabid, jabatan tertinggi di Dinas PU ia nikmati tahun 1989 sampai 1999. Selepas dari PU, Kalma diangkat menjadi Asisten Bupati Bidang Administrasi Pembangunan.

Tahun 2001, Bupati Tajuddin Noer menyelesaikan masa baktinya dan membuat Muhammad Darwis punya kans yang besar untuk menempati posisi sebagai Bupati Majene sebab Muhammad Darwis menjabat sebagai Ketua DPD II Golkar Majene, terlebih pada pemilu 1999, Golkar sebagai pemenang pemilu yang mempunyai banyak kursi di DPRD.

Kalma Katta mengambl peran politik untuk maju sebagai Wakil Bupati Majene mendampingi Muhammad Darwis. Pasangan Darwis- Kalma ternyata mampu melenggang menjadi pemenang dan menakhodai Majene hingga tahun 2006.
Pada Pilkada 2006 yang merupakan pilkada pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat di Majene, Kalma Katta bersama A. Itol Saiful Tonra menantang Muhammad Darwis untuk berkompetisi di pilkada Majene. Dan diluar sangkaan, Kalma-Itol yang diusung oleh PAN dan PDI-P ini ternyata mampu mengunci kemenangan dan mengalahkan Muhammad Darwis sebagai incoumbent.

Sejak 2006-2011, Kalma dan Itol Saiful Tonra menakhodai Majene dan pada pilkada 2011, Kalma kembali maju sebagai Bupati Majene menggandeng Fahmi Massiara dengan mengendarai Golkar. Kemenangan kembali berpihak padanya untuk memimpin Majene pada periode 2011-2016. 

Kalma Katta sering mendatangi daerah pelosok di pegunungan yang tidak terjangkau oleh angkutan trasportasi. Beliau ikhlas berjalan kaki puluhan kilometer untuk mengunjungi rakyatnya pada daerah terisolir, di Paminggalang, Urekang, Panggalo, Coci,  Belia, Taukong, Ratte Adolang, Pumballar, Tandiallo, Ratte Tarring, Ratte Padzang, dll.

Tidak tanggung-tanggung hadir ditengah-tengah masyarakat untuk berbaur pada acara berburu babi misalnya (morangngang). Siapapun yang mengundangnya pada acara perkawinan, selamatan, dll. Pasti beliau hadIr. Paling tidak bila bersamaan dengan kegiatan kedinasan yang tidak bisa diwakili, maka dia akan mengutus keluarganya menggantikan beliau.

Pada sisi lain di dunia politik, beliau sangat dinamis, tidak fanatik pada anggota partai Golkar saja sebagai partai yang dipimpinnya, tapi dia dapat merangkul anggota DPRD dari partai mana saja yang penting punya komitmen untuk rakyat Majene. Itulah ciri tersendiri pada diri Kalma Katta yang jarang dimiliki oleh orang lain.

Karena sikapnya yang demokratis dan mampu merangkul semua pihak, sehingga program kerakyatan yang beliau usung tidak menemui kendala atau penolakan dari kelompok masyarakat utamanya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Majene.

Pemerintah Kabupaten Majene periode H. Kalma Katta, S.Sos, MM. Memiliki visi yang dituangkan ke dalam Peraturan Daerah Kabupaten Majene tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yaitu Terwujudnya Kabupaten Majene Yang Memiliki Kemandirian Dalam Tatanan Kehidupan Masyarakat Madani Yang Agamis Dan Berbudaya Serta Berilmu Dan Berwawasan Lingkungan”.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka pemerintahan Kalma Katta menyusun misi yang terdiri dari 8 (delapan) poin, diantaranya;

(1)    Meningkatkan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan masyarakat;
(2)    meningkatkan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa;
(3)    Mewujudkan peran pemerintah daerah yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat yang professional, berdaya guna, produktif, aspiratif, transparan dan bertanggung jawab, serta jauh dari praktek kkn;
(4)    Memberdayakan masyarakat dan segala kekuatan ekonomi terutama pengusaha kecil, kelompok tani/nelayan dan kub dengan pengembangan sistim ekonomi kerakyatan yang berbasis pada SDA produktif;
(5)    Mencapai taraf hidup kesejahteraan rakyat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan memprioritaskan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat;
(6)    Menciptakan iklim pendidikan yang bermutu guna mempertegas akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan luas, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungJawab, serta menguasai iptek;
(7)    Mengelola potensi daerah yang ditandai dengan kemampuan berkompetensi di pasar global;
(8)    Mewujudkan kelestarian sumber daya alam sebagai implementasi kepedulian terhadap lingkungan.

