Pesawat dengan Nomor
penerbangan JT0791X milik maskapai
penerbangan Lion Air tiba di terminal kedatangan II di Bandara International
Juanda Surabaya. Pesawat yang membawa penumpang dari Makassar-Surabaya ini
salah satunya adalah rombongan dari Jamaah Maiyah Mandar Teater Flamboyant dari
Sulawesi Barat. Ada dua agenda besar yang akan diikuti di Jawa Timur. Kamis, 26
Mei 2016 Tadabbur Kebangsaan bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng dan besoknya 27
Mei 2016 adalah acara di IHTIFAL Maiyah di Menturo Sumobito Kabupaten Jombang.
Penulis
yang kebetulan ikut dalam rombongan dari Teater Flamboyant Mandar ini terdiri dari M. Sukhri Dahlan, Muhammad Aslam,
Fajriana Fatanah, Arifin Nejas dan Muhammad Siddiq serta Muhammad Hafidz
(pemilik akun perahu Maiyah) yang sebelumnya sudah menunggu di Surabaya. Yang
menarik dan luar biasa adalah Wildan S. Baso yang senagja terbang dari Australia.
Beliau salah satu generasi Muda Mandar yang dipercaya untuk menjadi koordinator
Maiyah di Australia. Inilah bakti dan bukti eksisnya generasi Cak Nun yang
terus mengalir dan menjelma menjadi sebuah filosofi air yang mencari kemuliaannya
pada titik-titik terendah. Keberadaan rombongan Jamaah
Maiyah Mandar ke Surabaya dan Jombang ini bukan tanpa halangan.
Ada sederet
kisah yang menyertai perjalanan para pejalan maiyah Mandar ini. 4 lembar Tiket
sempat hangus disebabkan oleh manajemen dan persiapan yang kurang maksimal,
termasuk sang sopir yang harus diparkir karna ban mobil bocor pada kondisi lupa
bawa ban serep. Belum lagi penulis harus diseret dan diinterogasi oleh pihak
detektor di Bandara Hasanuddin. Masalahnya hanya sepele, yaitu satu buah peluru
yang terselip di kantong kecil tas pakaian. Penulis sendiri kaget dan lupa
kenapa benda itu berada dikantong tas tersebut. Usut punya usut, ternyata
peluru itu adalah salah satu benda yang sempat penulis pungut saat penelusuran
sejarah di puncak Buttu Pepattoang Kalasa Majene. Tuhan memang selalu punya cara
mengurus hamba-Nya. Termasuk mungkin menunjukkan cintanya melalui cara-cara
yang kadang mengusik ketenangan hamba-Nya.
Hal yang juga menarik, cerita Wildan S. Baso dalam
perjalanannya langsung dari Kota Pert Australia via pesawat Garuda Indonesia melaui
rute Bandara Ngurah Rai Bali ke Bandara Juanda Surabaya menambah maksyuknya
pertemuan para pejalan Maiyah dari Mandar yang bertemu di Universitas
Airlangga. Unair adalah salah satu Universitas kebanggaan masyarakat Indonesia.
Sebagai pusat ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (PIH) Universitas Airlangga
inilah yang menggelar acara tadabbur kebangsaan bersama budayawan Emha Ainun
Nadjib dan Kiai Kanjeng, Kamis (26/5).
Budayawan yang akrab disapa Cak Nun
beserta rombongan didaulat untuk mengisi pengajian dan pertunjukan seni musik
di halaman depan Kantor Manajemen UNAIR. Acara ini sebenarnya khusus
dipermak untuk civitas akademika, baik itu mahasiswa, pimpinan,
dan alumni UNAIR. Namun, sengaja dibuka bagi Masyarakat Surabaya dan sekitarnya
untuk datang ke Kampus C UNAIR, Kamis malam,” tutur salah satu manajemen
Bambang Wetan Surabaya. Acara dimulai dengan penampilan musik akustik yang
dimeriahkan oleh musisi lokal Sapto. Dilanjutkan dengan mukadimah oleh Kiai
Kanjeng, sambutan dari Rektor UNAIR
Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, dan tadabbur kebangsaan oleh Cak Nun.