Rabu, 01 Juni 2016

PEJALAN MAIYAH TEATER FLAMBOYANT MANDAR MENUJU IHTIFAL MAIYAH NUSANTARA (1)

Pesawat dengan Nomor penerbangan  JT0791X milik maskapai penerbangan Lion Air tiba di terminal kedatangan II di Bandara International Juanda Surabaya. Pesawat yang membawa penumpang dari Makassar-Surabaya ini salah satunya adalah rombongan dari Jamaah Maiyah Mandar Teater Flamboyant dari Sulawesi Barat. Ada dua agenda besar yang akan diikuti di Jawa Timur. Kamis, 26 Mei 2016 Tadabbur Kebangsaan bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng dan besoknya 27 Mei 2016 adalah acara di IHTIFAL Maiyah di Menturo Sumobito Kabupaten Jombang. 

Penulis yang kebetulan ikut dalam rombongan dari Teater Flamboyant Mandar ini  terdiri dari M. Sukhri Dahlan, Muhammad Aslam, Fajriana Fatanah, Arifin Nejas dan Muhammad Siddiq serta Muhammad Hafidz (pemilik akun perahu Maiyah) yang sebelumnya sudah menunggu di Surabaya. Yang menarik dan luar biasa adalah Wildan S. Baso yang senagja terbang dari Australia. Beliau salah satu generasi Muda Mandar yang dipercaya untuk menjadi koordinator Maiyah di Australia. Inilah bakti dan bukti eksisnya generasi Cak Nun yang terus mengalir dan menjelma menjadi sebuah filosofi air yang mencari kemuliaannya pada titik-titik terendah. Keberadaan rombongan Jamaah Maiyah Mandar ke Surabaya dan Jombang ini bukan tanpa halangan. 

Ada sederet kisah yang menyertai perjalanan para pejalan maiyah Mandar ini. 4 lembar Tiket sempat hangus disebabkan oleh manajemen dan persiapan yang kurang maksimal, termasuk sang sopir yang harus diparkir karna ban mobil bocor pada kondisi lupa bawa ban serep. Belum lagi penulis harus diseret dan diinterogasi oleh pihak detektor di Bandara Hasanuddin. Masalahnya hanya sepele, yaitu satu buah peluru yang terselip di kantong kecil tas pakaian. Penulis sendiri kaget dan lupa kenapa benda itu berada dikantong tas tersebut. Usut punya usut, ternyata peluru itu adalah salah satu benda yang sempat penulis pungut saat penelusuran sejarah di puncak Buttu Pepattoang Kalasa Majene. Tuhan memang selalu punya cara mengurus hamba-Nya. Termasuk mungkin menunjukkan cintanya melalui cara-cara yang kadang mengusik ketenangan hamba-Nya. 

Hal yang juga menarik, cerita Wildan S. Baso dalam perjalanannya langsung dari Kota Pert Australia via pesawat Garuda Indonesia melaui rute Bandara Ngurah Rai Bali ke Bandara Juanda Surabaya menambah maksyuknya pertemuan para pejalan Maiyah dari Mandar yang bertemu di Universitas Airlangga. Unair adalah salah satu Universitas kebanggaan masyarakat Indonesia. Sebagai  pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (PIH) Universitas Airlangga inilah yang menggelar acara tadabbur kebangsaan bersama budayawan Emha Ainun Nadjib dan Kiai Kanjeng, Kamis (26/5). 

Budayawan yang akrab disapa Cak Nun beserta rombongan didaulat untuk mengisi pengajian dan pertunjukan seni musik di halaman depan Kantor Manajemen UNAIR. Acara ini sebenarnya khusus dipermak untuk civitas akademika, baik itu mahasiswa, pimpinan, dan alumni UNAIR. Namun, sengaja dibuka bagi Masyarakat Surabaya dan sekitarnya untuk datang ke Kampus C UNAIR, Kamis malam,” tutur salah satu manajemen Bambang Wetan Surabaya. Acara dimulai dengan penampilan musik akustik yang dimeriahkan oleh musisi lokal Sapto. Dilanjutkan dengan mukadimah oleh Kiai Kanjeng, sambutan dari Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, dan tadabbur kebangsaan oleh Cak Nun.