Dalam melaksanakan visi dan misi tersebut pemerintahan Kalma Katta menetapkan 10 (sepuluh) pokok sasaran target utama pembangunan daerah, yakni:
(1)    Bidang politik dan pemerintahan;
(2)    Bidang keagamaan;
(3)    Bidang sosial budaya;
(4)    Bidang social ekonomi;
(5)    Bidang kesejahteraan rakyat/kesra;
(6)    Bidang kesehatan;
(7)    Bidang pendidikan;
(8)    Bidang peranan wanita;
(9)    Bidang pemuda dan olahraga;
(10)         Bidang sumber daya alam, lingkungan dan penataan wilayah.

Dari penjabaran visi dan misi dan sasaran target tersebut, bupati H. Kalma Katta kemudian dirangkum dan diintisarikan ke dalam sebuah slogam yang bernama Mammis dan bila digabungkan dengan nama kabupatennya maka menjadi Majene Mammis, Majene Membangun Mengurangi Kemiskinan. Makna yang terkandung dalam slogan Majene Mammis dari tinjauan etimologi (ilmu terbentuknya bahasa), maka kata Mammis memiliki 3 (tiga) makna yang saling berkorelasi dan saling mengikat antara satu dengan lainnya.

Makna Mammis yang pertama diambil dari bahasa daerah Mandar, yang berarti manis (rasa yang pas dan menyenangkan). Rasa manis ada jika suatu keadaan meyenangkan, kondisi buah sudah masak, mammis bisa juga berarti matang dalam perencanaan, sekaligus matang dalam bertindak dan bertutur.

Mammis berkonotasi sama dengan professional, sebagai contoh Perdana Menteri Jepang yang kebanyakan sudah berusia tua (matang), karena sudah matang maka dalam bertindak selalu memiliki kebaikan dan pengalaman, bertindak sebagai sosok yang professional. Karena itu mammis dianalogikan juga kepada person atau masyarakat yang berkualitas.

Makna yang pertama ini mengandung filosofi bahwa, suatu daerah dikatakan mandiri apabila sebagian besar penduduknya kurang ketergantungannya kepada pemerintah, masyarakatnya mandiri dalam meningkatkan kualitas hidup. Kondisi penduduk yang demikian itu adalah yang sudah matang (masak). Mammis dari segi ekonomi, pendidikan, budaya, politik, dan lain sebagainya.

Makna kedua mammis, dapat dijabarkan pada sebuah singkatan kata yang bisa disebutkan menjadi komitmen bersama yang dapat mengubah semangat sehingga berpengaruh terhadap kinerja dan spirit hidup masyarakat. Mammis berarti: Majene membangun mengurangi kemiskinan.

Makna ini memiliki filosofi bermuara pada sebuah aktivitas pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah yaitu meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Dengan meningkatnya kesejahteraan, masyarakat dapat memperoleh hak-haknya, seperti hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pangan, hak atas keyakinan, hak atas keamanan, dan lain sebagainaya.

Dengan slogan Mammis tersebut, maka pemerintah Kabupaten Majene dalam melaksanakan pembanggunan berujung kepada sasaran utama mengurangi kemiskinan dengan memberikan peningkatan kesejahteraan bagi warga masyarakat Majene.


Kalma Katta dalam dunia kemasyarakatan, beliau adalah seorang organisatoris, dan banyak dipercaya untuk memimpin organisasi kemasyarakatan diantaranya adalah: Ketua I AMPI (1982-1985), Ketua III MKGR (1983-1988), Ketua Harian KONI (2001-sekarang), Ketua Kwarcab Pramuka (2000-sekarang), Ketua BAZ (2003-sekarang), Ketua ORARI 2003-sekarang), Ketua Satlak Bencana Alam (2004-sekarang), Ketua Harian Komindo (2005-sekarang), Ketua BRIDGE (2000-sekarang), Ketua PBSI (2004-sekarang),Ketua LAWN TENNIS (2001-sekarang), Ketua I PBVSI (2000-sekarang), Ketua IKA UNISMUH (2006-sekarang), Ketua Pembangunan Masjid Agung Raudatul Abidin (2003-sekarang), Ketua Pembangunan Masjid Agung Majene (2008-sekarang), Penasehat Karang Taruna Kabupaten Majene, Ketua Sepakbola Kabupaten Majene (GASMAN).